Asam sitrat adalah senyawa asam organik lemah yang ditemukan secara alami dalam buah-buahan sitrus, seperti lemon, jeruk nipis, dan jeruk. Senyawa ini merupakan salah satu asam yang paling umum dan vital di dunia, tidak hanya karena perannya yang esensial dalam metabolisme seluler semua makhluk hidup, tetapi juga karena penggunaannya yang luas dalam industri makanan, farmasi, kosmetik, dan pembersih rumah tangga.
Secara kimia, asam sitrat dikenal sebagai asam 2-hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat, dengan rumus molekul C₆H₈O₇. Kehadiran tiga gugus karboksil (—COOH) menjadikannya asam trikarboksilat, sebuah sifat yang sangat penting dalam interaksi kimia dan aplikasinya sebagai agen pengkelat (chelating agent) dan penyangga pH (buffer).
1. Sejarah Singkat dan Asal Mula Senyawa
Penggunaan asam sitrat oleh manusia sudah berlangsung berabad-abad melalui konsumsi buah sitrus. Namun, isolasi dan identifikasi ilmiahnya terjadi relatif baru. Asam sitrat pertama kali diisolasi pada tahun 1784 oleh ahli kimia Swedia, Carl Wilhelm Scheele. Scheele berhasil mengkristalkannya dari perasan air lemon. Penemuan ini membuka jalan bagi pengakuan asam sitrat sebagai zat kimia diskret, terpisah dari bahan mentahnya.
Pada awalnya, produksi asam sitrat murni dilakukan secara eksklusif melalui ekstraksi dari buah-buahan. Proses ini memakan waktu, mahal, dan sangat bergantung pada panen buah sitrus. Seiring Revolusi Industri dan meningkatnya permintaan, terutama dari industri minuman ringan yang baru berkembang, kebutuhan akan metode produksi yang lebih efisien dan terjangkau menjadi mendesak.
Transisi ke Produksi Industrial
Titik balik penting dalam sejarah asam sitrat terjadi pada awal abad ke-20. Pada tahun 1893, ahli kimia bernama C. Wehmer menemukan bahwa jamur tertentu, khususnya spesies Penicillium, dapat menghasilkan asam sitrat dari gula. Namun, metode ini tidak efisien secara komersial.
Terobosan sesungguhnya datang melalui penelitian yang dipimpin oleh ahli kimia Amerika, James Currie, pada tahun 1917. Currie menemukan bahwa strain jamur Aspergillus niger dapat menghasilkan asam sitrat dalam jumlah besar dan dengan efisiensi tinggi melalui fermentasi gula. Metode fermentasi mikroba ini, yang dikenal sebagai proses Currie, segera menjadi standar industri dan masih menjadi basis produksi asam sitrat global hingga saat ini, menggeser sepenuhnya ekstraksi dari buah-buahan yang kini dianggap tidak praktis untuk skala industri.
2. Struktur Kimia dan Sifat Fisik Kunci
Memahami mengapa asam sitrat sangat efektif dalam berbagai aplikasi memerlukan pemahaman mendalam tentang strukturnya. Asam sitrat adalah molekul yang unik. Sebagai asam trikarboksilat, ia memiliki tiga gugus –COOH yang dapat melepaskan ion hidrogen (H+), menjadikannya agen pengasam yang kuat. Selain itu, ia juga memiliki satu gugus hidroksil (–OH) yang berkontribusi pada kemampuannya untuk berinteraksi dengan ion logam.
Sifat-Sifat Penting
- Kelat (Chelating Agent): Sifat paling signifikan selain keasamannya adalah kemampuannya untuk mengikat ion logam, seperti kalsium, magnesium, dan besi. Gugus hidroksil dan karboksil bekerja sama untuk membentuk struktur cincin stabil di sekitar ion logam, menjadikannya agen pengkelat yang luar biasa. Dalam industri, ini digunakan untuk melunakkan air sadah, menghilangkan noda logam, dan menstabilkan produk.
- Daya Asam: Karena merupakan asam trikarboksilat, ia memiliki tiga konstanta disosiasi (pKa₁=3.13, pKa₂=4.76, pKa₃=6.40). Ini berarti ia dapat menstabilkan pH dalam rentang yang luas, membuatnya ideal sebagai penyangga dalam makanan dan minuman.
- Keamanan: Asam sitrat secara luas diakui aman (GRAS—Generally Recognized As Safe) oleh regulator kesehatan global, termasuk FDA AS. Ini adalah faktor kunci mengapa ia begitu dominan digunakan dalam makanan.
- Bentuk Fisik: Asam sitrat umumnya diproduksi dan dijual dalam bentuk kristal putih, tidak berbau, dan mudah larut dalam air. Ia dapat eksis dalam bentuk anhidrat (bebas air) atau monohidrat (mengandung satu molekul air per molekul asam sitrat).
3. Peran Krusial Biologis: Inti dari Siklus Krebs
Jauh sebelum perannya dalam soda dan pembersih, asam sitrat memiliki fungsi yang jauh lebih fundamental bagi kehidupan: ia adalah molekul pusat dalam proses metabolisme energi. Ini adalah komponen kunci dari Siklus Asam Trikarboksilat (TCA), yang lebih dikenal sebagai Siklus Krebs.
Siklus Krebs adalah serangkaian reaksi kimia yang terjadi di mitokondria sel eukariotik. Fungsinya adalah mengambil asetil-KoA, yang berasal dari pemecahan karbohidrat, lemak, dan protein, dan mengubahnya menjadi energi dalam bentuk ATP. Nama siklus ini sendiri, Siklus Sitrat, menunjukkan peran sentral asam sitrat.
Mekanisme Pembentukan dan Penggunaan Sitrat
Siklus dimulai ketika asetil-KoA (dua atom karbon) bergabung dengan oksaloasetat (empat atom karbon) untuk membentuk sitrat (asam sitrat) yang memiliki enam atom karbon. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim sitrat sintase.
Sitrat yang terbentuk kemudian menjalani serangkaian delapan langkah konversi enzimatik. Sitrat diubah menjadi isositrat melalui dehidrasi dan hidrasi, kemudian isositrat dioksidasi dan didekarboksilasi untuk menghasilkan molekul yang lebih pendek, sambil melepaskan karbon dioksida dan menghasilkan NADH serta FADH₂. Molekul-molekul pembawa energi ini (NADH dan FADH₂) kemudian masuk ke rantai transpor elektron, menghasilkan mayoritas ATP (energi) yang dibutuhkan sel untuk berfungsi.
Oleh karena itu, asam sitrat tidak hanya sekadar penambah rasa, tetapi merupakan fondasi biologis yang memungkinkan sel kita mengubah nutrisi yang kita konsumsi menjadi daya tahan dan kehidupan. Semua sel aerobik, dari bakteri hingga manusia, mengandalkan siklus ini.
Sitrat dalam Regulasi Metabolik
Selain menghasilkan energi, sitrat juga berfungsi sebagai regulator penting. Tingkat sitrat yang tinggi dapat mengindikasikan bahwa sel memiliki energi yang cukup. Sitrat dapat keluar dari mitokondria dan memasuki sitoplasma, di mana ia bertindak sebagai sinyal. Di sitoplasma, sitrat menjadi prekursor untuk sintesis asam lemak (lipogenesis). Ini adalah contoh mekanisme umpan balik: ketika energi berlimpah (tinggi sitrat), sel mulai menyimpan energi tersebut dalam bentuk lemak.
4. Metode Produksi Modern: Fermentasi Mikroba
Sejak abad ke-20, produksi asam sitrat hampir seluruhnya beralih ke proses fermentasi. Metode ini jauh lebih berkelanjutan, ekonomis, dan menghasilkan kemurnian produk yang tinggi dibandingkan ekstraksi tradisional.
4.1. Pemilihan Mikroorganisme
Bintang utama dalam produksi asam sitrat adalah jamur berfilamen Aspergillus niger. Strain spesifik dari jamur ini sangat efisien dalam mengubah sumber karbon (gula) menjadi asam sitrat. Jamur ini dipilih karena beberapa alasan:
- Toleransi pH Rendah: A. niger dapat bekerja pada pH yang sangat rendah, yang secara alami menghambat pertumbuhan mikroba kontaminan lainnya.
- Hasil Tinggi: Jamur ini memiliki jalur metabolisme yang dapat dialihkan secara genetik untuk menghasilkan sitrat dalam jumlah besar.
- Keamanan: Strain industri yang digunakan telah terbukti non-patogenik dan aman untuk produksi bahan tambahan makanan.
4.2. Proses Fermentasi
Ada tiga metode fermentasi utama yang digunakan secara komersial:
- Fermentasi Permukaan (Surface Fermentation): Metode tertua di mana medium nutrisi ditempatkan dalam wadah dangkal, dan jamur tumbuh di permukaan. Meskipun menghasilkan produk yang sangat murni, proses ini membutuhkan banyak ruang dan tenaga kerja, sehingga jarang digunakan saat ini.
- Fermentasi Terendam (Submerged Fermentation): Metode paling modern dan dominan. Media cair yang mengandung gula (seperti molase, pati, atau sirup glukosa) diinokulasi dengan spora A. niger dalam tangki besar (bioreaktor). Udara dihembuskan untuk memastikan pertumbuhan aerobik. Parameter seperti pH, suhu, dan konsentrasi logam harus dikontrol sangat ketat untuk mengoptimalkan output sitrat. Proses ini sangat efisien dan mudah diskalakan.
- Fermentasi Padat (Solid-State Fermentation): Menggunakan substrat padat lembab (misalnya, ampas tebu atau sekam). Meskipun menawarkan beberapa keuntungan lingkungan, metode ini kurang umum untuk produksi sitrat murni skala besar.
Selama fermentasi, A. niger mencerna gula. Di bawah kondisi pembatasan nutrisi tertentu (terutama fosfat dan besi), jalur metabolisme jamur "terhenti" setelah pembentukan sitrat, mencegah sitrat masuk lebih jauh ke dalam Siklus Krebs. Akibatnya, sitrat menumpuk dan diekskresikan ke dalam media. Proses ini dapat berlangsung selama beberapa hari hingga seminggu.
4.3. Pemurnian dan Pemulihan
Setelah fermentasi, asam sitrat harus dipisahkan dari biomassa jamur (miselium) dan kontaminan lain. Langkah-langkah pemurnian meliputi:
- Filtrasi: Memisahkan biomassa padat dari cairan (filtrat) yang kaya sitrat.
- Presipitasi Kapur: Sitrat dalam filtrat diolah dengan kapur (kalsium hidroksida) untuk membentuk Kalsium Sitrat yang tidak larut.
- Perlakuan Asam: Kalsium Sitrat kemudian diolah dengan asam sulfat encer, menghasilkan kembali Asam Sitrat bebas dan Kalsium Sulfat (gipsum) sebagai produk sampingan.
- Kristalisasi: Asam sitrat bebas kemudian dimurnikan melalui karbon aktif dan dikristalkan dalam bentuk anhidrat atau monohidrat.
5. Aplikasi Luas: Industri Makanan dan Minuman (Aditif E330)
Aplikasi asam sitrat paling menonjol ada di sektor makanan dan minuman, di mana ia berfungsi sebagai aditif multifungsi yang diakui secara internasional dengan kode E330.
5.1. Pengasaman dan Penambah Rasa
Asam sitrat adalah asam organik yang paling banyak digunakan sebagai agen pengasam. Rasa asamnya yang tajam, murni, dan menyegarkan menjadikannya pengganti asam lemon atau jeruk nipis alami yang konsisten dan ekonomis. Ia digunakan secara dominan dalam:
- Minuman Ringan dan Soda: Memberikan rasa 'tang' yang khas dan menyeimbangkan rasa manis yang berlebihan.
- Permen dan Manisan: Memberikan sensasi asam pada permen keras, permen karet, dan jeli.
- Jus Buah dan Minuman Energi: Untuk meniru dan memperkuat keasaman alami buah, sekaligus menstabilkan warna.
5.2. Pengawet dan Peningkatan Stabilitas
Fungsi pengawet asam sitrat bersifat ganda:
- Kontrol pH (Antimikroba): Menurunkan pH lingkungan makanan atau minuman hingga di bawah 4.6. Dalam lingkungan asam, banyak bakteri patogen dan pembusuk tidak dapat tumbuh atau bereproduksi, sehingga memperpanjang umur simpan produk, terutama pada selai, jeli, dan produk kaleng.
- Antioksidan Sinergis: Meskipun bukan antioksidan primer, asam sitrat bekerja secara sinergis dengan antioksidan sejati (seperti vitamin C). Dengan mengkelat ion logam (terutama besi dan tembaga) yang bertindak sebagai katalis dalam reaksi oksidasi, asam sitrat efektif mencegah ketengikan (pada lemak) dan menjaga warna alami produk, mencegah pencoklatan enzimatis pada buah dan sayuran olahan.
5.3. Aplikasi Khusus dalam Pengolahan Makanan
Asam sitrat juga memiliki peran teknis dalam pengolahan makanan yang mungkin tidak disadari oleh konsumen:
- Keju dan Produk Susu: Dalam pembuatan keju, penambahan asam sitrat mempercepat koagulasi kasein, memungkinkan pembuat keju untuk menghasilkan keju jenis tertentu, seperti mozzarella, tanpa memerlukan kultur bakteri asam laktat yang lama.
- Pengemulsi: Dalam kombinasi dengan garam sitrat (seperti Natrium Sitrat), ia bertindak sebagai pengemulsi, terutama penting dalam keju olahan untuk mencegah pemisahan lemak dan protein saat keju dipanaskan.
- Roti dan Ragi: Dalam jumlah kecil, dapat membantu mengatur aktivitas ragi dan memperbaiki tekstur adonan.
6. Industri Non-Makanan: Dari Pembersih hingga Kosmetik
Kemampuan asam sitrat sebagai agen pengkelat yang kuat dan keasamannya yang relatif aman menjadikannya bahan baku industri yang sangat serbaguna, jauh melampaui sektor makanan.
6.1. Industri Deterjen dan Pembersih
Asam sitrat telah menjadi pengganti yang ramah lingkungan dan lebih aman dibandingkan fosfat dan EDTA (Ethylenediaminetetraacetic acid) dalam banyak formulasi pembersih. Peran utamanya di sini adalah sebagai agen pengkelat yang membantu dalam masalah air sadah.
- Pelunak Air: Asam sitrat mengikat ion kalsium dan magnesium yang menyebabkan air sadah. Dengan menetralkan ion-ion ini, deterjen dapat bekerja lebih efektif. Ini sangat penting dalam deterjen pencuci piring otomatis dan deterjen pakaian.
- Penghilang Kerak dan Karat: Keasaman asam sitrat sangat efektif dalam melarutkan kerak mineral (kalsium karbonat) yang terbentuk di ketel, mesin kopi, dan toilet. Ia juga dapat digunakan untuk menghilangkan noda karat ringan karena kemampuannya mengikat ion besi.
- Desinfektan: Ketika dikombinasikan dengan bahan lain, keasamannya membantu meningkatkan efektivitas desinfektan dan membersihkan permukaan dari kotoran dan lemak.
6.2. Farmasi dan Kesehatan
Dalam bidang farmasi, asam sitrat dan garam-garam sitratnya (kalium sitrat, natrium sitrat) memiliki peran penting:
- Pengatur pH Obat: Digunakan untuk menstabilkan dan menjaga pH larutan obat, terutama sirup, yang mempengaruhi kelarutan dan efektivitas bahan aktif obat.
- Antikoagulan: Garam natrium sitrat digunakan untuk mengikat kalsium dalam darah yang dikumpulkan untuk transfusi. Karena kalsium penting untuk pembekuan darah, pengikatan ini mencegah darah membeku di kantung penyimpanan.
- Pengobatan Batu Ginjal: Kalium sitrat sering diresepkan untuk pasien yang rentan terhadap batu ginjal kalsium oksalat. Sitrat alkali membantu meningkatkan pH urin dan mengikat kalsium, sehingga mencegah pembentukan kristal batu.
- Suplemen Mineral: Banyak suplemen mineral, seperti magnesium sitrat dan kalsium sitrat, menggunakan sitrat. Garam sitrat lebih mudah diserap oleh tubuh (bioavailabilitas lebih tinggi) dibandingkan bentuk mineral lainnya, seperti oksida atau karbonat.
6.3. Kosmetik dan Perawatan Pribadi
Dalam produk perawatan pribadi, asam sitrat berfungsi sebagai agen penyangga dan penyesuaian pH.
- Sampo dan Sabun: Digunakan untuk menyesuaikan pH produk agar lebih sesuai dengan keasaman alami kulit dan rambut (pH 5.5). Ini membantu menutup kutikula rambut, membuatnya terlihat lebih berkilau dan sehat.
- Bahan Pengelupas (Exfoliant): Asam sitrat, bersama dengan asam alfa hidroksi (AHA) lainnya seperti asam glikolat, digunakan dalam produk perawatan kulit untuk membantu pengelupasan sel kulit mati.
- Pasta Gigi: Dapat digunakan sebagai bagian dari formulasi untuk menyesuaikan keasaman dan berfungsi sebagai pembersih tartar.
7. Sitrat dalam Bidang Teknologi dan Pengobatan Lanjutan
Seiring berkembangnya sains dan teknologi, peran asam sitrat terus meluas ke bidang-bidang yang lebih spesifik dan kompleks.
7.1. Teknologi Material dan Nanopartikel
Dalam kimia material, asam sitrat sering digunakan dalam proses sol-gel untuk sintesis nanopartikel. Kemampuan pengkelatnya membantu mengontrol pertumbuhan dan ukuran partikel logam oksida dengan memastikan ion logam terdistribusi secara merata selama proses pemanasan. Hal ini sangat penting dalam pembuatan katalis dan bahan elektronik canggih.
7.2. Lingkungan dan Pengolahan Air
Mengingat kekhawatiran tentang dampak lingkungan dari EDTA dan fosfat, asam sitrat menjadi pilihan yang lebih ramah lingkungan karena sifatnya yang mudah terurai secara hayati (biodegradable).
- Dekomisioning Nuklir: Asam sitrat telah diteliti untuk digunakan dalam dekontaminasi fasilitas nuklir, karena dapat mengkelat isotop radioaktif dan membantu membersihkan sistem pendingin.
- Pemulihan Tanah: Dalam remediasi lingkungan, larutan asam sitrat dapat digunakan untuk melarutkan logam berat yang terperangkap dalam tanah yang terkontaminasi, memfasilitasi pemindahannya.
7.3. Peran dalam Bioteknologi dan Media Kultur
Dalam bioteknologi, asam sitrat adalah komponen standar dalam media kultur sel dan mikrobiologi. Selain menyediakan sumber karbon, ia juga berfungsi sebagai agen pengkelat untuk menjaga ketersediaan optimal ion logam mikro yang diperlukan untuk pertumbuhan sel, tetapi mencegah pengendapan logam yang tidak diinginkan.
8. Keamanan, Efek Samping, dan Pedoman Konsumsi
Meskipun asam sitrat adalah salah satu zat tambahan makanan yang paling aman dan paling banyak dipelajari, penting untuk memahami batasan dan regulasinya.
8.1. Status GRAS dan Dosis Harian
Asam sitrat ditetapkan sebagai Generally Recognized As Safe (GRAS) di Amerika Serikat dan disetujui tanpa batasan batas Dosis Harian yang Diterima (ADI) oleh badan-badan seperti EFSA (European Food Safety Authority). Ini berarti asam sitrat dianggap aman untuk dikonsumsi dalam jumlah yang diperlukan untuk mencapai efek teknologi yang diinginkan (prinsip quantum satis).
Namun, harus dibedakan antara asam sitrat alami yang ditemukan dalam buah dan asam sitrat yang diproduksi secara komersial dari A. niger. Meskipun strukturnya identik, beberapa individu yang sensitif terhadap jamur atau residu fermentasi sangat jarang melaporkan reaksi, meskipun ini biasanya terkait dengan intoleransi terhadap strain jamur tertentu, bukan terhadap molekul sitrat itu sendiri.
8.2. Potensi Efek Samping (Penggunaan Berlebihan)
Konsumsi asam sitrat, terutama dalam bentuk terkonsentrasi atau pada tingkat keasaman tinggi, dapat menimbulkan efek samping, sebagian besar terkait dengan keasamannya:
- Erosi Gigi: Sering mengonsumsi minuman yang sangat asam (pH rendah), seperti soda dengan kadar sitrat tinggi, dapat melarutkan enamel gigi seiring waktu.
- Iritasi Pencernaan: Dalam dosis sangat tinggi, asam sitrat dapat menyebabkan iritasi lambung pada individu yang sensitif, meskipun ini tidak umum terjadi pada makanan olahan biasa.
- Efek Diuretik/Laksatif: Beberapa garam sitrat, seperti Magnesium Sitrat, dikenal karena efek laksatifnya. Hal ini disebabkan oleh sifat osmotik sitrat yang menarik air ke usus.
9. Inovasi, Keberlanjutan, dan Masa Depan Asam Sitrat
Pasar asam sitrat global terus tumbuh, didorong oleh permintaan akan produk makanan olahan yang stabil dan tren konsumen yang beralih ke bahan pembersih yang lebih aman dan alami.
9.1. Bioprospecting Sumber Karbon Baru
Meskipun molase dan sirup glukosa adalah sumber karbon utama, penelitian sedang giat dilakukan untuk menemukan substrat alternatif yang lebih murah dan berkelanjutan. Inovasi ini mencakup penggunaan limbah pertanian, seperti pati singkong, kulit jeruk yang tidak terpakai, atau limbah lignoselulosa. Menggunakan limbah sebagai bahan baku tidak hanya mengurangi biaya produksi tetapi juga meningkatkan keberlanjutan proses secara keseluruhan, sejalan dengan konsep ekonomi sirkular.
9.2. Peningkatan Strain Mikroba
Bioteknologi modern, termasuk rekayasa genetika dan evolusi terarah, digunakan untuk meningkatkan strain A. niger agar menghasilkan sitrat dengan hasil yang lebih tinggi dan kemurnian yang lebih baik. Para ilmuwan bekerja untuk memahami dan memanipulasi jalur metabolisme yang mengontrol produksi sitrat, memaksimalkan efisiensi konversi gula sambil meminimalkan pembentukan produk sampingan yang tidak diinginkan.
9.3. Sitrat dalam Pengembangan Baterai
Di masa depan, asam sitrat bahkan mungkin memainkan peran dalam penyimpanan energi. Sebagai prekursor dalam sintesis material katoda untuk baterai lithium-ion, sitrat membantu menciptakan struktur yang stabil dan kinerja tinggi. Penggunaan sitrat dalam kimia padat ini menjanjikan cara yang lebih bersih dan terkontrol untuk memproduksi komponen penting bagi kendaraan listrik dan penyimpanan energi terbarukan.
Sebagai senyawa yang bersifat alami, vital secara biologis, dapat diproduksi secara masif melalui bioteknologi, dan memiliki profil keamanan yang tinggi, posisi asam sitrat sebagai bahan kimia industri serbaguna tampaknya tak tergantikan dalam jangka waktu yang panjang.
10. Kesimpulan Komprehensif
Secara ringkas, asam sitrat adalah asam trikarboksilat organik yang menjadi pilar fundamental dalam biokimia kehidupan melalui Siklus Krebs, dan merupakan salah satu bahan kimia industri yang paling penting dan paling banyak diproduksi di dunia.
Dari penemuannya pada abad ke-18 hingga adopsi massal metode fermentasi Aspergillus niger pada abad ke-20, perjalanan asam sitrat adalah kisah tentang bagaimana pemahaman kimia dasar dapat diubah menjadi solusi praktis untuk tantangan pangan, kesehatan, dan industri. Keunggulannya terletak pada kombinasi sifat-sifatnya: keasaman yang kuat, kemampuan pengkelat yang luar biasa, dan status keamanan yang tinggi (GRAS).
Di dapur global, ia adalah penambah rasa yang esensial dan pengawet yang efektif (E330). Dalam bidang medis, ia menstabilkan obat-obatan dan berperan dalam pengobatan batu ginjal. Dalam rumah tangga modern, ia menjadi tulang punggung formulasi pembersih yang ramah lingkungan.
Melalui inovasi berkelanjutan dalam bioprospecting dan rekayasa mikroba, masa depan produksi asam sitrat terlihat lebih efisien dan ramah lingkungan. Ia akan terus menjadi contoh sempurna dari molekul alami yang telah diadaptasi dan diintegrasikan secara mendalam ke dalam infrastruktur masyarakat modern, membuktikan bahwa senyawa sederhana ini memiliki dampak yang luar biasa dan tak terbatas pada kehidupan kita sehari-hari.
Ringkasan Fungsi Utama Asam Sitrat
| Sektor Aplikasi | Fungsi Utama | Mekanisme Kunci |
|---|---|---|
| Biologi Sel | Pusat Metabolisme Energi | Awal dari Siklus Krebs (TCA). |
| Industri Makanan (E330) | Pengasaman dan Pengawetan | Menurunkan pH, menghambat pertumbuhan mikroba, penambah rasa asam. |
| Pembersih Rumah Tangga | Penghilang Kerak dan Pelunak Air | Agen Pengkelat (mengikat Kalsium/Magnesium). |
| Farmasi/Medis | Antikoagulan dan Suplemen Mineral | Mengikat Kalsium dalam darah; Meningkatkan bioavailabilitas mineral. |
Asam sitrat, dari buah lemon sederhana hingga jantung mitokondria kita, adalah molekul universal yang terus membentuk dan menstabilkan dunia di sekitar kita.