Ilustrasi simbolis dari penciptaan dan kegelapan.
Novel klasik Mary Shelley, Frankenstein; or, The Modern Prometheus, menyajikan alur cerita yang kompleks mengenai sains, moralitas, dan tanggung jawab. Inti dari kisah ini berpusat pada Victor Frankenstein, seorang mahasiswa kedokteran jenius dari Jenewa yang terobsesi untuk mengungkap rahasia kehidupan dan kematian. Didorong oleh rasa ingin tahu yang tak terbatas dan keinginan untuk mencapai keabadian ilmiah, Victor menghabiskan waktu berbulan-bulan dalam isolasi total, bekerja di laboratoriumnya yang tersembunyi.
Tujuan utamanya adalah menciptakan kehidupan. Setelah berhasil mengumpulkan bagian-bagian tubuh dari kamar mayat dan rumah jagal, Victor berhasil menyatukan makhluk besar dan menakutkan. Pada malam yang dramatis, dengan kilat menyambar di luar jendela, Victor berhasil mengalirkan energi kehidupan ke dalam ciptaannya. Namun, alih-alih menjadi mahakarya yang agung, hasil ciptaannya—yang sering keliru disebut Frankenstein (padahal Frankenstein adalah nama penciptanya)—adalah makhluk yang mengerikan dengan kulit kekuningan dan mata yang menganga.
Reaksi pertama Victor bukanlah kebanggaan ilmiah, melainkan kengerian yang mendalam. Melihat hasil karyanya yang cacat dan menakutkan, ia langsung melarikan diri dari laboratoriumnya, meninggalkan ciptaannya sendirian di dunia. Makhluk itu, yang pada awalnya memiliki tabula rasa (pikiran kosong), harus berjuang untuk memahami lingkungannya tanpa bimbingan apa pun.
Alur cerita kemudian mengikuti perkembangan tragis makhluk tersebut. Ia bersembunyi dan mengamati kehidupan manusia dari kejauhan, khususnya keluarga De Lacey. Dari observasi pasif ini, Makhluk belajar bahasa, sejarah, dan konsep emosi seperti cinta dan kebaikan. Namun, ketika ia mencoba untuk berhubungan dengan manusia—dengan harapan menemukan penerimaan—ia justru disambut dengan teror, kebencian, dan kekerasan fisik. Penolakan berulang ini menanamkan rasa kepahitan dan kesepian yang mendalam dalam dirinya.
Didorong oleh rasa sakit karena dikucilkan, Makhluk itu akhirnya melacak Victor. Ia menuntut pertanggungjawaban dari penciptanya. Dalam pertemuan yang penuh ketegangan, Makhluk itu mengajukan ultimatum: Victor harus menciptakan pasangan untuknya, sesama jenis ciptaan Victor, agar ia tidak lagi hidup dalam keterasingan abadi. Jika permintaannya dipenuhi, ia berjanji akan menghilang bersama pasangannya dan tidak akan pernah mengganggu kehidupan manusia lagi.
Victor awalnya setuju, memulai pekerjaan kedua yang mengerikan ini. Namun, ia mulai dihantui oleh ketakutan bahwa pasangan Makhluk itu mungkin akan berkembang biak atau bahwa kedua makhluk itu akan menjadi ancaman yang lebih besar bagi umat manusia. Dalam keputusasaan dan ketakutan, Victor menghancurkan ciptaan kedua yang hampir selesai di depan mata Makhluk itu.
Keputusan untuk menghancurkan pasangan tersebut adalah titik balik yang memicu pembalasan dendam yang kejam. Makhluk itu bersumpah, "Aku akan bersamamu di malam pernikahanmu!" Victor mengira ancaman itu ditujukan padanya, namun malam pernikahan Victor dengan tunangannya, Elizabeth Lavenza, menjadi malam teror yang sesungguhnya. Makhluk itu membunuh Elizabeth sebagai balasan atas penderitaan dan penolakan yang ia derita.
Setelah serangkaian tragedi pribadi yang menghancurkan keluarganya (termasuk kematian sahabatnya, Henry Clerval, dan ayah Victor), Victor Frankenstein mengabdikan sisa hidupnya untuk memburu ciptaannya, yang kini menjadi iblis pribadinya. Pengejaran ini membawa Victor jauh ke wilayah es di Kutub Utara.
Kisah ini mencapai puncaknya saat Victor yang kelelahan diselamatkan oleh Kapten Robert Walton, seorang penjelajah yang sedang dalam ekspedisi ilmiah. Victor menceritakan kisahnya kepada Walton sebelum akhirnya meninggal karena kelelahan dan kesedihan.
Setelah kematian Victor, Makhluk itu muncul di samping jenazah penciptanya. Ia mengungkapkan penyesalannya yang mendalam atas kekejaman yang telah ia lakukan, mengakui bahwa tindakannya adalah respons terhadap ketidakadilan dan pengabaian. Makhluk itu kemudian bersumpah untuk mengakhiri penderitaannya sendiri. Ia menghilang ke dalam kegelapan Arktik, berencana untuk membakar dirinya dan menghilang selamanya dari dunia, menutup alur cerita yang merupakan studi mendalam tentang penciptaan, tanggung jawab etis, dan dampak mengerikan dari pengasingan sosial.