Ayat yang seringkali dirujuk ketika menyebut frasa "Inna Sholati Wanusuki" adalah bagian dari Surah Al-An'am ayat 162. Bacaan ini menegaskan keikhlasan total seorang Muslim dalam setiap aspek kehidupannya, terutama dalam ibadah shalat dan pengorbanan lainnya.
"Qul inna sholati wanusuki wamahyaaya wamamaati lillaahi rabbil 'aalamiin."
"Katakanlah: 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.'"
Frasa kunci dalam ayat ini, "Inna sholati wanusuki" (Sesungguhnya shalatku dan ibadahku), membawa makna yang sangat mendalam dalam konteks keimanan Islam. Ayat ini adalah penegasan komitmen seorang hamba kepada Rabb-nya, seolah-olah menyatakan bahwa seluruh eksistensinya telah terikat pada ketaatan kepada Allah SWT.
Shalat adalah tiang agama dan ibadah yang paling utama. Secara harfiah, shalat berarti doa. Namun, dalam konteks syariat, shalat merujuk pada serangkaian gerakan dan ucapan tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Ketika dikatakan "inna sholati," ini berarti bahwa melaksanakan shalat, baik rukun maupun sunnahnya, diniatkan semata-mata karena Allah, tanpa mengharapkan pujian manusia atau imbalan duniawi lainnya.
Kata *nusuk* (bentuk tunggal dari *anasik* atau jamak dari *nasik*) memiliki cakupan makna yang lebih luas daripada shalat. *Nusuk* mencakup semua bentuk ibadah dan pengabdian yang dilakukan seorang Muslim. Ini termasuk:
Oleh karena itu, penyebutan shalat diikuti dengan *nusuk* menunjukkan bahwa totalitas ibadah ritual seorang Muslim haruslah murni. Tidak ada ruang bagi riya' (pamer) atau sum'ah (ingin didengar) dalam setiap tindakannya.
Ayat ini tidak berhenti pada ritual ibadah semata. Setelah menegaskan kesucian dalam shalat dan nusuk, Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW (dan umatnya) untuk melanjutkan penegasan ini ke ranah eksistensi sehari-hari:
Keseluruhan ayat ini berfungsi sebagai deklarasi tauhid yang komprehensif. Ini adalah fondasi bagaimana seorang mukmin menjalani hidup: bahwa segala upaya, baik yang terlihat (shalat, kurban) maupun yang tidak terlihat (niat, cara hidup), semuanya dikembalikan kepemilikan tunggal kepada Sang Pencipta, yaitu Lillahi Rabbil 'Alamin (hanya untuk Allah, Tuhan seluruh alam).
Memahami dan mengamalkan makna di balik "Inna Sholati Wanusuki" akan mengubah perspektif seorang Muslim terhadap kehidupan. Ketika seseorang menyadari bahwa segala aktivitasnya bernilai ibadah jika diniatkan dengan benar, maka tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Bekerja keras menjadi sedekah, menuntut ilmu menjadi jihad, bahkan menjaga kebersihan lingkungan adalah bagian dari *nusuk* yang diperintahkan.
Ayat ini memurnikan motivasi. Ia mengajak kita untuk terus-menerus mengoreksi niat (ishlahun niyah). Ketika niat sudah lurus, maka otomatis anggota tubuh akan mengikuti, dan hasil akhirnya adalah keberkahan dalam setiap langkah, baik dalam shalat yang khusyuk maupun dalam aktivitas duniawi yang dijalankan dengan penuh tanggung jawab moral dan spiritual.