Pantun, warisan sastra lisan Melayu yang telah mengakar kuat, bukan sekadar permainan kata yang indah. Di balik sampiran yang sering kali bertemakan alam dan rima yang teratur (a-b-a-b), tersimpan makna mendalam, terutama dalam bentuk pantun nasihat. Pantun jenis ini berfungsi sebagai media penyampaian petuah, ajaran moral, dan etika kehidupan yang disampaikan secara halus dan santun. Keunikan pantun terletak pada kemampuannya membungkus kritikan atau saran tajam dalam balutan bahasa yang enak didengar, sehingga mudah diterima oleh siapa pun.
Fungsi utama pantun nasihat adalah mendidik dan mengingatkan generasi penerus tentang pentingnya budi pekerti, hubungan sosial yang baik, ketaatan pada ajaran agama, dan tata krama dalam bermasyarakat. Karena disampaikan melalui kiasan, pesan yang disampaikan sering kali lebih membekas dibandingkan ceramah langsung. Mari kita telaah beberapa contoh pantun nasihat beserta amanat penting yang terkandung di dalamnya.
Pergi ke pasar membeli terong,
Pulangnya mampir ke rumah Pak Lurah.
Jika hidup ingin dikenang,
Bekerja keras janganlah menyerah.
Amanat: Kesuksesan dan warisan baik dalam hidup hanya dapat diraih melalui kegigihan dan etos kerja yang tinggi.
Bunga mawar tumbuh di taman,
Indah merekah dipetik si dara.
Jangan suka mencari lawan,
Lebih baik mencari saudara.
Amanat: Pentingnya menjaga kerukunan dan persaudaraan; hindari konflik yang tidak perlu dan utamakan silaturahmi.
Struktur dua baris pertama (sampiran) berfungsi sebagai pengantar yang menarik perhatian, biasanya merujuk pada alam atau kejadian sehari-hari. Sementara dua baris terakhir (isi) adalah inti pesan moral yang ingin disampaikan. Cara penyampaian yang tidak menggurui ini membuat pantun nasihat menjadi alat komunikasi antar generasi yang efektif.
Pohon randu daunnya lebat,
Dahan menjuntai di tepi kali.
Jangan sekali berbuat jahat,
Jujur dan ikhlas dihati.
Amanat: Nilai kejujuran dan ketulusan hati adalah fondasi utama dalam menjalani kehidupan bermasyarakat yang damai.
Anak nelayan menebar jala,
Dapat ikan kecil di lautan.
Hidup sederhana tak jadi bala,
Hati tenang rezeki pun didapat.
Amanat: Mendorong gaya hidup sederhana dan bersyukur, menjauhkan diri dari sifat keserakahan yang dapat menimbulkan masalah.
Melalui pantun, kita diajarkan bahwa kebijaksanaan seringkali disamarkan. Pesan mengenai pentingnya menahan diri, menjaga lisan, dan menghormati orang yang lebih tua seringkali muncul. Misalnya, nasihat tentang menjaga lisan: "Kalau pergi ke kota Balikpapan, jangan lupa membeli permata. Lisan dijaga bagai rahasia, mulut terkatup harta terjaga." Amanatnya jelas: pengendalian diri dalam berbicara adalah kunci menjaga rahasia dan kehormatan diri.
Di era modern ini, di mana informasi mengalir deras dan etika sering tergerus oleh kecepatan zaman, pantun nasihat menjadi pengingat penting akan akar budaya dan moralitas bangsa. Pantun bukan sekadar hiburan, ia adalah kapsul waktu yang membawa nilai-nilai luhur yang relevan sepanjang masa. Setiap barisnya mengajak pendengar merenung, bukan hanya menikmati rima semata.
Malam hari terlihat bintang,
Cahayanya terang menembus awan.
Sembahyang janganlah hilang,
Itulah pegangan di masa depan.
Amanat: Penekanan pada pentingnya ketaatan beragama sebagai pedoman hidup utama yang akan menopang kehidupan di dunia dan akhirat.
Intinya, ketika kita membaca atau mendengar pantun nasihat, kita diajak untuk menggali makna di balik sampiran yang cantik. Amanat yang tersirat adalah peta menuju kehidupan yang lebih baik, santun, dan bermartabat. Melestarikan pantun berarti melestarikan kearifan lokal yang sangat berharga bagi pembangunan karakter bangsa.
— Sastra lisan warisan tak ternilai.