Ilustrasi siklus kehidupan dan karunia hujan.
Surah An-Nahl (Lebah) dalam Al-Qur'an sarat dengan ayat-ayat yang mengajak manusia merenungkan keagungan dan rahmat Allah SWT melalui ciptaan-Nya. Khususnya pada ayat ke-65 hingga 70, Allah SWT mengingatkan hamba-Nya tentang proses alamiah yang terjadi di sekitar kita, yang mana setiap prosesnya mengandung hikmah dan bukti keesaan-Nya. Ayat-ayat ini dimulai dengan sebuah perenungan tentang air hujan yang turun dari langit.
Teks ini bukan sekadar deskripsi meteorologis. Ia adalah sebuah dialog ilahiah yang menantang akal kita. Bagaimana mungkin air yang berasal dari udara dapat membasahi bumi yang tandus, lalu darinya tumbuh berbagai macam tumbuhan yang menjadi sumber makanan utama bagi seluruh makhluk hidup? Proses ini terulang dari masa ke masa, menunjukkan konsistensi dan kekuasaan Sang Pencipta. Kaum yang berpikir, yakni mereka yang menggunakan akalnya secara mendalam, akan melihat bahwa ini bukan kebetulan, melainkan rencana agung dari Dzat yang Maha Kuasa.
Ayat selanjutnya (An-Nahl: 66) menjelaskan lebih lanjut tentang hasil dari air hujan tersebut:
Perhatikan perpindahan fokus dari flora ke fauna. Dari tanah yang mati menjadi hijau, kini Allah menyoroti bagaimana dari seekor hewan—yang asalnya memakan rumput—dapat dihasilkan susu yang murni dan bergizi. Susu ini adalah anugerah langsung dari perut hewan, yang kemudian menjadi nutrisi penting bagi manusia. Ayat ini mendorong rasa syukur. Syukur bukan sekadar ucapan lisan, tetapi pengakuan hati bahwa nikmat sebesar ini tidak datang dengan sendirinya, melainkan hasil dari desain ilahi.
Ayat 67 hingga 70 melanjutkan rangkaian perenungan ini dengan menyentuh aspek kehidupan manusia dan hewan secara lebih personal, termasuk misteri rezeki dan akhir kehidupan.
Ayat 67 menegaskan kembali manfaat multifaset dari hewan ternak. Selain susu, terdapat daging untuk dimakan, kulit untuk pakaian atau alas, dan bahkan kotorannya yang kembali menyuburkan bumi. Semuanya terintegrasi dalam siklus yang sempurna.
Kemudian, Allah beralih ke ayat 68-69 yang berbicara tentang wahyu kepada lebah—makhluk kecil yang menjadi nama surah tersebut.
Wahyu kepada lebah adalah petunjuk naluriah yang sempurna, menghasilkan madu yang tidak hanya menjadi makanan manis tetapi juga obat. Ini adalah bukti bagaimana Allah memberikan petunjuk kepada segala ciptaan-Nya, sesuai dengan kapasitas masing-masing.
Diakhiri dengan ayat 70, Allah mengingatkan manusia akan asal mula keberadaan mereka:
Ayat penutup ini menyadarkan kita akan batas kemampuan manusia. Kita diciptakan, diberi rezeki, namun pada akhirnya kita akan kembali dimatikan. Bahkan ketika usia lanjut mendatangkan kelemahan akal, ini pun bagian dari takdir yang menunjukkan bahwa kendali penuh ada di tangan Allah yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui segala sesuatu, dari tetes hujan hingga hembusan napas terakhir manusia.