Alergi keringat, yang secara medis dikenal sebagai cholinergic urticaria, adalah kondisi yang seringkali disalahpahami. Berbeda dengan alergi pada umumnya yang dipicu oleh alergen eksternal seperti debu atau serbuk sari, alergi keringat muncul sebagai reaksi tubuh terhadap peningkatan suhu tubuh, yang memicu produksi keringat. Meskipun keringat adalah mekanisme alami tubuh untuk mengatur suhu, pada sebagian orang, proses ini dapat memicu respons imun yang tidak diinginkan. Kondisi ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Alergi keringat terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap sinyal saraf yang mengontrol kelenjar keringat. Ketika tubuh memanas—baik karena aktivitas fisik, cuaca panas, stres emosional, atau konsumsi makanan pedas—tubuh melepaskan asetilkolin, neurotransmitter yang merangsang kelenjar keringat. Pada individu yang sensitif, asetilkolin ini dapat memicu pelepasan histamin dan zat kimia lain dalam sel mast kulit, yang menyebabkan gejala urtikaria atau biduran.
Penyebab pasti dari alergi keringat belum sepenuhnya dipahami, namun diperkirakan ada faktor genetik yang berperan. Pemicu umum dari kondisi ini meliputi:
Gejala alergi keringat biasanya muncul dalam beberapa menit setelah tubuh mulai berkeringat dan dapat berlangsung selama satu hingga dua jam. Gejala yang paling umum adalah:
Dalam kasus yang sangat jarang dan parah, reaksi alergi keringat dapat disertai gejala sistemik seperti pusing, mual, atau kesulitan bernapas. Jika Anda mengalami gejala yang parah, segera cari pertolongan medis.
Diagnosis alergi keringat biasanya dilakukan oleh dokter spesialis kulit berdasarkan riwayat medis pasien dan pemeriksaan fisik. Dokter mungkin akan menanyakan secara detail tentang pemicu yang dicurigai dan pola kemunculan gejala. Salah satu metode diagnosis yang umum adalah uji provokasi keringat. Ini melibatkan stimulasi keringat pada pasien, misalnya dengan berolahraga di treadmill atau mandi air hangat, kemudian mengamati munculnya ruam.
Mengelola alergi keringat berfokus pada pencegahan pemicu dan meredakan gejala. Berikut adalah beberapa strategi yang bisa diterapkan:
Identifikasi dan hindari faktor-faktor yang memicu keringat berlebihan. Ini mungkin berarti membatasi aktivitas fisik berat saat cuaca panas, mengelola stres dengan baik, dan menghindari makanan atau minuman yang dapat meningkatkan suhu tubuh.
Kenakan pakaian yang longgar dan terbuat dari bahan yang menyerap keringat seperti katun. Hindari pakaian ketat dan sintetis yang memerangkap panas. Minum air yang cukup untuk menjaga hidrasi dan membantu tubuh mengatur suhu.
Untuk meredakan gejala, dokter biasanya meresepkan:
Mandilah dengan air dingin atau suam-suam kuku setelah berkeringat. Hindari menggaruk ruam karena dapat memperparah iritasi dan meningkatkan risiko infeksi.
Alergi keringat mungkin terdengar mengkhawatirkan, namun dengan pemahaman yang tepat, identifikasi pemicu, dan penanganan yang sesuai, individu yang mengalaminya dapat mengelola kondisi ini dengan baik dan menjalani kehidupan yang nyaman. Jika Anda merasa mengalami gejala alergi keringat, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan rencana perawatan yang tepat.