Arisan, sebagai tradisi sosial dan sistem tabungan informal yang berakar kuat dalam budaya Indonesia, telah mengalami transformasi signifikan seiring dengan perkembangan teknologi digital. Transformasi ini melahirkan fenomena yang dikenal sebagai Arisan Online. Konsep dasarnya tetap sama: sekelompok individu menyepakati iuran rutin, dan salah satu anggota akan menerima total dana yang terkumpul pada periode yang telah ditentukan. Namun, digitalisasi membawa mekanisme, jangkauan, dan—yang paling krusial—risiko yang sama sekali baru.
Artikel komprehensif ini bertujuan untuk membedah setiap aspek arisan online, mulai dari landasan filosofisnya, model operasional, strategi keamanan, hingga kerangka hukum yang relevan di Indonesia. Pemahaman mendalam ini sangat penting bagi calon peserta maupun penyelenggara (bandar/host) agar dapat memaksimalkan manfaat sekaligus memitigasi potensi kerugian yang mungkin timbul.
Secara historis, arisan bukan sekadar alat finansial, tetapi juga perekat sosial. Di lingkungan masyarakat tradisional, arisan berfungsi ganda:
Perpindahan ke platform online, seperti grup WhatsApp, Telegram, atau aplikasi khusus, terjadi karena kebutuhan akan efisiensi geografis dan waktu. Peserta tidak perlu lagi berkumpul fisik, yang memungkinkan jangkauan peserta melintasi batas kota atau bahkan negara.
Arisan Online didefinisikan sebagai sistem pengumpulan dan pendistribusian dana kolektif yang dikelola dan dioperasikan secara eksklusif melalui media digital. Karakteristik utamanya meliputi:
Arisan online tidak memiliki satu format tunggal. Variasi ini sering didasarkan pada tujuan dan objek yang diperariskankan:
Model ini adalah yang paling umum, melibatkan sejumlah uang tunai yang disetorkan. Durasi (siklus) bervariasi, dari bulanan hingga mingguan.
Objek yang dikumpulkan bukanlah uang tunai, melainkan barang bernilai tinggi.
Model-model ini menunjukkan adaptasi arisan terhadap kebutuhan finansial modern. Arisan emas, misalnya, mengatasi masalah inflasi dan menawarkan jalur investasi yang lebih mudah diakses bagi masyarakat umum dibandingkan investasi pasar modal yang kompleks. Namun, semakin tinggi nilai objek yang diperariskankan, semakin besar pula tingkat kepercayaan yang harus dimiliki oleh para anggota terhadap penyelenggara. Kepercayaan menjadi mata uang utama dalam ekosistem arisan online.
Bandar atau host adalah poros utama dari setiap arisan online. Tugas mereka melampaui sekadar mengumpulkan uang; mereka adalah manajer risiko, mediator, dan administrator keuangan.
Untuk kompensasi atas pekerjaan berat ini, bandar seringkali mengambil posisi "pemenang" di putaran pertama tanpa harus membayar iuran penuh, atau mereka mengenakan biaya administrasi kecil yang disepakati di awal.
Penentuan pemenang harus dilakukan dengan cara yang dapat dipercaya oleh semua anggota. Dalam lingkungan digital, ada dua metode dominan:
Bandar menggunakan media fisik (kertas undian) namun proses pengocokan direkam atau disiarkan langsung melalui platform seperti Instagram Live atau Zoom. Ini memberikan bukti visual bahwa prosesnya adil, meskipun masih rentan terhadap manipulasi jika tidak diawasi ketat.
Penggunaan Random Number Generator (RNG) dari aplikasi pihak ketiga. Metode ini dianggap paling objektif karena menghilangkan campur tangan manusia. Namun, anggota harus percaya bahwa aplikasi tersebut tidak memiliki celah keamanan atau bias yang menguntungkan bandar.
Keamanan dalam arisan online bergantung pada penggunaan teknologi yang aman dan integritas bandar. Protokol yang baik meliputi:
Manajemen risiko yang profesional inilah yang membedakan arisan online yang dikelola dengan baik dari skema penipuan cepat yang berbasis ponzi.
Isu terbesar dalam operasional arisan online adalah manajemen keterlambatan pembayaran. Ketika seorang anggota menunggak, bandar dihadapkan pada dilema: apakah menunda penyerahan dana kepada pemenang, atau menalangi dana tersebut dari kantong pribadi? Jika bandar sering menalangi, mereka menanggung risiko finansial yang substansial, terutama jika terjadi kasus gagal bayar berkelanjutan. Oleh karena itu, aturan denda yang tegas, yang disepakati oleh semua pihak di awal, menjadi instrumen mitigasi risiko yang vital. Denda ini tidak bersifat mencari keuntungan, melainkan untuk menutupi biaya operasional dan menjaga disiplin pembayaran. Analisis mendalam menunjukkan bahwa arisan online yang sukses seringkali memiliki struktur keanggotaan yang homogen (misalnya, kolega kantor atau sesama alumni) di mana tekanan sosial lebih mudah diterapkan untuk memastikan kepatuhan pembayaran.
Di luar kerugian finansial, kegagalan dalam arisan online dapat menimbulkan dampak psikologis yang serius. Rasa malu, rasa bersalah karena menyeret orang lain (terutama jika arisan berbasis pertemanan), dan hilangnya kepercayaan terhadap sistem informal adalah konsekuensi yang umum. Penyelenggara yang kredibel harus memiliki mekanisme mediasi yang efektif untuk menyelesaikan perselisihan tanpa merusak hubungan sosial antaranggota.
Arisan, baik tradisional maupun online, secara hukum di Indonesia berada di zona abu-abu. Ia diakui sebagai bentuk perjanjian tidak bernama (onbenoemde overeenkomst) berdasarkan prinsip kebebasan berkontrak (Pasal 1338 KUH Perdata), selama memenuhi syarat sah perjanjian (Pasal 1320 KUH Perdata: kesepakatan, kecakapan, objek tertentu, sebab yang halal).
Penting untuk dicatat bahwa arisan bukan termasuk kegiatan yang diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), karena ia tidak memenuhi definisi kegiatan perbankan (menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan), asuransi, atau pasar modal. Arisan murni adalah kesepakatan perdata antarpihak.
Garis pemisah antara arisan online yang sah (perdata) dan skema penipuan (pidana) sangat tipis. Arisan menjadi ilegal dan masuk ranah pidana apabila terjadi indikasi berikut:
Jika penyelenggara (bandar) menjanjikan keuntungan (bunga/return) yang tidak berasal dari iuran anggota, melainkan dari rekrutmen anggota baru, maka ini adalah ciri khas skema ponzi. Dalam arisan murni, total dana yang dikumpulkan sama dengan total dana yang didistribusikan; tidak ada nilai tambah selain dari manfaat sirkulasi waktu.
Terjadi ketika bandar menggunakan tipu muslihat, rangkaian kebohongan, atau janji palsu untuk menggerakkan orang menyerahkan uang, dengan niat untuk menguasai uang tersebut. Jika bandar tiba-tiba menghilang (scamming) membawa seluruh dana, ini jelas merupakan penipuan.
Terjadi ketika bandar sudah menerima dana secara sah, namun kemudian menggunakan dana tersebut untuk keperluan pribadinya, alih-alih memberikannya kepada pemenang arisan. Ini adalah kasus penyalahgunaan kepercayaan.
Risiko dalam arisan online tidak hanya datang dari bandar yang curang, tetapi juga dari anggota lain:
Peserta wajib mempertimbangkan reputasi bandar dan kekokohan jaringan sosial dalam grup arisan sebagai jaminan utama. Dalam arisan online, tidak ada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang menjamin kerugian.
Ketika sengketa arisan dibawa ke ranah hukum, prosesnya seringkali rumit. Jika sifatnya murni gagal bayar antaranggota, maka ini adalah sengketa perdata yang membutuhkan pembuktian perjanjian yang jelas. Sayangnya, banyak perjanjian arisan online hanya didasarkan pada kesepakatan lisan atau tangkapan layar chat, yang menyulitkan pembuktian di pengadilan. Hakim akan mencari bukti transfer, riwayat komunikasi, dan kesaksian. Sebaliknya, jika terbukti ada unsur penipuan, penegak hukum akan mengambil langkah pidana. Pihak berwenang, termasuk Kepolisian dan Satgas Waspada Investasi (SWI), seringkali mendorong masyarakat untuk tidak bergabung dengan arisan yang menjanjikan pengembalian modal yang tidak realistis, karena ini adalah indikasi kuat skema Ponzi berkedok arisan.
Untuk memitigasi risiko hukum, setiap arisan online harus memiliki dokumentasi yang sangat detail, antara lain:
Bergabung dalam arisan harus didasarkan pada kebutuhan finansial yang terencana, bukan sekadar ikut-ikutan. Peserta harus menentukan apakah mereka membutuhkan uang di awal (kredit) atau di akhir (tabungan).
Integritas bandar adalah penentu utama keberhasilan arisan online. Kriteria pemilihan meliputi:
Hindari arisan yang menawarkan hadiah, bonus, atau janji keuntungan yang tidak masuk akal. Arisan sejati adalah mekanisme nol-sum (zero-sum) di mana tidak ada pihak yang menghasilkan keuntungan finansial selain dari manfaat pengelolaan waktu dan pendanaan.
Kegagalan arisan seringkali dipicu oleh kurangnya disiplin anggota. Etika partisipasi meliputi:
Pendekatan etis dalam arisan online juga mencakup penghormatan terhadap privasi anggota lain. Bandar dan anggota harus menahan diri untuk tidak menyebarkan informasi finansial atau pribadi anggota lain di luar konteks arisan. Dalam konteks pencegahan penipuan, anggota memiliki tanggung jawab untuk melakukan uji tuntas (due diligence). Jika bandar mulai sering mengubah tanggal pembayaran, atau jika catatan keuangan mulai terlihat kacau, anggota harus segera menuntut audit atau keluar dari grup sebelum kerugian menjadi lebih besar. Disiplin diri dan kemampuan untuk memisahkan dana arisan dari dana kebutuhan sehari-hari adalah kunci sukses bagi peserta, karena kegagalan manajemen kas pribadi adalah penyebab nomor satu dari penunggakan iuran di tengah siklus.
Pengalaman menunjukkan bahwa arisan yang dikelola menggunakan aplikasi resmi yang terstruktur (bukan hanya grup chat) seringkali menawarkan tingkat keamanan dan transparansi yang lebih tinggi. Aplikasi tersebut dapat mengotomatisasi pengingat, pencatatan transaksi, dan bahkan proses kocokan, meminimalkan risiko kesalahan manusia dan manipulasi bandar.
Perkembangan teknologi finansial telah memberikan alat baru yang potensial untuk meningkatkan keamanan arisan online, meskipun implementasinya masih terbatas.
Konsep arisan yang dijalankan di atas teknologi blockchain memungkinkan terciptanya "Smart Contracts" yang mengikat. Kontrak pintar ini dapat mengotomatisasi pengumpulan iuran, menjalankan fungsi kocok acak yang terverifikasi, dan mentransfer dana ke pemenang secara otomatis. Ini akan menghilangkan kebutuhan akan bandar tunggal yang memegang semua kepercayaan dan dana, sehingga secara drastis mengurangi risiko penggelapan.
Integrasi dengan dompet digital (e-wallet) memungkinkan pembayaran yang lebih cepat dan pencatatan transaksi yang lebih rapi dibandingkan transfer bank tradisional. Aplikasi arisan modern dapat menggunakan API pembayaran untuk memastikan bahwa iuran dibayarkan tepat waktu dan tercatat secara instan.
Salah satu batasan utama arisan online saat ini adalah skalabilitas. Arisan tradisional terbatas pada kelompok yang saling kenal. Ketika arisan diperluas ke ratusan atau ribuan anggota anonim melalui media sosial, faktor kepercayaan sosial hilang, dan arisan tersebut mulai menyerupai kegiatan investasi berisiko tinggi.
Solusi untuk skalabilitas seringkali melibatkan sistem penilaian kredit mikro. Jika platform arisan dapat menilai kredibilitas finansial setiap peserta sebelum mereka bergabung (mirip dengan penilaian kredit P2P Lending), risiko gagal bayar dapat dikelola lebih baik, memungkinkan partisipasi yang lebih luas tanpa mengorbankan keamanan anggota.
Meskipun memiliki risiko, arisan online berpotensi besar untuk mendorong inklusi finansial, terutama bagi kelompok yang sulit mengakses layanan perbankan formal atau kredit tradisional.
Pemerintah dan regulator dapat berperan dengan menyediakan kerangka kerja legal yang mengakui dan melindungi bentuk tabungan kolektif ini, selama ia tidak bertransformasi menjadi kegiatan penghimpunan dana ilegal yang merugikan publik.
Tren masa depan juga menunjukkan peningkatan permintaan terhadap arisan yang sangat terspesialisasi. Bukan hanya arisan emas, tetapi juga arisan saham atau reksadana, di mana iuran digunakan untuk membeli aset keuangan secara kolektif, dan pemenang mendapatkan porsi aset tersebut. Hal ini membutuhkan tingkat literasi keuangan yang lebih tinggi dan regulasi yang jauh lebih ketat karena melibatkan instrumen pasar modal.
Perkembangan penting lainnya adalah munculnya 'Arisan Bersyarat' atau Conditional Arisan. Dalam model ini, giliran menang tidak lagi ditentukan murni oleh keberuntungan atau waktu, tetapi oleh pemenuhan kriteria tertentu, seperti mencapai target tabungan tertentu atau menyelesaikan tugas pengembangan keterampilan. Model ini menjauhkan arisan dari sekadar undian dan mendekatkannya pada sistem insentif dan pengembangan diri kolektif. Namun, implementasi model yang kompleks ini memerlukan platform teknologi yang sangat canggih dan integritas pengelola yang absolut untuk memverifikasi pemenuhan syarat. Tantangan hukum terbesar di sini adalah memastikan bahwa penentuan giliran yang didasarkan pada syarat tidak melanggar prinsip keadilan yang merupakan inti dari tradisi arisan.
Kesimpulannya, masa depan arisan online sangat bergantung pada kemampuan teknologi untuk menggantikan aspek kepercayaan sosial yang hilang dengan jaminan transaksional yang tidak dapat dimanipulasi. Selama aspek ini dapat dipenuhi, arisan online akan terus menjadi bagian integral dari strategi manajemen keuangan informal di Indonesia.
Sejarah arisan online telah diwarnai oleh beberapa kasus penipuan besar yang merugikan miliaran rupiah. Analisis terhadap kasus-kasus ini menunjukkan pola umum yang harus diwaspadai:
Sebelum menyetor rupiah pertama, calon peserta harus melakukan verifikasi ketat:
Jika Anda menjadi korban penipuan arisan online, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:
Mekanisme pelaporan kepada Kepolisian dalam kasus arisan online memerlukan penekanan pada unsur pidana. Polisi membutuhkan bukti yang jelas bahwa ada tindakan melawan hukum, bukan hanya ketidakmampuan bayar. Sebagai contoh, jika bandar mengaku dana hilang karena "perampokan digital" tanpa bukti forensik, ini harus diselidiki sebagai upaya penggelapan. Kerjasama antar korban sangat penting; laporan kolektif dari banyak pihak yang dirugikan akan memberikan bobot hukum yang lebih besar dan mempermudah proses penyidikan oleh pihak berwenang, terutama dalam melacak aliran dana yang melibatkan berbagai rekening bank.
Selain itu, aspek digital forensik menjadi krusial. Dalam banyak kasus penipuan online, bandar telah menghapus semua jejak digital. Oleh karena itu, peserta didorong untuk segera mengarsipkan semua komunikasi, baik dalam bentuk print-out maupun penyimpanan cloud yang aman, untuk menghindari hilangnya bukti utama. Perlindungan terhadap kerugian finansial di era digital harus dimulai dari kesadaran setiap individu bahwa sistem informal tanpa regulasi resmi membawa risiko yang setara dengan potensi keuntungannya.
Bagi mereka yang ingin menyelenggarakan arisan online dengan aman, fokus utama harus pada pengelolaan komunitas, bukan hanya pengelolaan uang. Langkah-langkahnya meliputi:
Arisan yang kuat didasarkan pada dua pilar: transparansi finansial dan ikatan sosial yang tidak terputus. Hilangnya salah satu pilar ini secara instan meningkatkan risiko kerugian. Pendidikan berkelanjutan mengenai risiko investasi ilegal juga harus menjadi bagian dari etos grup arisan yang sehat.
Penting untuk diingat bahwa arisan, dalam esensinya, adalah perjanjian tolong-menolong. Ketika motif tolong-menolong digantikan oleh motif mencari keuntungan finansial yang cepat dan tidak realistis, ia berhenti menjadi arisan dan berubah menjadi aktivitas spekulatif yang berbahaya.
Dari perspektif ekonomi, arisan dapat dianalisis sebagai skema pendanaan mikro yang unik. Bagi anggota yang mendapatkan giliran awal, arisan berfungsi sebagai kredit tanpa bunga. Mereka menerima sejumlah besar uang yang harus mereka bayar kembali melalui angsuran tanpa beban bunga tambahan.
Namun, bagi anggota yang mendapatkan giliran akhir, arisan adalah bentuk tabungan paksa dengan imbal hasil nol (kecuali jika dikompensasi dengan biaya administrasi bandar yang diambil dari pemenang awal). Jika dihitung dengan mempertimbangkan nilai waktu uang (time value of money), anggota yang mendapat giliran akhir sebenarnya mengalami kerugian kecil karena dana mereka tergerus inflasi selama siklus berjalan.
Kelebihan utama arisan dibandingkan bank atau fintech pinjaman adalah:
Keterbatasan utamanya adalah timing mismatch. Seseorang mungkin membutuhkan dana pada bulan tertentu, tetapi tidak ada jaminan bahwa mereka akan mendapatkan giliran menang pada waktu yang dibutuhkan. Arisan online tidak mampu memberikan likuiditas seketika seperti yang ditawarkan oleh layanan P2P Lending yang terdaftar di OJK.
Dalam teori ekonomi, arisan menciptakan masalah moral hazard yang khas, terutama bagi pemenang giliran awal. Setelah menerima dana, insentif untuk melanjutkan pembayaran sisa iuran seringkali menurun, karena mereka telah mendapatkan manfaat penuh dari sistem tersebut. Hal ini menciptakan beban moral dan finansial bagi bandar dan anggota lainnya.
Untuk mengatasi masalah ini, grup arisan yang cerdas sering menerapkan beberapa solusi non-finansial:
Struktur insentif ini sangat bergantung pada keberlanjutan hubungan sosial. Dalam arisan online yang anggotanya anonim, mekanisme insentif berbasis moral hazard ini hampir tidak berfungsi sama sekali, yang menjelaskan mengapa tingkat risiko penipuan dan gagal bayar jauh lebih tinggi di grup terbuka.
Meskipun arisan online dan P2P Lending sama-sama merupakan sistem pendanaan digital yang melibatkan banyak pihak, keduanya memiliki perbedaan fundamental dari segi regulasi dan risiko:
| Aspek | Arisan Online (Non-Regulasi) | P2P Lending (Regulasi OJK) |
|---|---|---|
| Dasar Hukum | Perjanjian Perdata (KUH Perdata) | Peraturan OJK (POJK), Perizinan Resmi |
| Tujuan | Tabungan Kolektif & Jaringan Sosial | Investasi & Pinjaman Berbunga |
| Imbal Hasil | Nol (Zero-Sum Game) | Bunga (Potensi Keuntungan/Kerugian) |
| Jaminan | Kepercayaan Sosial & Reputasi | Skor Kredit, Jaminan Digital |
| Perlindungan | Hanya melalui jalur pengadilan pidana/perdata | Diawasi OJK, Mediasi Resmi |
Perbandingan ini memperjelas mengapa masyarakat harus bersikap lebih hati-hati terhadap arisan online. Arisan adalah sistem yang mengandalkan ikatan non-formal, sementara P2P Lending adalah sistem formal yang dilindungi oleh kerangka hukum finansial negara. Mencampuradukkan kedua model ini seringkali menjadi awal dari masalah hukum yang kompleks, terutama ketika bandar mencoba mengambil keuntungan layaknya platform P2P tanpa izin dan pengawasan OJK.
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) memainkan peran penting dalam kasus arisan online, terutama dalam hal pencemaran nama baik dan penyebaran informasi palsu yang dilakukan melalui media digital.
Jika terjadi gagal bayar, bandar atau anggota lain seringkali mengancam atau bahkan menyebarkan data pribadi penunggak secara publik. Tindakan ini, meskipun bertujuan untuk menekan pembayaran, dapat melanggar Pasal-pasal tertentu dalam UU ITE terkait dengan penyebaran data pribadi tanpa hak. Hal ini menciptakan ironi hukum, di mana korban penipuan/gagal bayar bisa saja melakukan tindakan yang melanggar hukum saat mencoba menagih hak mereka.
Oleh karena itu, penagihan utang arisan harus selalu dilakukan secara privat dan profesional. Penggunaan ancaman atau penyebaran aib di media sosial hanya akan memperburuk masalah dan membuka celah hukum baru bagi pihak penunggak untuk balik menuntut.
Mengingat volume transaksi yang sangat besar dalam arisan online, ada argumen yang kuat bahwa Indonesia membutuhkan kerangka regulasi khusus, yang mungkin tidak harus seketat OJK, tetapi cukup untuk melindungi konsumen dari skema Ponzi berkedok arisan.
Regulasi ini bisa mencakup:
Tujuan dari regulasi ini bukanlah untuk mematikan tradisi arisan, melainkan untuk menjaga kepercayaan publik terhadap sistem ini di tengah maraknya penipuan digital.
Arisan online adalah manifestasi modern dari tradisi gotong royong finansial yang sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia saat ini. Ia menawarkan solusi tabungan dan kredit informal yang efisien, mengatasi hambatan geografis yang ada pada arisan tradisional. Namun, transisi ke ranah digital ini datang dengan tantangan besar, terutama hilangnya social collateral yang secara inheren dimiliki oleh pertemuan tatap muka.
Kunci keberhasilan dan keamanan dalam arisan online terletak pada tiga pilar utama:
Bagi pelaku arisan di Indonesia, memahami batasan antara kesepakatan perdata dan tindak pidana adalah hal yang esensial. Selama arisan dijalankan murni berdasarkan prinsip nol-sum game dan kepercayaan kolektif, ia akan terus menjadi alat finansial yang memberdayakan. Namun, jika ada upaya untuk memasukkan unsur spekulatif dan keuntungan tidak wajar, maka potensi kerugian, baik finansial maupun hukum, akan meningkat secara eksponensial.
Rekomendasi akhir bagi siapa pun yang terlibat dalam arisan online adalah: dokumentasikan, verifikasi, dan hanya berpartisipasi dalam grup yang didasarkan pada tingkat kepercayaan interpersonal yang tinggi. Dalam dunia digital yang anonim, kepercayaan adalah aset termahal yang harus dijaga.
Masyarakat harus secara proaktif mencari informasi dan tidak mudah tergiur oleh janji imbal hasil yang terlalu fantastis. Pengalaman kolektif dari jutaan peserta arisan di seluruh Indonesia menunjukkan bahwa model ini paling efektif ketika dioperasikan dalam skala kecil dan komunitas yang erat. Digitalisasi hanyalah alat; ia mempercepat proses, tetapi tidak dapat menggantikan fondasi etika dan kepercayaan yang telah menjadi inti dari tradisi arisan selama berabad-abad. Oleh karena itu, edukasi finansial berkelanjutan adalah benteng pertahanan terbaik melawan penipuan yang memanfaatkan nama baik tradisi sosial ini.
Fenomena arisan online akan terus berkembang, mungkin bertransformasi menjadi bentuk DAO (Decentralized Autonomous Organization) di masa depan, sepenuhnya menghilangkan peran bandar manusia. Namun, hingga teknologi tersebut menjadi arus utama, tanggung jawab untuk menjaga kejujuran dan keadilan tetap berada di tangan para peserta dan penyelenggara arisan itu sendiri. Memahami hukum, risiko, dan etika adalah langkah pertama menuju partisipasi yang aman dan bermanfaat.
Dampak ekonomi makro dari arisan online juga patut diperhatikan. Meskipun bersifat informal, akumulasi dana yang terjadi secara kolektif di seluruh Indonesia dapat mencapai triliunan rupiah setiap tahun. Dana ini seringkali disuntikkan langsung ke sektor riil—untuk modal usaha mikro, pembelian aset produktif, atau renovasi rumah—menjadi motor penggerak ekonomi yang tidak terhitung dalam statistik bank formal. Jika dana arisan ini dikelola dengan lebih baik dan dilindungi dari penipuan, potensi kontribusinya terhadap stabilitas dan pertumbuhan ekonomi akar rumput bisa menjadi jauh lebih besar. Pemerintah dapat mempertimbangkan insentif pajak atau dukungan teknologi untuk platform arisan yang terverifikasi dan beroperasi secara transparan, mengakui nilai ekonomi dari sistem pendanaan sosial ini.
Selain itu, pentingnya kontrak tertulis tidak bisa dilebih-lebihkan. Walaupun arisan sering dimulai dengan kesepakatan lisan, seiring meningkatnya nominal dan jumlah anggota, memformalitasikan aturan dalam bentuk dokumen digital yang mengikat secara hukum akan sangat membantu. Dokumen ini harus mencakup klausul tentang force majeure (kejadian tak terduga), prosedur pembubaran arisan, dan alokasi kerugian jika terjadi gagal bayar massal. Persiapan semacam ini, meskipun terasa birokratis, adalah investasi dalam ketahanan dan keberlanjutan arisan online.
Akhirnya, peran mediasi dan resolusi konflik. Bandar yang baik harus memiliki keterampilan mediasi yang kuat. Ketika terjadi sengketa, bandar harus mampu bertindak sebagai pihak ketiga yang netral untuk menemukan solusi yang dapat diterima, seperti restrukturisasi jadwal pembayaran bagi anggota yang kesulitan sementara. Keberhasilan arisan online jangka panjang tidak hanya diukur dari berapa banyak uang yang terkumpul, tetapi dari seberapa efektif sistem tersebut menyelesaikan konflik dan menjaga keharmonisan antaranggota, menegaskan kembali akar sosialnya di tengah transformasi digital.