Ekskavator, yang sering disingkat sebagai 'beko' di kalangan pekerja konstruksi, adalah salah satu alat berat paling vital dalam proyek infrastruktur modern. Mulai dari penggalian fondasi gedung pencakar langit hingga pengerukan parit saluran air, peranannya tak tergantikan. Namun, ketika membahas alat sebesar ini, salah satu parameter krusial yang selalu menjadi pertimbangan utama adalah berat beko. Berat bukan sekadar angka; ia menentukan daya angkut, stabilitas, mobilitas, dan tentu saja, biaya transportasi alat tersebut.
Mengetahui berat spesifik sebuah unit beko adalah fondasi dalam perencanaan logistik dan keselamatan kerja. Secara umum, berat beko berkisar antara beberapa ton hingga mencapai ratusan ton, tergantung pada jenis dan ukurannya. Kita bisa membaginya menjadi tiga kategori utama: mini excavator (sekitar 1 hingga 5 ton), medium excavator (10 hingga 30 ton), dan heavy excavator (di atas 40 ton).
Faktor berat sangat menentukan bagaimana alat tersebut akan dipindahkan dari satu lokasi proyek ke lokasi lainnya. Beko berukuran sedang dan besar memerlukan transportasi khusus seperti lowbed trailer. Otoritas jalan raya memiliki batasan tonase maksimal yang diizinkan melintas. Jika berat total beko beserta trailer melebihi batas izin muatan berlebih, maka biaya izin khusus, pengawalan, dan potensi denda menjadi tanggungan kontraktor. Oleh karena itu, akurasi berat beko (termasuk berat tambahan seperti breaker atau attachment lainnya) harus diketahui sebelum keberangkatan.
Berat beko secara langsung memengaruhi kapasitas angkat dan radius kerjanya. Prinsip fisika dasar menunjukkan bahwa semakin berat mesin, semakin besar pula stabilitasnya terhadap momen guling (overturning moment) yang diakibatkan oleh beban yang diangkat atau sudut kerja lengan yang terlalu jauh. Pabrikan selalu menyediakan data kapasitas angkat yang telah disesuaikan dengan berat operasi standar mesin tersebut. Mengoperasikan beko melebihi batas beban yang direkomendasikan, terutama pada tanah lunak, adalah resep bencana.
Produsen alat berat global seperti Caterpillar, Komatsu, Hitachi, dan Volvo mengklasifikasikan produk mereka berdasarkan tonase operasional. Berikut adalah gambaran umum klasifikasi berat beko:
Penting untuk membedakan antara dua terminologi berat utama yang sering dicantumkan pabrikan:
Dalam konteks pengadaan alat berat, selalu merujuk pada Operating Weight untuk memastikan semua aspek logistik dan struktural di lapangan telah diperhitungkan dengan benar. Kekeliruan dalam asumsi berat beko bisa menyebabkan kegagalan struktur penahan sementara atau ketidakmampuan memindahkan alat dari lokasi proyek.
Di lokasi proyek baru, terutama di tanah aluvial atau yang baru direklamasi, tekanan tanah yang ditimbulkan oleh berat beko adalah perhitungan geoteknik esensial. Setiap alat berat memberikan tekanan per satuan luas tapak (ground pressure). Semakin besar berat beko, semakin besar tekanan yang diberikan pada tanah. Jika tekanan ini melebihi daya dukung ultimat tanah, risiko terjadinya penurunan diferensial (settlement) atau bahkan ambruknya alat sangat tinggi. Untuk beko yang sangat berat, seringkali diperlukan stabilisasi tanah sementara, seperti penggunaan matras baja atau perataan tanah yang lebih mendalam sebelum operasi dimulai.