Muhammad di Alkitab: Tanda atau Kebetulan?

Simbol penanda harapan dan penyebaran ajaran.

Perdebatan mengenai keberadaan nabi Muhammad dalam kitab suci Kristen, Alkitab, telah menjadi topik diskusi yang menarik bagi kalangan teolog, akademisi, dan individu yang mencari pemahaman yang lebih dalam tentang hubungan antara Islam dan Kristen. Pertanyaan fundamentalnya adalah: apakah ada petunjuk atau nubuat dalam Alkitab yang secara eksplisit atau implisit merujuk pada kedatangan seorang nabi seperti Muhammad?

Perjanjian Lama dan Nubuat

Dalam Perjanjian Lama, terdapat beberapa ayat yang sering ditafsirkan oleh sebagian kaum Muslimin sebagai referensi kepada nabi Muhammad. Salah satu yang paling sering dikutip adalah dari Kitab Ulangan 18:18, yang berbunyi, "Aku akan membangkitkan bagi mereka seorang nabi dari antara saudara-saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan menyampaikan kepada mereka segala yang kuperintahkan kepadanya." Kaum Muslimin meyakini bahwa "saudara-saudara mereka" merujuk pada bangsa Arab, keturunan Ismael (putra Ibrahim dari Hagar, budak Sarah). Nabi Muhammad adalah keturunan Ismael. Nubuat ini dipandang sebagai janji kedatangan seorang nabi besar yang akan diutus setelah Musa, membawa firman Tuhan.

Ayat lain yang sering diperbincangkan adalah dari Kitab Kidung Agung 5:16. Terjemahan tertentu dari ayat ini berbunyi, "Mulutnya adalah yang semanis-manisnya: segala sesuatu yang mendambakan dia ialah: inilah anakku, inilah sahabatku, hai puteri-puteri Yerusalem!" Kata Ibrani untuk "mendambakan" atau "manis" dalam konteks ini kadang diinterpretasikan sebagai "Muhammad". Namun, para ahli Alkitab Kristen umumnya menafsirkan kidung ini sebagai ungkapan kasih antara Salomo dan kekasihnya, atau sebagai alegori hubungan antara Allah dan umat-Nya.

Perjanjian Baru dan Referensi

Di Perjanjian Baru, khususnya dalam Injil Yohanes, Yesus Kristus sendiri berbicara tentang kedatangan "Penghibur" atau "Pembela" (Parakletos). Dalam Yohanes 14:16, Yesus berkata, "Dan Aku akan memohon kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya." Frasa "Penolong yang lain" (Parakletos) ini menjadi sumber interpretasi.

Dalam bahasa Yunani, kata yang diterjemahkan sebagai "Penghibur" adalah "Parakletos". Kaum Muslimin mengajukan argumen bahwa kata yang lebih sesuai dengan konsep nabi, yaitu "Periklytos" (yang berarti "terkenal" atau "terpuji"), terdengar sangat mirip dengan "Parakletos". Mereka berpendapat bahwa mungkin terjadi kesalahan penerjemahan atau modifikasi teks seiring waktu. Namun, para sarjana Kristen umumnya menafsirkan "Parakletos" sebagai Roh Kudus, yang diyakini turun setelah kebangkitan dan kenaikan Yesus untuk membimbing dan menguatkan para murid.

"Dan Roh itu adalah kebenaran." (Yohanes 15:26)

Penafsiran bahwa "Parakletos" adalah Roh Kudus didukung oleh ayat-ayat lain dalam Yohanes, di mana Yesus berbicara tentang Roh Kudus sebagai yang akan mengajar dan mengingatkan mereka tentang segala sesuatu yang telah Yesus katakan. Roh Kudus dipahami sebagai kehadiran ilahi yang terus-menerus menyertai orang percaya.

Perspektif dan Interpretasi

Penting untuk disadari bahwa perbedaan penafsiran ini berakar pada perbedaan doktrinal mendasar antara Islam dan Kristen. Umat Islam memandang Al-Qur'an sebagai wahyu final dan kitab suci yang utuh, sedangkan Alkitab (Taurat, Zabur, Injil) dipandang sebagai kitab suci yang mengalami perubahan atau pengabaian sebagian. Di sisi lain, umat Kristen memegang teguh Alkitab sebagai firman Allah yang tidak berubah dan merupakan dasar iman mereka.

Bagi umat Kristen, nubuatan dalam Perjanjian Lama, termasuk dalam Ulangan 18:18, sering ditafsirkan merujuk pada Yesus Kristus, yang diyakini sebagai nabi terbesar yang diutus Tuhan. Demikian pula, "Penghibur" dalam Yohanes dipahami sebagai Roh Kudus. Pendekatan hermeneutik (ilmu penafsiran) yang berbeda inilah yang menyebabkan berbagai kesimpulan.

Argumen yang menyebutkan keberadaan Muhammad di Alkitab lebih sering datang dari perspektif apologetika Islam, yang berusaha menunjukkan bahwa kenabian Muhammad telah diramalkan dalam kitab-kitab agama sebelumnya. Sementara itu, dari perspektif Kristen arus utama, ayat-ayat tersebut memiliki penafsiran yang berbeda dan tidak merujuk pada Muhammad.

Kesimpulan

Apakah Muhammad disebutkan dalam Alkitab? Jawabannya sangat bergantung pada sudut pandang dan interpretasi. Bagi umat Islam, terdapat petunjuk yang kuat dan meyakinkan yang merujuk pada kedatangannya. Bagi mayoritas umat Kristen, penafsiran tersebut tidak sejalan dengan pemahaman mereka tentang Kitab Suci. Diskusi ini tetap terbuka dan mengundang kajian lebih lanjut tentang bagaimana teks-teks suci dapat ditafsirkan melalui lensa keyakinan yang berbeda. Ini adalah contoh menarik tentang bagaimana penafsiran teks keagamaan dapat bervariasi secara dramatis, membuka jalan bagi dialog antaragama yang mendalam namun terkadang kompleks.

🏠 Homepage