Dalam lembaran suci Alkitab, terdapat banyak ayat yang memuat hikmah dan petunjuk bagi kehidupan umat manusia. Salah satu ayat yang seringkali menjadi titik fokus perenungan adalah yang terdapat dalam Injil Yohanes pasal 17, ayat ke-3. Ayat ini bukan sekadar deretan kata, melainkan sebuah fondasi esensial yang mendefinisikan inti dari apa yang disebut sebagai "hidup kekal".
Ayat Yohanes 17:3 berbunyi:
Bagi banyak orang, konsep "hidup kekal" seringkali diasosiasikan semata-mata dengan keberadaan setelah kematian, suatu keadaan abadi di alam baka. Namun, ayat ini memberikan dimensi yang lebih dalam dan revolusioner. Yesus, dalam doa-Nya kepada Bapa, menyatakan bahwa hidup kekal bukanlah semata-mata tentang kuantitas waktu (keabadian), tetapi lebih kepada kualitas hubungan dan pengetahuan.
Inti pertama dari hidup kekal, menurut firman Yesus, adalah kemampuan untuk "mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar". Kata "mengenal" di sini tidak merujuk pada sekadar pengetahuan intelektual atau informasi faktual. Dalam konteks Alkitab, terutama dalam tulisan Yohanes, "mengenal" seringkali berarti memiliki hubungan yang mendalam, akrab, dan personal. Ini adalah pengenalan yang melibatkan hati, pikiran, dan seluruh keberadaan seseorang.
Mengenal Allah yang benar berarti menyadari keberadaan-Nya yang mutlak, kekal, dan berdaulat. Ini adalah pengenalan yang menyingkapkan karakter-Nya yang kudus, kasih-Nya yang tak terbatas, dan kuasa-Nya yang tak tertandingi. Pengenalan ini membawa perubahan dalam cara pandang seseorang terhadap dunia, terhadap diri sendiri, dan terhadap sesama. Ketika seseorang benar-benar mengenal siapa Allah, maka prioritas hidupnya akan bergeser. Kebutuhan akan hal-hal duniawi yang fana akan berkurang, digantikan oleh kerinduan untuk menyenangkan dan melayani Sang Pencipta.
Bagian kedua dari definisi hidup kekal dalam ayat ini adalah mengenal "Yesus Kristus yang telah Engkau utus". Pengenalan terhadap Allah yang benar tidak dapat dipisahkan dari pengenalan akan Anak-Nya, Yesus Kristus. Yesus sendiri menyatakan dalam Yohanes 14:6, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."
Mengenal Yesus Kristus berarti memahami siapa Dia sebenarnya: Sang Firman yang menjadi manusia, Sang Mesias yang dinubuatkan, Sang Juruselamat dunia. Ini melibatkan keyakinan akan keilahian-Nya, karya penebusan-Nya di kayu salib, dan kebangkitan-Nya yang mematahkan kuasa maut. Pengenalan ini bukan hanya sekadar mengakui keberadaan-Nya, tetapi menerimanya sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi.
Melalui Yesus, manusia dapat diperdamaikan dengan Allah. Dia adalah jembatan yang menghubungkan manusia yang berdosa dengan Allah yang kudus. Melalui pengorbanan-Nya, dosa-dosa diampuni, dan hubungan yang rusak dapat dipulihkan. Oleh karena itu, pengenalan akan Yesus Kristus adalah gerbang menuju pengenalan yang sesungguhnya akan Allah Bapa.
Satu aspek yang sangat penting dari Yohanes 17:3 adalah bahwa hidup kekal bukanlah sesuatu yang hanya terjadi di masa depan, setelah kematian. Ayat ini menyatakan bahwa hidup kekal itu adalah, yang menyiratkan keberadaan yang dapat dialami pada saat ini. Ketika seseorang secara tulus mulai mengenal Allah yang benar dan Yesus Kristus melalui iman, ia sudah memasuki kualitas hidup yang berbeda. Hidup kekal dimulai dari momen kesadaran dan penerimaan akan kebenaran ilahi ini.
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang mengalami pengenalan ini sangatlah nyata. Ada kedamaian yang melampaui pemahaman, harapan yang tidak pernah padam, dan makna hidup yang mendalam. Ini adalah hidup yang ditandai oleh kasih, sukacita, dan pertumbuhan rohani, bahkan di tengah kesulitan dunia. Pengenalan ini memberdayakan seseorang untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah, mengubah pola pikir dan perilaku, serta menantikan kedatangan-Nya yang kedua dengan sukacita.
Oleh karena itu, merenungkan Yohanes 17:3 memberikan perspektif yang mendalam tentang arti sebenarnya dari kekristenan. Ini bukan hanya tentang mengikuti serangkaian aturan atau ritual, tetapi tentang membangun hubungan yang hidup dan personal dengan Allah Tritunggal. Momen untuk memulai perjalanan pengenalan ini adalah sekarang. Dengan membuka hati kepada firman-Nya dan menerima Yesus Kristus, kita dapat mulai mengalami anugerah hidup kekal yang telah disediakan bagi kita.