Ilustrasi Konseptual Tanda Kebenaran
Dalam lautan ayat-ayat suci Al-Qur'an, terdapat mutiara-mutiara hikmah yang senantiasa relevan untuk direnungkan. Salah satunya adalah QS. Ali Imran ayat 65. Ayat ini sering kali muncul dalam diskusi mengenai interaksi umat Islam dengan Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani), serta dalam konteks perdebatan teologis dan pencarian kebenaran. Pesan yang terkandung di dalamnya tidak hanya bersifat historis, tetapi juga mengandung pelajaran mendalam tentang cara berdialog, menghargai perbedaan, dan meneguhkan keyakinan.
Ayat Al-Imran 65 berbunyi: "Hai Ahli Kitab, mengapa kamu membantah Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim? Apakah kamu tidak berpikir?" (QS. Ali Imran: 65)
Pada masa Nabi Muhammad SAW, interaksi dengan komunitas Yahudi dan Nasrani di Madinah sangat intens. Terdapat berbagai perdebatan dan dialog teologis yang sering kali dipicu oleh klaim kebenaran masing-masing. Salah satu poin perdebatan adalah mengenai siapa leluhur yang sebenarnya mereka ikuti dan siapa yang lebih berhak menyandang gelar "pengikut Ibrahim". Kaum Yahudi mengklaim Ibrahim adalah nenek moyang mereka, sementara kaum Nasrani juga mengaitkan diri dengan tradisi Ibrahim.
Nabi Muhammad SAW, yang membawa risalah Tauhid murni, mendapati klaim-klaim ini perlu diluruskan. Ayat Al-Imran 65 hadir sebagai respons terhadap argumen sebagian Ahli Kitab yang membantah kenabian dan ajaran Ibrahim. Allah mengingatkan mereka akan urutan kronologis kitab-kitab suci yang mereka miliki. Taurat diturunkan kepada Musa, dan Injil diturunkan kepada Isa, keduanya datang jauh setelah masa Ibrahim Alaihissalam. Ini menunjukkan bahwa klaim mereka sebagai pengikut setia Ibrahim menjadi lemah jika mereka menolak ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang sebenarnya merupakan kelanjutan dari ajaran tauhid yang dibawa oleh Ibrahim.
Ayat ini juga menyoroti beberapa tantangan dalam dialog antarumat beragama, terutama ketika melibatkan dasar-dasar keimanan:
Meskipun ayat ini spesifik ditujukan kepada Ahli Kitab di masa lalu, hikmahnya tetap relevan bagi kita saat ini:
QS. Ali Imran 65 adalah pengingat bahwa kebenaran teologis dan historis memiliki dasar yang kuat. Ia mengajak kita untuk berpikir kritis, menghargai urutan pewahyuan ilahi, dan berdialog dengan cara yang cerdas dan santun. Dengan merenungkan ayat ini, kita dapat memperdalam pemahaman kita tentang ajaran Islam dan bagaimana berinteraksi dengan pihak lain dalam semangat mencari kebenaran yang hakiki.