Ilustrasi: Al-Qur'an
Dalam lautan ajaran Islam yang luas, terdapat ayat-ayat yang menjadi kompas moral dan panduan hidup bagi setiap Muslim. Surat An-Nisa, yang berarti "Wanita", adalah salah satu surat Madaniyah yang membahas berbagai aspek kehidupan sosial, hukum, dan keluarga. Di antara ayat-ayatnya yang kaya makna, terdapat tiga ayat yang saling berkaitan erat, yaitu ayat 8, 9, dan 10. Ayat-ayat ini tidak hanya berbicara tentang pembagian harta warisan, tetapi juga menekankan prinsip keadilan, kasih sayang, dan tanggung jawab terhadap kerabat yang lemah, terutama yatim piatu. Memahami dan mengamalkan isi kandungan Surat An-Nisa ayat 8-10 adalah kunci untuk membangun masyarakat yang harmonis dan penuh kepedulian.
وَإِذَا حَضَرَ الْقِسْمَةَ أُولُو ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَـٰمَىٰ وَٱلْمَسَـٰكِينُ فَٱرْزُقُوهُم مِّنْهُ وَقُولُواْ لَهُمْ قَوْلًا مَّعْرُوفًا
Dan apabila hadir ketika pembagian (harta warisan) kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sesuatu) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.
Ayat kedelapan ini menjadi pembuka diskusi mengenai tanggung jawab sosial dalam konteks pembagian harta. Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk memberikan bagian dari harta yang dibagikan, baik itu harta warisan, zakat, atau sedekah, kepada kerabat yang hadir, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Perintah ini bersifat umum, namun penekanannya pada "apabila hadir" mengindikasikan adanya kesempatan dan kewajiban untuk bertindak ketika kondisi tersebut terjadi. Lebih dari sekadar memberikan materi, ayat ini juga mengajarkan pentingnya tutur kata yang baik dan santun. "Ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik" mengandung makna memberikan harapan, menghibur, dan menunjukkan empati, bukan sekadar memberikan bantuan tanpa menghiraukan perasaan mereka. Ini mengajarkan bahwa interaksi sosial harus dilandasi oleh kebaikan budi pekerti.
وَلْيَخْشَ ٱلَّذِينَ لَوْ تَرَكُواْ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَـٰفًا خَافُوٓاْ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلْيَقُولُواْ قَوْلًا سَدِيدًا
Dan hendaklah merasa takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Maka hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
Ayat kesembilan ini memberikan peringatan keras bagi siapa pun yang memiliki potensi untuk merugikan atau menzalimi anak-anak yatim. Allah SWT mengingatkan agar mereka merenungkan keadaan jika kelak mereka memiliki keturunan yang lemah dan tidak berdaya, serta bagaimana perasaan mereka jika keturunan tersebut ditinggalkan tanpa perlindungan. Perumpamaan ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa empati dan tanggung jawab. Ancaman Allah SWT bukan tanpa dasar. Zakat dan harta anak yatim adalah hak mereka yang mutlak. Merampas atau menyalahgunakan harta tersebut berarti sama saja dengan merampas masa depan dan harapan mereka. Ayat ini juga menegaskan pentingnya "mengucapkan perkataan yang benar" (qawlan sadida), yang berarti perkataan yang jujur, tegas dalam kebenaran, dan sesuai dengan ajaran agama, terutama dalam urusan menyangkut hak-hak yatim.
إِنَّ ٱلَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَٰلَ ٱلْيَتَـٰمَىٰ ظُلْمًا إِنَّمَا يَأْكُلُونَ فِى بُطُونِهِمْ نَارًا وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيرًا
Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka menelan api neraka ke dalam perut mereka dan kelak akan mereka ditimpa siksa api yang menyala-nyala (neraka).
Puncak dari peringatan dalam ayat-ayat ini adalah ayat kesepuluh. Ayat ini dengan tegas menyatakan konsekuensi dari memakan harta anak yatim secara zalim. Allah SWT menggambarkan bahwa tindakan tersebut sama saja dengan menelan api neraka ke dalam perut. Ini bukan sekadar ancaman verbal, melainkan sebuah gambaran betapa mengerikannya akibat dari perbuatan tersebut, baik di dunia maupun di akhirat. Siksaan api neraka adalah balasan setimpal bagi mereka yang melanggar hak-hak orang yang paling lemah dan membutuhkan perlindungan. Ayat ini menjadi pengingat kuat bahwa keadilan harus ditegakkan, terutama bagi mereka yang tidak mampu membela diri.
Secara keseluruhan, Surat An-Nisa ayat 8-10 mengajarkan kepada kita pentingnya keadilan, belas kasih, dan tanggung jawab. Ketiga ayat ini tidak hanya relevan bagi masyarakat pada masa Rasulullah SAW, tetapi juga memiliki makna universal dan abadi. Prinsip utama yang terkandung di dalamnya adalah:
Menjalankan ajaran dalam Surat An-Nisa ayat 8-10 berarti mewujudkan nilai-nilai luhur Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dengan meneladani prinsip-prinsip ini, kita turut berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang adil, penyayang, dan terhindar dari murka Allah SWT.