Tampilan tulisan Arab dan latin "Allahu Akbar Walillahil Hamd"
Ungkapan "Allahu Akbar Walillahil Hamd" merupakan salah satu kalimat tauhid yang sarat makna dan sering kita dengar, terutama dalam momen-momen keagamaan dan perayaan umat Islam. Kalimat ini bukanlah sekadar ucapan, melainkan sebuah pernyataan iman yang mendalam, pengakuan atas kebesaran Allah SWT semata, dan pujian tertinggi yang pantas disandarkan kepada-Nya. Memahami esensi di balik frasa ini akan memperkaya penghayatan spiritual kita.
Secara harfiah, "Allahu Akbar" berarti "Allah Maha Besar". Kata "Akbar" berasal dari akar kata "kabr" yang berarti besar. Dalam konteks ini, Allah Maha Besar bukan hanya dalam ukuran fisik, tetapi dalam segala aspek: keagungan, kekuatan, kekuasaan, ilmu, rahmat, dan segala sifat kesempurnaan yang tidak dapat dibatasi oleh akal manusia. Allah tidak tertandingi, tidak ada yang setara, dan tidak ada yang mampu menandingi kebesaran-Nya. Ketika kita mengucapkan "Allahu Akbar", kita sedang menegaskan posisi kita sebagai hamba yang kecil di hadapan Sang Pencipta yang Mahabesar. Pengakuan ini menumbuhkan rasa tawadhu', kerendahan hati, dan kesadaran akan keterbatasan diri kita di hadapan kekuasaan-Nya.
Bagian kedua dari ungkapan ini, "Walillahil Hamd", berarti "dan hanya milik Allah segala puji". Kata "hamd" berarti pujian atau syukur. Pernyataan ini menegaskan bahwa segala bentuk pujian, sanjungan, dan rasa syukur yang tulus hanya layak dan pantas dipersembahkan kepada Allah SWT. Segala kenikmatan, keberkahan, rezeki, kesehatan, dan segala hal baik yang kita rasakan berasal dari-Nya. Oleh karena itu, segala pujian atas nikmat tersebut mutlak kembali kepada Sang Pemberi. Ini bukan berarti kita tidak boleh bersyukur kepada sesama, tetapi pujian tertinggi dan sumber segala pujian adalah Allah. Ungkapan ini mengajarkan kita untuk selalu mengarahkan hati dan lisan kita kepada Allah sebagai sumber segala kebaikan dan untuk tidak menyandarkan pujian kepada selain-Nya.
Kombinasi kedua frasa ini menciptakan sebuah pernyataan iman yang komprehensif. Dimulai dengan pengakuan akan kebesaran Allah yang tak terhingga ("Allahu Akbar"), dilanjutkan dengan penegasan bahwa segala bentuk pujian dan syukur hanya milik-Nya ("Walillahil Hamd"). Ini adalah inti dari tauhid, yaitu pengesaan Allah. Kita mengesakan kebesaran-Nya dan mengesakan hak-Nya untuk dipuji.
Penggunaan frasa "Allahu Akbar Walillahil Hamd" sangat umum dalam ibadah salat, khususnya setelah mengakhiri gerakan rukuk dalam salat. Imam akan mengucapkan "Sami'allahu liman hamidah" (Allah mendengar siapa yang memuji-Nya), dan makmum serta imam akan menjawab dengan "Rabbana walakal hamd" (Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala pujian). Namun, ungkapan "Allahu Akbar Walillahil Hamd" sering juga diucapkan secara terpisah, terutama pada hari-hari raya seperti Idul Fitri dan Idul Adha, saat takbir berkumandang. Ucapan ini menjadi bagian dari ekspresi kegembiraan, rasa syukur, dan pengagungan atas segala nikmat dan karunia yang telah Allah berikan.
Lebih jauh lagi, frasa ini menjadi pengingat konstan bagi seorang Muslim untuk menjaga orientasi hidupnya. Dalam setiap keadaan, baik suka maupun duka, keberhasilan maupun kegagalan, seorang Mukmin diajak untuk senantiasa melihat kebesaran Allah yang mengatasi segala persoalan. Dan ketika kebaikan datang, pujian dan syukur haruslah diarahkan kepada Sang Pemberi karunia. Ini membantu menumbuhkan ketenangan jiwa, kesabaran dalam menghadapi cobaan, dan rasa syukur yang mendalam dalam menerima berkah.
Dalam kehidupan sehari-hari, meresapi makna "Allahu Akbar Walillahil Hamd" dapat mengubah cara pandang kita terhadap dunia. Kita akan lebih mampu melihat segala sesuatu dari perspektif ilahi, menyadari bahwa di balik setiap kejadian ada kehendak dan hikmah Allah yang Maha Besar. Ini juga mendorong kita untuk berperilaku lebih baik, karena kita tahu bahwa kita selalu berada dalam pengawasan-Nya dan segala amal perbuatan kita akan kembali kepada-Nya dalam bentuk pujian dan pahala.
Dengan mengucapkan dan meresapi "Allahu Akbar Walillahil Hamd", kita tidak hanya sedang berbicara, tetapi sedang melakukan ibadah. Ini adalah bentuk pengabdian hati, lisan, dan perbuatan yang menyatukan diri kita dengan Sang Pencipta. Semoga kita senantiasa menjadi hamba yang mengakui kebesaran-Nya dan hanya menyandarkan segala pujian dan syukur kepada-Nya.