Surat An-Nas adalah surat perlindungan terakhir dalam Al-Qur'an, sebuah doa singkat yang memohon perlindungan dari segala kejahatan tersembunyi.
(1) Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhan (Pemelihara) manusia,"
(2) Raja manusia,
(3) sembahan manusia,
(4) dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi-sembunyi,
(5) yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,
(6) baik (setan) dari golongan jin maupun manusia."
Surat An-Nas (Manusia), bersama dengan Al-Falaq (Fajar), sering disebut sebagai "Al-Mu'awwidzatain" (Dua Surat Permohonan Perlindungan). Keistimewaan An-Nas terletak pada fokusnya yang spesifik terhadap sumber kejahatan yang paling halus dan sulit dideteksi: bisikan dalam diri.
Setiap ayat membawa tingkatan perlindungan. Ayat pertama hingga ketiga menegaskan siapa yang diminta perlindungan: Allah SWT adalah Rabb (Pemelihara), Malik (Raja yang memiliki otoritas penuh), dan Ilah (Sembahan yang berhak disembah) bagi seluruh umat manusia. Ini menunjukkan bahwa hanya Zat Yang Maha Kuasa atas penciptaan, pemerintahan, dan peribadatanlah yang mampu melindungi dari ancaman internal.
Inti dari permohonan perlindungan dalam An-Nas tertuang pada ayat keempat. Kata Al-Waswas berarti bisikan atau godaan yang secara bertahap mempengaruhi pikiran. Kata Al-Khannas berarti sesuatu yang mundur atau bersembunyi setiap kali manusia mengingat Tuhannya. Ini adalah gambaran sempurna tentang cara kerja kejahatan psikologis dan spiritual. Godaan ini tidak datang sebagai paksaan fisik, melainkan sebagai ilusi atau keraguan yang ditanamkan di dalam hati (shudur).
Mengapa perlu perlindungan khusus terhadap bisikan ini? Karena godaan yang datang dari jin dan manusia adalah ancaman yang menargetkan akidah dan niat murni seseorang. Godaan jin bersifat gaib, sementara godaan manusia seringkali muncul dalam bentuk hasutan sosial, fitnah, atau contoh buruk. Surat ini mengajarkan bahwa kekuatan terbesar untuk melawan dua jenis godaan ini adalah dengan mendeklarasikan keesaan dan kekuasaan Allah SWT atas diri kita.
Meskipun terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama mengenai waktu pastinya, mayoritas riwayat menyebutkan bahwa An-Nas dan Al-Falaq diturunkan sebagai respons terhadap sihir yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW. Penurunan kedua surat ini adalah manifestasi kasih sayang Allah yang memberikan tameng spiritual yang kuat kepada umat-Nya.
Keutamaan membaca surat ini sangat besar. Rasulullah SAW bersabda bahwa surat ini tidak pernah dibacakan untuk memohon perlindungan dari sesuatu melainkan Allah SWT akan memberikan perlindungan yang diminta. Oleh karena itu, An-Nas menjadi amalan wajib bagi Muslim, dibaca saat pagi dan petang, sebelum tidur, dan ketika merasakan kegelisahan atau keraguan dalam hati.
Mengintegrasikan terjemahan QS An-Nas dalam kehidupan sehari-hari bukan sekadar menghafal kata-kata, melainkan membangun benteng pertahanan mental dan spiritual. Ia mengingatkan kita bahwa dalam hiruk pikuk kehidupan modern—penuh informasi menyesatkan dan tekanan sosial—sumber kejahatan yang paling berbahaya seringkali adalah bisikan yang memicu ketakutan dan keraguan yang datang dari dalam diri kita sendiri. Dengan memohon kepada Rabb, Malik, dan Ilah manusia, kita mengunci pintu bagi segala bentuk pengaruh negatif, baik yang tampak maupun yang tak terlihat.