Api Abadi Tempo: Independensi di Bawah Kepemimpinan Arif Zulkifli
Jurnalisme di Indonesia, sejak era awal kemerdekaan hingga era reformasi, selalu berada dalam tegangan konstan antara kebutuhan akan kebenaran publik dan tekanan kekuasaan. Di tengah lanskap yang penuh gejolak ini, majalah Tempo berdiri sebagai salah satu pilar utama yang menopang tradisi investigasi mendalam dan kritik tajam terhadap elit politik dan korporasi. Kisah konsistensi dan independensi Tempo tidak dapat dipisahkan dari sosok kepemimpinan redaksi yang memegang kendali di masa paling kritis, terutama dalam menghadapi gelombang disrupsi digital dan tantangan polarisasi politik. Sosok tersebut adalah Arif Zulkifli, atau yang akrab disapa AZ.
Peran seorang pemimpin redaksi di institusi sekelas Tempo jauh melampaui tugas manajerial editorial biasa. Ia adalah penjaga gawang etika, filter terhadap kepentingan eksternal, dan arsitek metodologi pelaporan yang sistematis. Di bawah kepemimpinan AZ, Tempo dituntut untuk menavigasi warisan panjang yang sarat sejarah—mulai dari pembredelan di masa Orde Baru hingga kebangkitan kembali pasca-Reformasi—sekaligus merumuskan relevansinya bagi generasi pembaca baru yang hidup di tengah banjir informasi dan kecepatan media sosial.
Artikel ini menyelami secara mendalam bagaimana Arif Zulkifli mendedikasikan karirnya untuk menjaga api investigasi tetap menyala, merespons ancaman terhadap kebebasan pers, dan memimpin transformasi multi-platform yang mengubah cara Tempo berbicara kepada publik, sambil tetap mempertahankan standar jurnalisme yang sudah menjadi ciri khas institusi tersebut: jurnalisme yang berani, mendalam, dan berbasis pada verifikasi multi-sumber yang ketat.
Warisan dan Beban Sejarah
Tempo bukan sekadar majalah; ia adalah monumen perlawanan pers di Indonesia. Sejak didirikan oleh Goenawan Mohamad dan kawan-kawan, ia telah berulang kali membuktikan bahwa integritas adalah mata uang yang paling berharga. Arif Zulkifli, yang memulai karirnya sebagai wartawan muda, mewarisi beban sejarah ini. Ia memahami bahwa setiap laporan utama yang diterbitkan bukan hanya konsumsi berita mingguan, tetapi juga penegasan ulang komitmen institusi terhadap demokrasi dan transparansi.
AZ harus memastikan bahwa semangat yang sama yang membuat Tempo berani menantang rezim otoriter di masa lalu, tetap relevan saat menghadapi korupsi sistemik, oligarki ekonomi, dan manipulasi informasi di era modern. Ini membutuhkan bukan hanya keberanian personal, tetapi juga pembangunan sistem redaksi yang kuat, di mana proses cek dan ricek, perlindungan sumber, dan independensi finansial berjalan secara paralel.
Metodologi Jurnalisme Investigasi di Bawah AZ
Jurnalisme investigasi adalah jantung dari identitas Tempo. Namun, di bawah tekanan kecepatan berita digital, menjaga kualitas investigasi adalah tantangan krusial. Arif Zulkifli dikenal sebagai sosok yang sangat menekankan metodologi kerja yang terstruktur dan sistematis. Ia memandang investigasi bukan sebagai serangkaian laporan acak, tetapi sebagai proyek jangka panjang yang membutuhkan sumber daya, waktu, dan lapisan verifikasi yang tidak bisa ditawar.
Sistem Verifikasi Berlapis (Multi-Source Verification)
Salah satu ciri khas utama yang diperkuat AZ adalah penolakan terhadap verifikasi tunggal atau bahkan ganda. Dalam kasus-kasus sensitif yang menyangkut kepentingan pejabat tinggi, korporasi besar, atau isu hak asasi manusia, standar Tempo mengharuskan adanya verifikasi dari minimal tiga hingga lima sumber independen yang kredibel. AZ sering menggarisbawahi bahwa kesalahan sekecil apa pun dapat digunakan oleh pihak yang disorot untuk mendelegitimasi seluruh laporan. Oleh karena itu, akurasi adalah bentuk perlindungan diri tertinggi bagi jurnalis.
"Kebenaran bukanlah sekadar fakta yang diucapkan, melainkan fakta yang telah diuji, diverifikasi, dan dibuktikan melalui proses yang ketat. Dalam jurnalisme investigasi, kita tidak boleh cepat puas dengan apa yang terlihat di permukaan." — Filosofi redaksi Tempo di bawah AZ.
Fokus pada verifikasi ini menciptakan kultur internal di mana wartawan didorong untuk menggali dokumen primer, melakukan wawancara silang, dan membangun basis data kontekstual sebelum hasil temuan diizinkan untuk dipublikasikan. Ini kontras dengan banyak media lain yang terperangkap dalam siklus berita instan.
Perlindungan Sumber dan Etika Pengungkapan
Investigasi yang menyasar skandal besar selalu menempatkan sumber informasi dalam risiko tinggi. AZ sangat tegas dalam penerapan standar perlindungan sumber (confidentiality). Ini mencakup pengamanan digital, anonimitas dalam komunikasi, dan kepastian bahwa identitas sumber tidak akan terungkap, bahkan kepada pihak internal redaksi yang tidak berkepentingan langsung.
Selain itu, Tempo di bawah arahannya juga mengembangkan etika pengungkapan yang matang, termasuk hak jawab (right of reply) yang diberikan secara adil dan ruang yang cukup bagi pihak yang dituduh untuk menyampaikan bantahan mereka. Keseimbangan ini penting untuk menjaga objektivitas dan menghindari kesan penghakiman di pengadilan opini publik.
Investigasi Kunci di Era AZ
Di bawah kepemimpinan Arif Zulkifli, Tempo terus menghasilkan laporan-laporan yang mengguncang. Laporan-laporan ini seringkali menyentuh sektor-sektor yang dianggap 'tidak tersentuh' oleh media lain:
- Skandal Keuangan dan Korupsi Pejabat Tinggi: Serangkaian laporan yang mengungkap praktik suap dan penyalahgunaan wewenang di lembaga penegak hukum, yang seringkali memicu reaksi keras dari institusi yang disorot.
- Konsesi Sumber Daya Alam: Investigasi mendalam mengenai perizinan tambang dan perkebunan sawit yang melibatkan konflik lahan dan kerugian negara, menyoroti keterkaitan antara pengusaha dan elit politik daerah maupun pusat.
- Isu Hak Asasi Manusia Kontemporer: Pelaporan yang konsisten terhadap kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk kekerasan aparat dan isu-isu diskriminasi minoritas, menegaskan peran Tempo sebagai suara bagi yang terpinggirkan.
Keberanian Tempo dalam melaporkan isu-isu ini bukan tanpa konsekuensi. Mereka menghadapi gugatan hukum bernilai miliaran rupiah, ancaman fisik, dan upaya sistematis untuk merusak reputasi mereka melalui media pro-pemerintah atau buzzer digital. Dalam situasi ini, kepemimpinan Arif Zulkifli berperan sebagai benteng moral dan penyedia dukungan hukum bagi tim redaksi.
Tempo di Tengah Gejolak Politik dan Oligarki Ekonomi
Di Indonesia, tantangan terbesar bagi pers independen bukanlah sensor negara secara eksplisit, melainkan tekanan yang lebih halus dan berlapis: tekanan oligarki ekonomi dan penggunaan instrumen hukum untuk membungkam (SLAPP - Strategic Lawsuits Against Public Participation). Arif Zulkifli dan Tempo harus berhadapan langsung dengan fenomena ini.
Ancaman Gugatan Hukum dan Kriminalisasi
Setiap kali Tempo menerbitkan laporan investigasi yang melibatkan tokoh kuat, respons yang paling umum adalah gugatan perdata dengan tuntutan ganti rugi yang fantastis. Taktik ini bertujuan untuk menguras sumber daya finansial dan psikologis redaksi. Di bawah AZ, Tempo membangun tim litigasi internal dan eksternal yang kuat, yang tidak hanya berfungsi sebagai pertahanan hukum, tetapi juga sebagai penegasan kembali bahwa mereka tidak akan gentar. Filosofi yang dipegang adalah, selama liputan dilakukan sesuai kaidah jurnalistik dan verifikasi ketat, mereka siap menghadapi pengadilan.
Pengalaman panjang Tempo menghadapi hukum telah menjadi pelajaran berharga bagi jurnalisme Indonesia. Hal ini mengajarkan bahwa independensi editorial harus didukung oleh kemandirian finansial dan ketahanan hukum. AZ selalu memastikan bahwa dana operasional majalah tidak bergantung pada iklan dari pihak-pihak yang sedang atau berpotensi menjadi target investigasi, sebuah langkah yang krusial untuk menjaga jarak.
Perlawanan terhadap Hoaks dan Serangan Karakter
Era digital membawa tantangan baru berupa perang informasi dan fabrikasi hoaks. Ketika Tempo merilis laporan sensitif, seringkali muncul kampanye masif di media sosial yang menuduh Tempo berpihak, menyebarkan fitnah, atau menjadi alat politik tertentu. AZ memimpin upaya untuk memerangi narasi ini melalui transparansi dan konsistensi.
Redaksi Tempo merespons serangan karakter bukan dengan ikut larut dalam kebisingan media sosial, tetapi dengan merilis penjelasan yang lebih rinci tentang metodologi pelaporan mereka. Strategi ini bertujuan untuk mendidik publik tentang perbedaan antara jurnalisme investigasi yang bertanggung jawab dan propaganda. AZ sering menekankan bahwa senjata terbaik melawan fitnah adalah kredibilitas yang dibangun selama puluhan tahun.
Kondisi ini menuntut wartawan Tempo tidak hanya menjadi reporter yang ulung, tetapi juga ahli dalam mendeteksi disinformasi. Ini melibatkan pelatihan khusus dalam penggunaan alat digital forensik dan pemahaman mendalam tentang jaringan buzzer politik dan ekonomi yang beroperasi di ranah digital.
Menjaga Jarak dari Kekuasaan
Dalam sistem demokrasi yang sedang berkembang seperti Indonesia, garis antara pers dan kekuasaan sering kali kabur. Banyak media tergoda untuk menjadi corong pemerintah atau oposisi. Arif Zulkifli memegang teguh prinsip Tempo yang sejak awal menolak untuk berpihak pada faksi politik manapun.
Independensi ini diwujudkan dalam kebijakan editorial yang ketat: kritik terhadap penguasa harus keras dan adil, namun pujian (jika memang layak) harus didasarkan pada data faktual, bukan kedekatan personal. AZ memahami bahwa kepercayaan publik adalah modal utama Tempo, dan modal itu akan hilang seketika jika publik mencium adanya kompromi atau keberpihakan.
Dilema Keputusan Redaksi di Masa Krisis:
Setiap minggu, tim redaksi di bawah AZ harus mengambil keputusan sulit mengenai penentuan sampul utama—keputusan yang secara langsung dapat memicu gejolak politik atau pasar. Keputusan ini selalu didasarkan pada dua pertimbangan utama: Signifikansi Publik (seberapa besar dampaknya bagi masyarakat) dan Kelengkapan Bukti (apakah bukti yang dikumpulkan sudah tak terbantahkan). Mengesampingkan pertimbangan politik demi dua prinsip ini adalah inti dari kepemimpinan editorial AZ.
Transisi Menuju Multi-Platform: Menghidupkan Tempo di Era Digital
Tantangan terbesar yang dihadapi Arif Zulkifli di masa jabatannya adalah revolusi digital. Tradisi panjang Tempo sebagai majalah cetak mingguan yang fokus pada narasi panjang dan mendalam, harus beradaptasi dengan kebutuhan publik akan informasi yang cepat, interaktif, dan disajikan melalui berbagai kanal—televisi (Tempo TV), digital (Tempo.co), dan majalah digital.
Mengintegrasikan Kecepatan dan Kedalaman
Transisi digital sering kali memaksa media untuk mengorbankan kedalaman demi kecepatan. AZ memimpin Tempo dalam upaya mengawinkan dua kebutuhan yang kontradiktif ini. Strategi yang diadopsi adalah memisahkan unit berita harian (newsroom digital) yang fokus pada kecepatan dan liputan peristiwa terkini, dari unit investigasi yang bekerja dalam jangka waktu lebih panjang dan fokus pada laporan eksklusif.
Namun, kedua unit ini bekerja di bawah satu payung etika dan verifikasi yang sama. Laporan investigasi mingguan Tempo (yang semula eksklusif cetak) kini diolah menjadi format multi-media yang kaya, mencakup video dokumenter pendek, infografis interaktif, dan podcast, sehingga narasi mendalam dapat menjangkau audiens digital yang lebih luas.
Tantangan Monetisasi dan Keberlanjutan
Monetisasi konten berkualitas adalah masalah global bagi industri media. Di Indonesia, di mana budaya membayar konten berita masih rendah, Tempo harus mencari model bisnis yang berkelanjutan. Di bawah arahan AZ, Tempo bereksperimen dengan model berlangganan (subscription model) yang menekankan nilai eksklusivitas konten investigasi dan analisis yang tidak ditemukan di media gratis lainnya.
Model keberlanjutan Tempo mencakup:
- Konten Berbayar Eksklusif: Laporan investigasi mendalam dan analisis politik/ekonomi yang menjadi ciri khas, ditempatkan di balik paywall (dinding pembayaran) digital.
- Event dan Pelatihan Jurnalistik: Memanfaatkan keahlian Tempo sebagai lembaga pelatihan dan penyelenggara diskusi publik yang berbayar.
- Diversifikasi Iklan Non-Politik: Mencari iklan dari sektor yang memiliki risiko konflik kepentingan minimal untuk menjaga independensi editorial.
Keputusan untuk berinvestasi besar-besaran dalam teknologi dan pelatihan digital menunjukkan visi jangka panjang AZ: bahwa di tengah lautan informasi dangkal, konten yang berkualitas tinggi akan selalu memiliki harga dan pasar tersendiri, asalkan disajikan secara efektif dan mudah diakses.
Peran Tempo di Media Sosial
Media sosial menjadi medan pertempuran baru. Tempo menggunakan platform seperti X (Twitter) dan Instagram tidak hanya untuk menyebarkan berita, tetapi juga untuk membangun citra sebagai merek yang kredibel dan tepercaya. AZ menyadari bahwa di ruang digital, narasi palsu menyebar cepat. Oleh karena itu, Tempo harus memastikan bahwa setiap konten yang mereka sebarkan, meskipun pendek dan cepat, tetap memiliki bobot verifikasi yang sama dengan laporan cetak mereka.
Ini adalah tugas berat: mempertahankan gaya bahasa yang tajam dan kritis tanpa kehilangan nuansa yang biasanya hanya mungkin dicapai dalam format tulisan panjang. Keberhasilan dalam transisi ini sangat bergantung pada kemampuan redaksi untuk tetap fokus pada esensi cerita, terlepas dari platform penyajiannya.
Membangun Budaya Redaksi yang Tangguh dan Etis
Fondasi utama sebuah institusi media yang independen adalah budaya internalnya. Arif Zulkifli tidak hanya berfokus pada hasil laporan, tetapi juga pada pembentukan karakter wartawan yang berintegritas. Di lingkungan Tempo, integritas tidak hanya berarti menolak suap, tetapi juga menolak bias, menghindari konflik kepentingan, dan mengakui kesalahan secara terbuka.
Pengembangan Kapasitas Jurnalis
Dalam menghadapi kompleksitas isu modern—mulai dari kejahatan siber, skema pencucian uang global, hingga perubahan iklim—wartawan membutuhkan keahlian yang melampaui kemampuan pelaporan tradisional. AZ mendorong pelatihan berkelanjutan dalam bidang jurnalisme data (data journalism) dan pelaporan lintas batas (cross-border reporting).
Jurnalisme data, khususnya, menjadi alat vital. Dengan menganalisis set data besar, Tempo mampu menemukan pola korupsi atau penyimpangan kebijakan yang tidak terlihat melalui wawancara konvensional. Pendekatan ini memastikan bahwa kritik Tempo didasarkan pada bukti statistik dan faktual yang kuat.
Kepemimpinan yang Berorientasi pada Mentoring
Gaya kepemimpinan Arif Zulkifli sering digambarkan sebagai kepemimpinan yang berorientasi pada mentoring. Ia percaya bahwa kualitas output redaksi sangat ditentukan oleh kualitas pembinaan bagi wartawan muda. Di lingkungan Tempo, tradisi kritik editorial yang konstruktif dan proses bimbingan yang ketat (sekolah Tempo) adalah hal yang wajib.
Setiap naskah, terutama laporan investigasi, melalui proses editing yang sangat berlapis. Proses ini tidak hanya bertujuan memperbaiki tata bahasa atau struktur, tetapi untuk menguji logika, validitas bukti, dan kesiapan redaksi menghadapi implikasi hukum dan politik dari laporan tersebut. AZ memastikan bahwa staf redaksi memahami risiko yang mereka ambil, dan bahwa mereka sepenuhnya didukung oleh institusi.
Independensi Editorial vs. Kesehatan Finansial
Salah satu dilema terbesar yang terus dikelola oleh AZ adalah menjaga agar tekanan finansial tidak pernah merembes ke dalam ruang editorial. Dalam beberapa kasus, tekanan dari pengiklan besar yang merasa terganggu oleh laporan Tempo adalah hal yang tak terhindarkan. Konsistensi Tempo dalam menolak intervensi ini telah menjadi legenda di kalangan jurnalis Indonesia.
Arif Zulkifli dan manajemen selalu memastikan bahwa dinding pemisah (wall) antara bagian bisnis dan bagian redaksi tetap kokoh. Keputusan untuk memublikasikan sebuah berita hanya didasarkan pada nilai berita dan bukti yang dimiliki, tanpa mempertimbangkan potensi kerugian finansial yang mungkin timbul dari hilangnya pendapatan iklan. Komitmen ini bukan hanya janji etis, tetapi juga strategi bisnis jangka panjang: kredibilitas yang tak ternilai harganya.
Masa Depan Jurnalisme Watchdog Indonesia: Perspektif AZ
Menjelang dan setelah transisi kepemimpinan, pandangan Arif Zulkifli mengenai masa depan jurnalisme investigasi di Indonesia tetap relevan dan penting. Ia melihat bahwa tantangan yang akan datang tidak hanya bersifat teknologi, tetapi juga ideologis, khususnya dalam menghadapi gelombang populisme dan upaya sistematis untuk merusak kepercayaan publik terhadap pers.
Ancaman terhadap Kepercayaan Publik
AZ secara konsisten memperingatkan bahwa ancaman terbesar bagi demokrasi adalah erosi kepercayaan publik terhadap institusi yang bertugas mengawasi kekuasaan. Ketika masyarakat tidak lagi percaya pada pers, ruang publik akan diisi oleh propaganda, teori konspirasi, dan berita palsu. Oleh karena itu, tugas Tempo dan media independen lainnya adalah bekerja lebih keras lagi untuk membuktikan kredibilitas mereka setiap hari.
Ini membutuhkan pendekatan yang lebih proaktif, termasuk program literasi media untuk masyarakat dan kolaborasi dengan lembaga non-pemerintah lainnya dalam memerangi disinformasi. Tempo tidak hanya harus menjadi pemberita, tetapi juga pendidik publik.
Kolaborasi Lintas Batas
Dalam era globalisasi, korupsi dan kejahatan finansial jarang terjadi hanya di satu negara. Skema pencucian uang, penghindaran pajak, dan penempatan aset tersembunyi memerlukan pelaporan lintas batas. Arif Zulkifli mendorong Tempo untuk aktif dalam jaringan jurnalisme investigasi global, seperti International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ).
Keterlibatan dalam proyek-proyek internasional (seperti pelaporan Panama Papers atau Paradise Papers yang memiliki relevansi di Indonesia) memungkinkan Tempo mengakses data dan konteks global, memperkuat temuan lokal dengan bukti internasional, dan memberikan perlindungan tambahan bagi wartawan yang bekerja dalam proyek sensitif.
Jurnalisme sebagai Aktivisme Non-Partisan
Arif Zulkifli memahami bahwa jurnalisme investigasi, meskipun non-partisan, pada dasarnya adalah bentuk aktivisme demi kebaikan publik. Ini adalah upaya untuk menekan akuntabilitas, mendorong reformasi, dan memberikan informasi kepada masyarakat agar mereka dapat membuat keputusan yang lebih baik dalam memilih pemimpin dan kebijakan. Jurnalisme bukan hanya tentang melaporkan apa yang terjadi, tetapi tentang mengungkap mengapa hal itu terjadi, dan apa konsekuensinya.
Dalam pandangan AZ, media harus terus menjadi "anjing penjaga" (watchdog) yang gigih, selalu curiga terhadap kekuasaan yang tidak terbatas, dan selalu berpihak pada kepentingan rakyat banyak, bukan pada kepentingan golongan tertentu.
Pentingnya Regenerasi dan Estafet Kepemimpinan:
Salah satu warisan paling penting dari AZ adalah penekanan pada regenerasi kepemimpinan. Ia memastikan bahwa tradisi dan metodologi Tempo diturunkan kepada generasi muda jurnalis melalui proses yang terstruktur. Ini menjamin bahwa fondasi yang kuat yang dibangun selama puluhan tahun tidak akan rapuh hanya karena pergantian individu di pucuk pimpinan. Estafet ini memastikan keberlangsungan api investigasi, di mana generasi muda tidak hanya mewarisi nama besar, tetapi juga standar etika dan keberanian yang sama.
Keputusan-keputusan editorial yang diambil di bawah kepemimpinan Arif Zulkifli akan terus menjadi studi kasus penting dalam sejarah pers Indonesia. Ia berhasil membimbing salah satu institusi media paling ikonik melalui masa transisi yang sangat bergejolak, mempertahankan komitmen pada kebenaran yang mendalam, sambil sukses melakukan modernisasi yang dibutuhkan untuk bertahan di abad ke-21. Dedikasinya terhadap profesionalisme, etika, dan keberanian adalah standar emas bagi jurnalisme investigasi di kawasan ini.
Tentu saja, peran krusial seorang pemimpin redaksi tidak berhenti pada pengambilan keputusan taktis semata. Ia juga merupakan garda terdepan dalam menjaga moral tim. Ketika wartawan Tempo menghadapi teror, intimidasi, atau gugatan, AZ berdiri tegak sebagai perisai, memastikan bahwa fokus mereka tetap pada tugas utama: mencari kebenaran. Dukungan psikologis dan kejelasan mandat yang ia berikan menjadi energi pendorong bagi para wartawan untuk terus bekerja tanpa rasa takut yang berlebihan.
Perluasan ekosistem Tempo di bawah AZ juga mencakup sinergi antara berbagai platform. Misalnya, bagaimana hasil investigasi cetak diolah menjadi episode mendalam dalam program Tempo TV, atau bagaimana data yang diungkapkan oleh unit data diolah menjadi visualisasi yang mudah dicerna di Tempo.co. Sinergi ini memaksimalkan dampak dari setiap pelaporan, menjadikan informasi penting menjangkau berbagai segmen masyarakat, dari pembaca tradisional hingga pengguna media sosial yang lebih muda. Efektivitas multi-platform ini sangat vital dalam melawan monopoli narasi oleh pihak-pihak berkuasa.
AZ juga sangat kritis terhadap fenomena 'jurnalisme pesanan' atau media yang memiliki agenda tersembunyi. Ia selalu mengingatkan redaksi bahwa integritas harus dijaga hingga ke detail terkecil, termasuk dalam pemilihan diksi dan framing berita. Dalam konteks politik yang panas, di mana setiap kata dapat diinterpretasikan sebagai keberpihakan, netralitas sejati Tempo terletak pada keadilan penyajian bukti, bukan pada upaya menyenangkan semua pihak. Hal ini menuntut adanya pelatihan internal yang terus menerus mengenai bias kognitif dan cara menyusun laporan yang secara faktual akurat dan adil secara konteks.
Dalam skala yang lebih luas, Arif Zulkifli telah meninggalkan cetak biru operasional yang menunjukkan bahwa media independen di negara berkembang dapat bertahan dan bahkan berkembang, asalkan mereka memprioritaskan kualitas di atas segalanya. Model Tempo membuktikan bahwa di tengah pasar berita yang jenuh, ada ruang bagi konten yang premium dan berharga, yang mampu menarik basis pembaca setia yang bersedia berinvestasi dalam kebenaran. Ini adalah pelajaran berharga bagi seluruh industri media di Asia Tenggara yang menghadapi tantangan serupa.
Kesimpulannya, perjalanan Tempo di bawah kepemimpinan Arif Zulkifli adalah narasi tentang ketahanan institusional, keberanian moral, dan adaptasi strategis. Ia bukan hanya seorang editor, tetapi seorang pelestari warisan dan seorang visioner yang mempersiapkan Tempo untuk pertempuran informasi di masa depan. Warisannya terletak pada ribuan laporan yang mengungkap kebobrokan, jutaan pembaca yang teredukasi, dan budaya redaksi yang tetap teguh memegang prinsip jurnalisme sejati di tengah badai perubahan. Konsistensi ini memastikan bahwa api jurnalisme investigasi yang telah dihidupkan sejak masa-masa sulit pendirian Tempo, akan terus menyala terang, menjadi mercusuar bagi demokrasi Indonesia.