Surat An-Nas adalah surat terakhir dalam susunan mushaf Al-Qur'an, terdiri dari enam ayat pendek yang memiliki kedalaman makna luar biasa. Surat ini merupakan bagian dari Al-Mu'awwidzat (surat-surat perlindungan), bersama dengan Surat Al-Falaq. Surat An-Nas secara spesifik mengajarkan kita untuk memohon perlindungan kepada Allah SWT dari kejahatan yang paling tersembunyi dan paling berbahaya: bisikan setan.
Pembahasan mendalam mengenai ayat-ayat ini sangat relevan dalam kehidupan modern di mana godaan dan distraksi sering datang dari sumber yang tak terlihat. Memahami arti dan lafal dari setiap ayat adalah kunci untuk mengamalkan perlindungan ini dalam keseharian.
Fokus utama artikel ini adalah menguraikan dengan jelas bacaan dari **surat an nas ayat ketiga berbunyi** apa, beserta terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Ayat ketiga ini merupakan penegasan dari sifat dan peran musuh yang kita mintai perlindungan darinya.
Ayat ketiga ini memperkenalkan musuh yang kita cari perlindungannya, yaitu "Al-Waswaas Al-Khannaas". Kata kunci di sini adalah dua sifat dari entitas jahat tersebut:
Secara harfiah, Al-Waswaas berarti "yang membisikkan". Ini merujuk pada bisikan-bisikan halus, keraguan yang ditanamkan ke dalam hati dan pikiran manusia. Bisikan ini tidak datang dalam bentuk perintah terbuka, melainkan sugesti yang perlahan-lahan menggiring akal sehat dan iman seseorang menuju perbuatan maksiat atau kesesatan. Bisikan ini sangat berbahaya karena sering kali tidak disadari sebagai serangan eksternal, melainkan dianggap sebagai pemikiran diri sendiri.
Kata Al-Khannaas berasal dari akar kata yang berarti bersembunyi atau menarik diri. Ini adalah sifat kedua dari setan atau waswas tersebut: ia akan bersembunyi ketika manusia mengingat Allah (berzikir), tetapi ia akan kembali muncul dan membisikkan keraguan saat manusia lalai dan lupa. Ketika seseorang membaca Al-Qur'an, berzikir, atau fokus pada ibadah, sifat "khannaas"-nya mengambil alih, ia mundur sejenak. Namun, saat kelalaian melanda, ia kembali aktif.
Jadi, ketika kita mengucapkan surat an nas ayat ketiga berbunyi dengan pemahaman ini, kita secara sadar mengakui bahwa musuh kita adalah agen pembisik yang licik, yang bersembunyi saat kita kuat dan menyerang saat kita lemah. Ini menekankan perlunya kewaspadaan dan konsistensi dalam mengingat Allah.
Surat An-Nas turun ketika Nabi Muhammad SAW pernah mengalami gangguan yang cukup serius berupa sihir. Ayat pertama memerintahkan kita berlindung kepada Rabb (Tuhan) semesta alam, yang menunjukkan kekuasaan mutlak Allah atas segala sesuatu. Ayat kedua mengkhususkan permohonan kepada Al-Malik (Raja), menekankan bahwa hanya Dia yang berhak menjadi penguasa.
Kemudian, ayat ketiga, yang telah kita bahas, merinci jenis kejahatan yang kita takuti. Ayat keempat dan kelima kemudian melanjutkan dengan menyebutkan subjek yang membisikkan kejahatan itu: "alladzi yuwaswisu fii shudurinaas" (yang membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia), dan menegaskan bahwa ia bisa berasal dari kalangan jin maupun manusia ("minal jinnati wannas").
Ayat terakhir (keenam) menjadi penutup yang indah, yaitu permintaan agar Allah melindungi kita dari kejahatan waswasan tersebut, baik yang datang dari jin maupun manusia. Permohonan perlindungan ini adalah benteng spiritual terkuat.
Mengucapkan tiga ayat pertama, termasuk di mana **surat an nas ayat ketiga berbunyi**, bukanlah sekadar ritual hafalan. Ini adalah deklarasi iman bahwa ada kekuatan jahat yang aktif bekerja melawan ketenangan batin dan keimanan kita. Mengamalkannya, terutama setelah salat atau sebelum tidur, adalah cara proaktif untuk menjaga hati (shudur) dari kontaminasi ide-ide negatif.
Umat Islam dianjurkan untuk membaca Surat Al-Falaq dan An-Nas secara rutin. Surat Al-Falaq melindungi kita dari kejahatan eksternal yang tampak (seperti sihir, kegelapan malam, dengki), sementara Surat An-Nas melindungi kita dari kejahatan internal yang tersembunyi (bisikan hati, keraguan, dan hasutan setan yang tak terlihat). Keseimbangan perlindungan ini menunjukkan kesempurnaan ajaran Islam dalam menjaga keselamatan total pemeluknya, baik secara fisik maupun spiritual.
Dengan memahami makna mendalam di balik kata-kata seperti "Al-Waswaas Al-Khannaas" dalam ayat ketiga, kita dapat lebih menghargai anugerah perlindungan yang Allah sediakan melalui kalam-Nya. Ini menguatkan ketergantungan (tawakkul) kita hanya kepada Sang Pencipta sebagai satu-satunya sumber keselamatan sejati dari segala macam tipu daya kegelapan.