Ali Imran 167: Memahami Makna dan Pelajaran

"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putra Maryam, apakah kamu yang mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang ilah selain Allah?" (QS. Ali Imran: 167)

Ilustrasi Ayat: Firman Allah mengenai Nabi Isa AS.

Surah Ali Imran merupakan salah satu surah Madaniyah terpanjang dalam Al-Qur'an, yang membahas berbagai aspek penting dalam kehidupan seorang Muslim, mulai dari tauhid, kisah para nabi, hingga prinsip-prinsip muamalah. Di antara ayat-ayatnya yang sarat makna, terdapat ayat 167 yang secara spesifik menyoroti dialog antara Allah SWT dengan Nabi Isa Al-Masih AS. Ayat ini bukan sekadar catatan sejarah, melainkan sebuah pelajaran fundamental mengenai ketauhidan dan bagaimana seharusnya seorang hamba menyikapi kebenaran serta menjauhi kesyirikan.

"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putra Maryam, apakah kamu yang mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang ilah selain Allah?" Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku. Jika aku mengatakan demikian, tentulah Engkau mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui segala yang gaib." (QS. Ali Imran: 167)

Kontekstualisasi Ayat

Ayat 167 Surah Ali Imran ini hadir dalam konteks pembahasan mengenai kekeliruan sebagian umat terdahulu dalam memahami posisi kenabian Isa Al-Masih AS. Sebagian kaum Nasrani mengagungkan Isa AS hingga pada taraf menjadikannya sebagai Tuhan atau anak Tuhan, sebuah pandangan yang sangat jauh menyimpang dari ajaran tauhid yang murni. Allah SWT kemudian bertanya langsung kepada Isa AS untuk mengkonfirmasi kebenaran mengenai klaim tersebut. Pertanyaan ini berfungsi sebagai penegasan dan klarifikasi agar tidak ada keraguan lagi mengenai posisi Isa AS sebagai seorang nabi dan hamba Allah, bukan Tuhan.

Jawaban Nabi Isa AS dalam ayat ini sangatlah lugas dan penuh ketundukan. Beliau menyatakan ketidakmampuannya untuk mengatakan hal tersebut, bahkan menegaskan bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, termasuk apa yang ada dalam dirinya dan segala hal yang gaib. Penegasan ini menunjukkan kesadaran penuh Isa AS akan statusnya sebagai makhluk dan kebesaran Allah sebagai Pencipta yang Maha Sempurna.

Pelajaran Berharga dari Ali Imran 167

Poin-poin Penting:

Relevansi di Masa Kini

Dalam era modern ini, di mana informasi menyebar begitu cepat dan beragam pandangan bermunculan, pemahaman yang benar terhadap ayat-ayat Al-Qur'an seperti Ali Imran 167 menjadi semakin krusial. Tantangan umat Islam saat ini bukan hanya datang dari penolakan terhadap Islam, tetapi juga dari internal umat itu sendiri yang mungkin terjerumus pada praktik-praktik yang menyerempet syirik, misalnya dengan terlalu mengagungkan guru, tokoh tertentu, atau bahkan dengan mengaitkan keberhasilan semata-mata pada kekuatan gaib di luar ketentuan Allah.

Memaknai ayat ini berarti mengembalikan segala puja dan puji hanya kepada Allah SWT. Setiap pencapaian, kemudahan, dan keberhasilan harus disandarkan pada kehendak dan pertolongan-Nya. Mengingat kisah para nabi, termasuk Nabi Isa AS, dengan kaca mata kebenaran dan tauhid akan membantu kita untuk tidak tersesat dalam kekaguman yang berlebihan. Ajaran ketauhidan yang fundamental ini harus senantiasa ditanamkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, agar kita senantiasa berada di jalan yang lurus dan diridhai oleh Allah SWT.

Ali Imran 167 adalah pengingat abadi bahwa setiap muslim harus senantiasa menjaga kemurnian akidahnya, menjauhi segala bentuk syirik, dan meyakini sepenuhnya bahwa hanya Allah SWT yang memiliki kekuasaan dan kehendak mutlak atas segala sesuatu. Dengan memahami dan mengamalkan pelajaran dari ayat ini, kita dapat memperkuat pondasi keimanan kita dan meniti kehidupan dengan penuh kesadaran spiritual.

🏠 Homepage