Surat An Nisa, yang berarti "Perempuan", merupakan salah satu surat Madaniyah yang kaya akan ajaran dan panduan hidup bagi umat Muslim. Di dalamnya, terdapat ayat-ayat yang membahas berbagai aspek kehidupan, mulai dari hukum keluarga, hak-hak perempuan, hingga panggilan untuk berjuang di jalan Allah. Bagian dari surat ini yang mencakup ayat 75 hingga 85 menawarkan perspektif mendalam mengenai realitas perjuangan seorang mukmin, pentingnya keimanan yang kokoh, serta tanggung jawab kolektif dalam menghadapi tantangan.
Simbol-simbol yang melambangkan keteguhan dan beragamnya ujian.
Ayat-ayat ini turun pada periode di mana umat Islam di Madinah menghadapi berbagai bentuk tantangan. Di satu sisi, ada perjuangan fisik melawan musuh-musuh Islam yang mengancam eksistensi mereka. Di sisi lain, ada pula godaan dan keraguan di kalangan internal umat, serta urgensi untuk menjaga semangat perjuangan di jalan Allah.
Allah SWT berfirman dalam ayat 75:
Selanjutnya, ayat 76 hingga 80 menjelaskan perbedaan antara orang yang berjuang di jalan Allah dan orang yang duduk diam. Allah menekankan bahwa perjuangan yang tulus akan dibalas berlipat ganda, sementara kemalasan dan ketidakpedulian tidak akan membawa kebaikan. Ayat-ayat ini juga menegaskan bahwa seluruh kekayaan dan kekuasaan hanya berasal dari Allah, dan keputusan untuk memberi atau menahan adalah mutlak milik-Nya. Ini mengajarkan pentingnya ikhlas dalam berjuang tanpa mengharapkan imbalan duniawi semata, serta keyakinan bahwa Allah adalah sumber segala pertolongan.
Ayat 81-83 berbicara tentang sikap orang-orang munafik yang terkadang menunjukkan kesetiaan, namun sebenarnya lebih mengutamakan keselamatan pribadi dan harta benda mereka. Mereka cenderung bersembunyi di balik alasan dan mengabaikan seruan untuk berjihad. Allah menunjukkan bahwa mereka lebih banyak membicarakan kejelekan orang lain dan menyebarkan keraguan. Ayat-ayat ini mengingatkan agar kita waspada terhadap kemunafikan dan senantiasa mengutamakan kebenaran serta perintah Allah, bahkan ketika itu menuntut pengorbanan. Kepercayaan penuh kepada Allah (tawakkal) adalah kunci untuk melewati keraguan dan ketakutan.
Ayat 84 menggarisbawahi tanggung jawab individu dalam memikul konsekuensi perbuatannya. Setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dilakukannya. Namun, ayat 85 melengkapi ini dengan menekankan tanggung jawab kolektif. Jika ada kerugian atau musibah yang menimpa kaum Muslimin akibat kelalaian atau kemalasan, seluruh umat harus mengambil hikmah dan bangkit bersama. Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali mereka sendiri yang berusaha mengubahnya. Ini adalah seruan untuk persatuan, solidaritas, dan kesadaran bahwa kebangkitan Islam adalah upaya bersama yang melibatkan setiap individu.
Ayat-ayat 75-85 Surat An Nisa mengajarkan kepada kita beberapa pelajaran penting:
Dengan memahami dan merenungkan ayat-ayat ini, diharapkan setiap mukmin dapat meningkatkan kualitas keimanan dan kesiapannya untuk berjuang di jalan Allah, serta berkontribusi positif bagi kemaslahatan umat dan kemajuan peradaban Islam.