Kitab Ulangan, dalam bahasa Ibrani disebut "Deuteronomium" yang berarti "Hukum Kedua" atau "Pengulangan Hukum", merupakan kitab kelima dan terakhir dalam Taurat atau Pentateukh. Kitab ini mencatat khotbah-khotbah terakhir Nabi Musa kepada bangsa Israel sebelum mereka memasuki Tanah Perjanjian. Lebih dari sekadar pengulangan hukum, Kitab Ulangan adalah sebuah karya sastra yang mendalam, penuh dengan refleksi, peringatan, dan dorongan dari seorang pemimpin yang akan segera meninggalkan umatnya.
Peristiwa dalam Kitab Ulangan terjadi di dataran Moab, di tepi Sungai Yordan, setelah empat puluh tahun bangsa Israel mengembara di padang gurun. Bangsa yang generasi awalnya telah menyaksikan pembebasan dari perbudakan di Mesir, kini berada di ambang memasuki tanah yang dijanjikan. Namun, generasi tersebut, karena ketidakpercayaan dan pemberontakan mereka, telah tiada. Musa, yang juga tidak diizinkan masuk ke Tanah Perjanjian, menggunakan kesempatan terakhirnya untuk mempersiapkan generasi baru ini untuk tantangan yang akan datang. Ia tidak hanya mengulang perintah-perintah Allah yang telah diberikan di Gunung Sinai, tetapi juga menafsirkan, menjelaskan, dan menerapkannya dalam konteks kehidupan baru mereka di tanah yang subur.
Salah satu tema sentral dalam Kitab Ulangan adalah pentingnya "mendengarkan" (shema) dan "mengasihi" Allah dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan. Frasa "Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu" (Ulangan 6:4-5) menjadi deklarasi iman fundamental bagi umat Yahudi hingga hari ini. Musa menekankan bahwa ketaatan kepada hukum Allah bukanlah beban, melainkan jalan menuju kehidupan, berkat, dan keamanan di Tanah Perjanjian.
Kitab ini juga berfungsi sebagai perjanjian antara Allah dan umat-Nya. Musa mengingatkan mereka tentang kesetiaan Allah di masa lalu, perjanjian yang telah dibuat dengan nenek moyang mereka, dan konsekuensi dari ketaatan maupun ketidaktaatan. Ia memaparkan daftar berkat yang akan diterima jika mereka menaati perintah Allah, dan kutuk yang akan menimpa jika mereka berpaling.
Secara garis besar, Kitab Ulangan dapat dibagi menjadi beberapa bagian utama:
Pesan yang berulang-ulang dalam Kitab Ulangan adalah peringatan agar bangsa Israel tidak mengikuti kebiasaan dan jalan bangsa-bangsa lain yang mereka temui. Mereka harus menjaga kekudusan dan keunikan mereka sebagai umat pilihan Allah. Musa menekankan bahwa kesuksesan dan kelangsungan hidup mereka di Tanah Perjanjian sangat bergantung pada kesetiaan mereka kepada Allah dan hukum-Nya.
Kitab Ulangan memiliki relevansi yang mendalam bagi umat beriman sepanjang masa. Ajaran tentang mengasihi Allah dengan segenap hati, pentingnya ketaatan yang tulus, dan dampak dari pilihan moral terus bergema. Kitab ini mengajarkan kita bahwa iman bukanlah sekadar kepercayaan pasif, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata yang mencerminkan kasih dan ketaatan kepada Sang Pencipta. Bagi umat Kristen, Kitab Ulangan juga menjadi latar belakang penting yang menyoroti kebutuhan akan keselamatan yang lebih besar, yang akhirnya dipenuhi dalam diri Yesus Kristus, yang sendiri mengutip Kitab Ulangan saat dicobai di padang gurun.
Dengan demikian, Kitab Ulangan bukan hanya catatan sejarah, melainkan sebuah manifesto iman yang kuat, panggilan untuk hidup setia, dan janji akan berkat bagi mereka yang menaati firman Allah. Ia adalah pengingat abadi bahwa hubungan kita dengan Allah dibangun di atas dasar kasih, ketaatan, dan kepercayaan yang teguh.