Menelisik Keindahan dan Makna Surat An Nisa Ayat 46

Dalam lautan ayat-ayat suci Al-Qur'an, terdapat permata-permata hikmah yang tak terhingga. Salah satunya adalah Surat An Nisa ayat 46, sebuah ayat yang sering kali disandingkan dengan pembahasan mengenai kehati-hatian dalam berinteraksi, terutama terkait perkataan dan pemahaman. Ayat ini memberikan peringatan penting bagi umat Islam untuk selalu menjaga lisan dan pikiran agar tidak terjerumus pada kesalahpahaman atau penafsiran yang keliru terhadap firman Allah dan sunnah Rasul-Nya.

Surat An Nisa sendiri merupakan surah yang memiliki cakupan luas, membahas berbagai aspek hukum dan etika kehidupan bermasyarakat, khususnya terkait perempuan dan keluarga. Namun, ayat 46 ini memiliki fokus yang lebih spesifik pada pentingnya ketelitian dalam menerima dan menyampaikan informasi, terutama yang berkaitan dengan agama.

‏مِّنَ ٱلَّذِينَ هَادُو۟ا يُحَرِّفُونَ ٱلْكَلِمَ عَن مَّوَاضِعِهِۦ وَيَقُولُونَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَٱسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَرَٰعِنَا لَيًّۢا بِأَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِى ٱلدِّينِ ۚ وَلَوْ أَنَّهُمْ قَالُوا۟ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَٱسْمَعْ وَٱنظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ وَأَقْوَمَ ۖ‏

"Yaitu orang-orang Yahudi yang membelokkan perkataan dari tempatnya dan mengatakan: 'Kami mendengar tapi durhaka' dan 'Dengarlah, semoga kamu tidak mendengar' serta (mengatakan) 'Rā‘inā' untuk memutarbalikkan lidah mereka dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: 'Kami mendengar dan kami taat', dan 'Dengarlah' dan 'Unẓurna', tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih lurus."

Ilustrasi visual ayat An Nisa 46

Konteks Penurunan dan Pelajaran

Ayat ini diturunkan sebagai respons terhadap segolongan orang Yahudi yang memiliki kebiasaan buruk dalam berinteraksi dengan ajaran Islam dan kaum Muslimin. Mereka tidak hanya menolak kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, tetapi juga berusaha memutarbalikkan makna ayat-ayat Taurat dan bahkan berusaha menyesatkan pemahaman kaum Muslimin. Frasa seperti "Kami mendengar tapi durhaka" menunjukkan sikap penolakan yang terang-terangan, sementara "Dengarlah, semoga kamu tidak mendengar" menggambarkan keinginan agar ajaran yang baik tidak sampai ke telinga mereka.

Penggunaan kata "Rā‘inā" (artinya: perhatikan kami/pandanglah kami) yang mereka ucapkan dengan nada memutarbalikkan lidah, sebenarnya mengandung unsur hinaan atau ejekan yang tersembunyi. Dalam bahasa Ibrani, kata yang mirip dapat memiliki makna negatif. Ini menunjukkan bagaimana liciknya mereka dalam menyembunyikan kebencian dan keinginannya untuk mencela agama Islam. Alih-alih menunjukkan sikap hormat dan keinginan untuk memahami, mereka justru menggunakan kata-kata yang terkesan sopan namun sarat dengan niat buruk.

Allah Ta'ala dalam ayat ini mengajarkan bahwa sikap yang seharusnya dimiliki oleh orang yang beriman adalah "Kami mendengar dan kami taat" (sami'na wa atha'na). Ini adalah ungkapan kepatuhan yang tulus terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya. Selain itu, mereka juga diajarkan untuk menggunakan kata "Dengarlah" (ismai') yang berarti memperhatikan dengan sungguh-sungguh, dan "Unẓurna" (artinya: beri perhatian kepada kami/tunjukkan jalan kepada kami) yang menunjukkan kerendahan hati dan keinginan untuk dibimbing.

Makna Mendalam dan Relevansinya

Surat An Nisa ayat 46 memberikan pelajaran berharga bagi kita, umat Muslim, dalam berbagai aspek kehidupan:

  1. Kehati-hatian dalam Berbicara: Ayat ini menekankan pentingnya menjaga lisan dari perkataan yang dapat menyesatkan, memutarbalikkan fakta, atau mengandung unsur celaan. Ucapan kita harus didasari kejujuran, ketulusan, dan kebaikan.
  2. Sikap Mendengar yang Benar: Mendengar tidak hanya sekadar memasukkan suara ke telinga, tetapi juga memperhatikan dengan sungguh-sungguh, merenungkan, dan berusaha memahami. Sikap "mendengar tapi durhaka" adalah sikap yang tercela.
  3. Ketaatan Tulus: Ungkapan "Kami mendengar dan kami taat" adalah inti dari keimanan. Ini menunjukkan kesediaan untuk tunduk dan patuh pada ajaran agama, bukan sekadar pengakuan di lisan.
  4. Menjaga Agama dari Cerca: Umat Muslim diperintahkan untuk menjaga kehormatan agama dari segala bentuk ejekan, hinaan, atau penafsiran yang keliru.
  5. Pentingnya Niat dalam Berkata: Ayat ini secara implisit mengajarkan bahwa niat di balik perkataan sangatlah penting. Kata yang sama bisa bermakna baik atau buruk tergantung pada niat pengucapnya.

Dalam era informasi yang serba cepat ini, di mana berita dan opini bertebaran tanpa henti, relevansi Surat An Nisa ayat 46 semakin terasa. Kita perlu senantiasa waspada terhadap informasi yang kita terima, menyaringnya dengan akal sehat dan ilmu agama, serta tidak mudah menyebarkan berita yang belum tentu kebenarannya. Sikap kritis yang sehat, dibarengi dengan niat baik dan keinginan untuk mencari kebenaran, adalah kunci untuk menghindari kesesatan dan menjaga diri dari perkataan yang sia-sia.

Memahami dan mengamalkan ajaran yang terkandung dalam Surat An Nisa ayat 46 adalah bentuk ketaatan kita kepada Allah dan upaya untuk menjadi pribadi Muslim yang lebih baik, yang senantiasa menjaga ucapan, pikiran, dan perilakunya.

🏠 Homepage