Surat Ali Imran, ayat 113, merupakan salah satu ayat yang sarat makna dan mengandung pesan fundamental bagi kehidupan seorang Muslim. Ayat ini secara ringkas namun padat memerintahkan kepada setiap individu untuk senantiasa bertakwa kepada Allah SWT dan merenungkan perbuatan yang telah dilakukan sebagai bekal menghadapi masa depan, baik di dunia maupun akhirat. Pesan ini memiliki relevansi universal dan menjadi pengingat abadi akan tanggung jawab pribadi atas setiap tindakan.
Inti dari perintah dalam ayat ini adalah "Bertaqwalah kepada Allah". Ketakwaan bukanlah sekadar menjalankan ibadah ritual semata, melainkan sebuah kesadaran mendalam dan sikap hati-hati dalam setiap aspek kehidupan agar tidak melanggar perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ketakwaan ini mencakup tiga tingkatan:
Ketakwaan yang sesungguhnya akan tercermin dalam perilaku sehari-hari, menjadikan individu senantiasa merasa diawasi oleh Allah, sehingga ia akan berusaha berbuat yang terbaik dan menghindari keburukan.
Perintah selanjutnya, "dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok," menggarisbawahi pentingnya refleksi diri dan perencanaan masa depan. Kata "hari esok" di sini dapat diartikan sebagai hari esok dalam artian duniawi (masa depan yang akan datang di kehidupan ini) maupun dalam artian ukhrawi (hari kiamat dan kehidupan akhirat).
Merenungkan perbuatan yang telah dilakukan adalah sebuah proses introspeksi yang krusial. Ini berarti kita harus mengevaluasi setiap tindakan, baik yang telah lalu maupun yang sedang dijalani:
Perintah untuk "memperhatikan" menunjukkan bahwa ini bukan sekadar aktivitas pasif, melainkan sebuah kesadaran aktif untuk menghisab diri sendiri. Sebagaimana seorang pedagang yang selalu menghitung untung rugi dagangannya, seorang Muslim pun dituntut untuk selalu menghisab amalan-amalannya.
Pesan dalam Ali Imran 113 memiliki implikasi yang luas, baik bagi individu maupun masyarakat:
Imam Al-Ghazali dalam kitabnya "Ihya Ulumuddin" menekankan pentingnya muhasabah (introspeksi diri) sebagai salah satu cara untuk mencapai kesempurnaan jiwa. Ayat Ali Imran 113 menjadi landasan teologis yang kuat bagi praktik muhasabah ini, mengingatkan kita bahwa kehidupan dunia adalah ladang amal untuk akhirat yang abadi.
Ayat Ali Imran 113 bukanlah sekadar bacaan yang berlalu, melainkan sebuah instruksi ilahi yang harus diresapi dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ketakwaan kepada Allah adalah pondasi utama, sementara refleksi diri atas setiap perbuatan adalah kunci untuk memperbaiki diri dan mempersiapkan masa depan yang lebih baik, baik di dunia maupun di akhirat. Dengan senantiasa mengingat pesan Ali Imran 113, kita diajak untuk menjadikan setiap detik kehidupan ini bermakna dan bernilai di sisi Sang Pencipta. Mari jadikan ayat ini sebagai kompas moral yang senantiasa menuntun langkah kita menuju ridha Allah SWT.