Bersatu

Surat An-Nisa: Panduan Berpasangan dalam Islam

Dalam Al-Qur'an, terdapat banyak ayat yang menjelaskan tentang pentingnya berkeluarga dan berpasangan. Salah satu surat yang secara mendalam membahas hal ini adalah Surat An-Nisa. Surat yang berarti "Perempuan" ini, meskipun namanya merujuk pada peran perempuan, sebenarnya memberikan panduan komprehensif mengenai hubungan antara laki-laki dan perempuan, pernikahan, hak dan kewajiban dalam rumah tangga, serta bagaimana menjaga keharmonisan dalam sebuah ikatan berpasangan.

Surat An-Nisa menekankan bahwa pernikahan adalah sebuah sunnah (cara hidup) yang dianjurkan oleh Allah SWT. Ia bukan sekadar ikatan fisik semata, melainkan sebuah perjanjian suci yang dibangun di atas rasa kasih sayang (mawaddah) dan rahmat. Allah berfirman dalam Surat Ar-Rum ayat 21, yang sering dikaitkan dengan semangat Surat An-Nisa:

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir."

Ayat ini memberikan gambaran bahwa pasangan hidup diciptakan agar manusia dapat menemukan ketenangan, kebahagiaan, dan saling mencintai. Dalam Surat An-Nisa, Allah juga memerintahkan kaum laki-laki untuk memperlakukan istri mereka dengan baik dan adil. Hal ini tercermin dalam firman-Nya:

"...Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (QS. An-Nisa: 19)

Ayat ini menggarisbawahi pentingnya kesabaran dan keadilan dalam berumah tangga. Bahkan ketika muncul ketidakcocokan atau ketidaksukaan, seorang suami diperintahkan untuk tetap berlaku baik dan tidak memaksakan kehendaknya. Di balik ketidaksukaan tersebut, mungkin terdapat hikmah dan kebaikan yang belum disadari.

Keadilan dan Tanggung Jawab dalam Pernikahan

Surat An-Nisa juga mengatur tentang tanggung jawab finansial suami terhadap istri dan anak-anaknya. Konsep nafkah yang diberikan oleh suami adalah wujud nyata dari tanggung jawabnya sebagai kepala rumah tangga. Hal ini bukan semata-mata memberikan materi, tetapi juga mencakup perlindungan, bimbingan, dan rasa aman bagi keluarga.

Selain itu, surat ini juga menyinggung tentang hak-hak perempuan dalam pernikahan, termasuk hak untuk mendapatkan mahar, nafkah, dan perlakuan yang layak. Surat An-Nisa mengingatkan bahwa perempuan bukanlah objek yang bisa diperlakukan semena-mena, melainkan mitra dalam membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah.

Menghadapi Perselisihan dan Perceraian

Dalam konteks yang lebih luas, Surat An-Nisa juga memberikan panduan mengenai cara menyelesaikan perselisihan dalam rumah tangga. Upaya mediasi dan perbaikan hubungan diutamakan sebelum mengambil langkah yang lebih jauh. Jika perceraian tidak dapat dihindari, Islam mengajarkan agar prosesnya dilakukan dengan cara yang baik dan tetap menjaga hak-hak kedua belah pihak, terutama anak-anak.

Ayat-ayat dalam Surat An-Nisa memberikan kerangka moral dan etika yang kuat bagi pasangan suami istri. Ia mengajak setiap individu untuk senantiasa merefleksikan peran dan tanggung jawabnya dalam membangun sebuah keluarga yang kokoh, penuh cinta, dan dirahmati oleh Allah SWT. Memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran dalam Surat An-Nisa adalah kunci untuk menciptakan hubungan berpasangan yang harmonis dan sesuai dengan tuntunan agama.

Pernikahan adalah sebuah perjalanan panjang yang membutuhkan komitmen, pengertian, dan kesabaran dari kedua belah pihak. Surat An-Nisa hadir sebagai panduan abadi yang membimbing umat Islam dalam menapaki liku-liku kehidupan berpasangan, dari awal akad nikah hingga membentuk generasi penerus yang saleh dan salehah.

🏠 Homepage