QS. An Nisa: 86 Perintah untuk Menghargai Sapaan
Ilustrasi Visual Ayat QS. An Nisa: 86

Mendalami Makna QS. An Nisa Ayat 86: Fondasi Persaudaraan Umat

Dalam samudra Al-Qur'an yang luas, terdapat permata-permata hikmah yang senantiasa relevan untuk direnungkan dan diamalkan. Salah satunya adalah Surat An Nisa ayat 86. Ayat ini mungkin tidak sepanjang ayat lain yang berbicara tentang hukum atau kisah nabi, namun kandungannya memiliki kedalaman luar biasa dalam membentuk interaksi sosial dan membangun persaudaraan yang kokoh di kalangan umat. Ayat ini mengajarkan prinsip dasar dalam menyikapi sapaan dan interaksi antarmanusia, yang merupakan cerminan dari keimanan dan akhlak mulia.

وَإِذَا حُيِّيْتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا
"Dan apabila kamu dihormati dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah sekurang-kurangnya yang serupa. Sesungguhnya Allah Maha Menghitung segala sesuatu."

Perintah yang Jelas dan Indah

QS. An Nisa ayat 86 secara lugas memerintahkan kepada umat Islam untuk membalas setiap salam atau penghormatan yang diberikan kepada mereka. Perintah ini tidak hanya sekadar anjuran, melainkan sebuah tuntunan etika yang berpijak pada nilai-nilai luhur. Ada dua opsi yang diberikan: membalas dengan yang lebih baik, atau setidaknya membalas dengan yang serupa. Pilihan ini memberikan ruang bagi setiap individu untuk berkreasi dalam kebaikan, menunjukkan ketulusan hati, dan mempererat hubungan.

Konsep "penghormatan" (تحية - tahiyyah) dalam ayat ini mencakup berbagai bentuk sapaan, baik lisan maupun tindakan yang menunjukkan penghargaan. Dalam konteks budaya Islam, salam adalah bentuk sapaan yang paling umum, yaitu "Assalamu 'alaikum" yang berarti "Semoga keselamatan tercurah padamu." Membalasnya dengan "Wa 'alaikumussalam" adalah kewajiban minimal. Namun, ayat ini mendorong kita untuk melampaui itu. Membalas dengan yang lebih baik bisa berupa ucapan yang lebih lengkap dan tulus, ditambah senyuman, atau bahkan menawarkan bantuan.

Hikmah di Balik Perintah

Mengapa Allah SWT menekankan pentingnya membalas salam dan penghormatan? Setidaknya ada beberapa hikmah mendalam yang bisa kita petik:

  1. Membangun Kebersamaan dan Persaudaraan: Salam dan balasannya adalah pondasi awal dalam membangun interaksi sosial. Ketika seseorang menyapa, ia membuka pintu komunikasi. Ketika sapaan itu disambut dengan baik, maka pintu tersebut semakin terbuka lebar, mengundang kehangatan, kedekatan, dan rasa saling menghargai. Ini adalah sarana ampuh untuk meruntuhkan dinding kecurigaan dan memupuk rasa persaudaraan.
  2. Menciptakan Lingkungan yang Damai dan Harmonis: Ayat ini mengajarkan bagaimana menciptakan atmosfer yang positif di tengah masyarakat. Dengan saling menghargai dan menyapa, masyarakat akan menjadi tempat yang lebih ramah, nyaman, dan tentram untuk ditinggali. Rasa aman dan dihargai akan tumbuh subur.
  3. Mencerminkan Akhlak Nabi dan Keislaman: Islam adalah agama yang mengajarkan kedamaian, kasih sayang, dan etika yang luhur. Membalas salam adalah salah satu identitas seorang Muslim yang baik. Rasulullah SAW sendiri sangat menekankan pentingnya salam. Beliau bersabda, "Tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian melakukannya kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian." (HR. Muslim).
  4. Menunjukkan Ketulusan Hati dan Keikhlasan: Membalas salam bukan sekadar formalitas. Ketika dilakukan dengan hati yang tulus, ia menunjukkan bahwa kita peduli terhadap orang lain. Keikhlasan dalam membalas, apalagi dengan lebih baik, merupakan bentuk ibadah yang dicatat oleh Allah.
  5. Menghindari Sikap Sombong dan Takabur: Menolak atau mengabaikan salam dapat mengindikasikan kesombongan atau merasa lebih baik dari orang lain. Allah tidak menyukai orang yang sombong. Membalas salam adalah bentuk kerendahan hati dan penghormatan kepada sesama.

"Sesungguhnya Allah Maha Menghitung Segala Sesuatu"

Bagian akhir ayat, "Sesungguhnya Allah Maha Menghitung segala sesuatu," menjadi penutup yang sangat kuat. Ini adalah pengingat bahwa setiap interaksi kita, sekecil apapun itu, berada dalam pengawasan Allah. Allah mengetahui segala perbuatan, niat, dan ketulusan di baliknya. Oleh karena itu, kita senantiasa dituntut untuk berbuat baik, bahkan ketika tidak ada manusia yang melihat, karena Allah Maha Melihat dan Maha Menghitung.

Ayat ini mengajarkan kita bahwa interaksi sosial, termasuk yang terlihat sederhana seperti bertukar salam, memiliki makna spiritual yang dalam. Ini bukan sekadar adab, melainkan bagian integral dari pembentukan karakter Muslim yang utuh. Dengan memahami dan mengamalkan QS. An Nisa ayat 86, kita turut berkontribusi dalam mewujudkan masyarakat yang lebih harmonis, saling mencintai, dan senantiasa dalam naungan rahmat Allah SWT. Mari jadikan ayat ini sebagai panduan dalam setiap sapaan dan interaksi kita.

🏠 Homepage