Hana dalam Alkitab: Kisah Harapan dan Iman yang Menginspirasi

Doa Hana

Dalam kekayaan kisah-kisah Alkitab, terdapat banyak pribadi yang namanya mungkin tidak setenar tokoh-tokoh utama, namun menyimpan pelajaran moral dan spiritual yang mendalam. Salah satu tokoh tersebut adalah Hana. Kisahnya yang tertulis dalam Kitab 1 Samuel, memaparkan perjuangan, harapan, dan manifestasi iman yang luar biasa kepada Allah.

Konteks Latar Belakang Hana

Hana adalah seorang wanita Israel yang tinggal di Ramataim Zufim, di pegunungan Efraim. Ia adalah istri Elkana, seorang Lewi yang setia. Kisah Hana sering kali dikaitkan dengan penderitaan yang dialaminya akibat ketidaksuburannya. Pada masa itu, memiliki anak, terutama anak laki-laki, sangat dihargai dan dianggap sebagai berkat besar serta simbol keberlanjutan keluarga.

Elkana memiliki dua istri: Hana dan Penina. Penina memiliki banyak anak, sementara Hana tidak dikaruniai seorang pun. Keadaan ini menjadi sumber kesedihan yang mendalam bagi Hana dan sering kali menjadi sasaran ejekan serta provokasi dari Penina. Penina, dengan anak-anaknya yang berlimpah, menggunakan ketidaksuburan Hana untuk membuatnya merasa rendah diri dan sengsara. Hal ini tergambar jelas dalam 1 Samuel 1:6, "Sebab musuhnya itu, tiap-tiap tahun ia menyakiti hati Hana dengan membuatnya menangis, dan ia tidak makan."

Doa Hana: Ungkapan Hati yang Tulus

Setiap tahun, Elkana dan keluarganya pergi ke Silo untuk beribadah dan mempersembahkan korban kepada TUHAN. Di sanalah, Hana merasakan penderitaan yang semakin memuncak. Dalam kesedihannya yang mendalam, Hana tidak memilih untuk mengeluh atau menyerah pada keputusasaan. Sebaliknya, ia pergi ke Kemah Suci dan berdoa dengan sungguh-sungguh kepada TUHAN.

Doanya bukanlah sekadar permohonan biasa, melainkan sebuah janji dan ungkapan hati yang paling dalam. Hana bersumpah, jika TUHAN berkenan melihat kesengsaraannya dan mengaruniakan seorang anak laki-laki kepadanya, maka ia akan mempersembahkan anak itu untuk menjadi pelayan TUHAN seumur hidupnya. Doa Hana sangat tulus dan penuh keyakinan, meskipun ia hanya berdoa dalam hati, bibirnya bergerak tetapi suaranya tidak terdengar. Hal ini menunjukkan kedalaman komitmen dan imannya yang tak tergoyahkan.

"Dalam kepedihan jiwanya ia berdoa kepada TUHAN dan menangis dengan penuh kepedihan." (1 Samuel 1:10)

Imam Eli, yang melihat bibirnya bergerak namun tidak mendengar suaranya, awalnya mengira Hana mabuk. Namun, setelah Hana menjelaskan perasaannya dan permohonannya, Imam Eli memberikan berkat yang penuh harapan: "Pergilah dengan damai sejahtera, dan Allah Israel akan mengabulkan permintaanmu yang telah kauberseru kepada-Nya." (1 Samuel 1:17).

Pengabulan Doa dan Pemenuhan Janji

Firman TUHAN benar-benar terjadi. Hana mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Samuel. Kebahagiaan Hana begitu besar, ia percaya bahwa Allah telah menjawab doanya dan membebaskan ia dari rasa malu dan kesedihan. Ia berseru, "Aku memohonnya dari TUHAN." (1 Samuel 1:20).

Tak lama setelah Samuel disapih, Hana membawa anak itu ke Silo, tempat Imam Eli bertugas, untuk menepati janjinya. Hana dengan sukarela menyerahkan Samuel kepada Imam Eli agar anak itu dapat melayani TUHAN di Kemah Suci. Tindakan ini menunjukkan integritas dan kesetiaan Hana yang luar biasa. Ia tidak ragu untuk mengorbankan kebahagiaannya sendiri demi memenuhi janji kepada Allah.

Nyanyian Pujian Hana

Setelah mempersembahkan Samuel, Hana mengucapkan sebuah nyanyian pujian yang indah dan penuh makna kepada TUHAN, yang tercatat dalam 1 Samuel 2:1-10. Nyanyian ini mengungkapkan rasa syukur, pengakuan atas kekuasaan Allah, dan pembalikan keadaan yang dialaminya. Ia memuji Allah sebagai yang mengangkat yang rendah dan merendahkan yang meninggi, yang memberikan kekuatan kepada orang yang dilantik-Nya.

Nyanyian Hana menjadi kesaksian iman yang kuat. Ia berseru:

Kisah Hana mengajarkan kita beberapa pelajaran penting:

Hana, seorang wanita yang awalnya dikenal karena kesedihannya, akhirnya dikenang karena imannya yang teguh, ketekunannya dalam doa, dan ketaatannya yang luar biasa. Kisahnya tetap relevan hingga kini, menginspirasi banyak orang untuk tetap berpegang teguh pada harapan dan iman, bahkan di tengah cobaan hidup yang terberat sekalipun.

🏠 Homepage