Keberkahan dan Pencerahan dari Ayat-Ayat Suci
QS. Ali Imran: 33-34
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, dan keluarga 'Imran melebihi segala umat pada masanya. (Mereka) adalah keturunan sebagian dari sebagian yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Ingatlah) ketika istri Imran berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada-Mu apa yang ada dalam kandunganku ini menjadi seorang hamba \[Allah] yang tetap berbakti. Maka, terimalah nazarku itu. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Ayat-ayat awal dari Surah Ali Imran ini membuka cakrawala pemahaman kita tentang bagaimana Allah SWT memilih dan mengangkat derajat para nabi serta keluarga mereka. Dimulai dari Adam AS, seorang manusia pertama yang diciptakan langsung oleh-Nya, dilanjutkan dengan Nuh AS, sang pembawa bahtera keselamatan, hingga keluarga Ibrahim AS yang menjadi leluhur banyak nabi, dan tidak ketinggalan keluarga 'Imran. Pemilihan ini bukanlah tanpa alasan; mereka adalah pilihan Allah yang memiliki kedekatan khusus dan membawa risalah-Nya kepada umat manusia.
Kisah dilanjutkan dengan ungkapan rasa syukur dan permohonan seorang wanita mulia, istri Imran. Ia menazarkan (menyadarkan diri untuk beribadah) janin yang dikandungnya untuk menjadi hamba Allah yang tulus berbakti. Permohonan ini menunjukkan betapa luhurnya keinginan dan keyakinannya kepada Allah SWT. Ia menyerahkan sepenuhnya apa yang ada dalam kandungannya untuk mengabdi kepada Sang Pencipta. Allah, dengan sifat-Nya yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui, pasti akan menerima niat suci tersebut.
QS. Ali Imran: 35-36
Maka ketika ia melahirkan anak perempuan itu, ia berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkan seorang anak perempuan; dan Allah Maha Mengetahui apa yang ia lahirkan; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam, dan sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada Engkau untuk dia dan anak cucunya dari (gangguan) setan yang terkutuk." Maka Tuhannya menerimanya dengan penerimaan yang baik dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik pula, dan menjadikannya pemelihara bagi Zakariyya.
Ketika janin yang dikandung terlahir sebagai seorang anak perempuan, istri Imran mengakui bahwa anak laki-laki tidak sama dengan anak perempuan dalam banyak hal, namun ia tetap berkeyakinan bahwa Allah Maha Mengetahui apa yang dilahirkannya. Ia pun menamai putrinya Maryam, sebuah nama yang kelak akan sangat bersejarah. Ia memohon perlindungan kepada Allah bukan hanya untuk Maryam, tetapi juga untuk keturunannya dari godaan setan yang terkutuk. Permohonan ini menunjukkan kesadaran akan kerapuhan manusia dalam menghadapi godaan, sehingga perlindungan ilahi sangatlah krusial.
Allah SWT menerima nazarnya dengan penuh kerelaan dan kasih sayang. Maryam dididik dengan pendidikan terbaik, bukan hanya dari segi jasmani tetapi juga rohani. Ia tumbuh menjadi pribadi yang suci, taat, dan memiliki kedekatan luar biasa dengan Allah. Bahkan, ia dipercayakan untuk menjadi pemelihara bagi Nabi Zakariyya AS. Ini adalah sebuah penghormatan yang sangat tinggi, menunjukkan kemuliaan Maryam sejak dini.
QS. Ali Imran: 37
Maka Tuhannya menyambutnya (Maryam) dengan penerimaan yang baik, dan menyapanya, "Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu dan menyucikanmu serta memilihmu (menjadi seorang wanita) yang terkemuka di kalangan kaum wanita di seluruh alam.
Ayat ini menegaskan kembali betapa istimewanya kedudukan Maryam. Allah tidak hanya menerimanya dengan baik, tetapi juga memberikan pujian dan pengakuan secara langsung. Maryam dipilih dan disucikan oleh Allah, dan ia adalah wanita yang terkemuka di seluruh alam. Ini adalah sebuah derajat yang sangat tinggi, menjadikannya salah satu wanita paling mulia dalam sejarah. Keistimewaan ini adalah buah dari ketaatan, kesucian hati, dan doa yang tulus dari ibunya.
QS. Ali Imran: 38-41
Kemudian Zakariyya berada di mihrab untuk berdoa kepada Tuhan, seraya berkata, "Ya Tuhanku, berikanlah aku dari sisi Engkau keturunan yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa." Maka Jibril (malaikat) memanggilnya, sedang ia sedang berdiri di dalam mihrab untuk salat, katanya: "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran seorang putramu Yahya, yang membenarkan kalimat dari Allah, menjadi terkemuka, menjaga kehormatannya dan menjadi nabi dari kalangan orang-orang saleh." Zakariyya berkata, "Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mempunyai anak, padahal aku sudah cukup umur danistriku pun seorang yang mandul?" Allah berfirman, "Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya." Zakariyya berkata, "Ya Tuhanku, jadikanlah suatu tanda bagiku." Allah berfirman, "Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat berbicara dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan ingatlah Tuhanmu pada waktu itu dengan banyak mengingat, dan bertasbihlah dengan menggunakan waktu malam dan pagi."
Ayat-ayat ini kemudian beralih kepada Nabi Zakariyya AS. Dengan keutamaan yang diberikan Allah kepada Maryam, Zakariyya pun terinspirasi untuk berdoa. Ia memohon kepada Allah agar dikaruniai keturunan yang saleh. Doa ini menjadi contoh bagi umat manusia, bahwa sehebat apapun seseorang, ia tetap membutuhkan anugerah dan karunia dari Allah.
Keajaiban terjadi ketika malaikat Jibril AS datang membawa kabar gembira: Zakariyya akan dikaruniai seorang putra bernama Yahya. Yahya kelak akan menjadi seorang nabi yang membenarkan kalimat dari Allah, memiliki kedudukan tinggi, menjaga kehormatannya, dan termasuk golongan orang-orang saleh. Ini adalah sebuah anugerah yang luar biasa, melebihi segala harapan, terutama mengingat usia Zakariyya dan kemandulan istrinya.
Zakariyya, meskipun heran, tidak meragukan kekuasaan Allah. Ia memohon agar diberi tanda untuk menguatkan keyakinannya. Allah pun memberinya tanda berupa ketidakmampuan berbicara dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat, namun ia tetap bisa berzikir dan bertasbih kepada Allah. Ini adalah pelajaran berharga mengenai kesabaran, ketundukan, dan pentingnya mengingat Allah dalam segala keadaan, bahkan ketika menghadapi ujian atau mukjizat.
Surah Ali Imran ayat 33 hingga 41 ini secara keseluruhan mengajarkan kita tentang pentingnya iman yang kuat, doa yang tulus, dan kesabaran dalam menghadapi cobaan. Kisah Maryam dan Zakariyya menjadi bukti nyata bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan akan senantiasa memberikan pertolongan serta anugerah kepada hamba-Nya yang senantiasa berbakti dan memohon kepada-Nya. Janji Allah selalu benar, dan kemuliaan iman akan selalu terwujud bagi mereka yang mendekat kepada-Nya.