Dalam Al-Qur'an, banyak sekali ayat yang memberikan panduan dan pelajaran bagi umat manusia. Salah satunya adalah Surah An-Nisa ayat 72. Ayat ini menyoroti pentingnya kewaspadaan dan bagaimana kesiapan diri menjadi salah satu ujian keimanan yang nyata, terutama dalam konteks perjuangan dan pertahanan. Memahami makna mendalam dari ayat ini dapat memberikan refleksi penting bagi kehidupan kita sehari-hari.
"Di antara kamu ada orang yang mengingini dunia dan ada pula di antaramu orang yang mengingini akhirat. Kemudian Allah menjadikan kamu berkhutbah (berjuang) menghadapi mereka agar Dia menguji kamu (melalui kemampuanmu). Dan sekiranya Allah menghendaki niscaya Dia berkuasa membinasakan mereka, tetapi Dia berkehendak menguji kamu. Maka, di antara kamu ada yang tetap teguh dan di antara kamu ada yang lari (mundur) daripada peperangan itu, dan sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Ayat ini secara gamblang membagi dua orientasi manusia dalam menghadapi suatu situasi, khususnya dalam konteks perjuangan atau medan perang. Pertama, ada golongan yang orientasinya adalah duniawi. Mereka mungkin lebih memikirkan keuntungan pribadi, harta benda, atau bahkan sekadar ingin terlihat gagah di hadapan orang lain. Keberanian mereka dalam perjuangan bisa jadi didorong oleh motivasi semacam ini.
Kedua, ada golongan yang orientasinya adalah akhirat. Bagi mereka, perjuangan ini adalah sarana untuk meraih ridha Allah, mati syahid, atau menegakkan kalimat Allah di muka bumi. Kesiapan dan keberanian mereka didasari oleh keimanan yang mendalam dan harapan akan balasan dari Allah di kehidupan kelak.
Allah Swt. menyebutkan dalam ayat ini bahwa Dia menjadikan kedua golongan ini saling berhadapan (dalam konteks peperangan atau perjuangan) bukanlah semata-mata untuk menentukan siapa yang menang atau kalah secara fisik, melainkan sebagai sebuah ujian. Ujian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keimanan seseorang, seberapa kuat tekadnya, dan apa motivasi sejatinya dalam menghadapi kesulitan dan bahaya.
Allah berkuasa penuh untuk menghancurkan musuh tanpa perlu umat-Nya mengangkat senjata. Namun, Dia memilih untuk tidak melakukannya. Pilihan ini adalah bagian dari rencana ilahi untuk menguji hamba-Nya. Melalui ujian ini, terlihatlah perbedaan karakter dan tingkat keimanan di antara kaum Muslimin. Ada yang tetap teguh berjuang di medan perang, membela agama dan tanah air, dengan segala risiko yang ada. Di sisi lain, ada pula yang gentar, mundur, bahkan lari dari medan pertempuran karena duniawi yang mereka cari tidak sebanding dengan ancaman bahaya yang dihadapi, atau karena keimanan mereka belum kokoh.
Pesan terpenting dari ayat ini adalah tentang pentingnya memiliki niat dan orientasi yang benar dalam setiap tindakan, terutama yang melibatkan pengorbanan dan kesulitan. Apakah kita berjuang demi keuntungan semata, atau demi keridhaan Allah? Kewaspadaan dalam arti kesiapan diri, baik fisik maupun mental, serta kesiapan hati untuk menghadapi segala kemungkinan, adalah manifestasi dari iman yang kuat.
Ayat ini juga memberikan pelajaran bahwa Allah Maha Penyayang. Meskipun ada di antara hamba-Nya yang mundur atau lari, pintu taubat dan pengampunan selalu terbuka. Allah tidak langsung menghukum, tetapi memberikan kesempatan untuk kembali kepada jalan yang benar. Ini menunjukkan betapa luasnya rahmat dan kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya.
Dalam konteks modern, ayat ini tetap relevan. Perjuangan tidak selalu berbentuk peperangan fisik. Bisa jadi itu adalah perjuangan melawan kemiskinan, kezaliman, penyakit, atau bahkan hawa nafsu diri sendiri. Dalam setiap perjuangan tersebut, selalu ada ujian keimanan. Apakah kita akan tetap teguh pada prinsip, berjuang dengan ikhlas karena Allah, ataukah kita akan goyah oleh godaan duniawi, lari dari tanggung jawab, atau mencari keuntungan pribadi semata? Surah An-Nisa ayat 72 mengingatkan kita untuk selalu introspeksi diri dan memastikan bahwa orientasi hidup kita selaras dengan tujuan akhirat, serta senantiasa waspada dan siap dalam menghadapi setiap ujian yang Allah berikan.