Representasi visual dari unsur Aluminium (Al)
Dalam percakapan sehari-hari maupun dalam konteks teknis, seringkali kita mendengar perdebatan kecil mengenai penulisan yang tepat: apakah seharusnya menggunakan kata aluminium atau alumunium? Kebingungan ini sangat umum terjadi, terutama di kalangan penutur bahasa Indonesia, karena ejaan kedua kata tersebut terdengar sangat mirip dan merujuk pada benda yang sama: logam ringan, tahan korosi, dan serbaguna yang memiliki simbol kimia 'Al'.
Untuk menjawab pertanyaan ini secara definitif, kita perlu merujuk pada otoritas utama dalam baku bahasa Indonesia, yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dikeluarkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (dulu Pusat Bahasa).
Menurut KBBI, ejaan yang benar dan baku di Indonesia adalah aluminium. Kata ini merujuk pada unsur kimia dengan nomor atom 13. Penggunaan kata "alumunium" umumnya dianggap sebagai variasi tidak baku atau serapan langsung yang belum sepenuhnya disesuaikan dengan kaidah fonologis bahasa Indonesia.
Sejarahnya, nama unsur ini berasal dari bahasa Latin "alumen" yang berarti tawas. Ketika unsur ini pertama kali ditemukan dan diberi nama oleh Sir Humphry Davy pada awal abad ke-19, ia sempat mengusulkan nama "alumium." Namun, nama "aluminium" kemudian diadopsi secara luas secara internasional, dan inilah yang kemudian diadopsi sebagai bentuk baku dalam kamus bahasa Indonesia.
Meskipun KBBI telah menetapkan "aluminium," mengapa varian "alumunium" tetap bertahan dan sering digunakan? Ada beberapa faktor psikologis dan linguistik yang berperan di sini:
Terlepas dari perdebatan ejaan, penting untuk memahami mengapa logam ini begitu vital. Aluminium adalah logam yang luar biasa. Berat jenisnya hanya sekitar sepertiga dari baja, menjadikannya pilihan utama untuk aplikasi yang membutuhkan pengurangan bobot signifikan.
Sifat utama aluminium meliputi:
Karena sifat-sifat ini, penggunaan aluminium tersebar luas, mulai dari pembungkus makanan (foil), rangka jendela dan pintu, suku cadang mesin, hingga kaleng minuman. Kemampuannya untuk dipadukan dengan elemen lain (paduan) semakin memperkuat fungsinya di berbagai sektor.
Dalam konteks penulisan formal, akademis, atau komunikasi standar dalam bahasa Indonesia, penggunaan kata aluminium adalah pilihan yang tepat dan sesuai dengan kaidah kebahasaan yang berlaku. Meskipun "alumunium" masih sering terdengar, mengadopsi ejaan baku akan membantu menjaga konsistensi dalam komunikasi tertulis.
Jadi, ketika Anda menulis tentang logam ringan yang sangat penting bagi teknologi modern ini, ingatlah untuk selalu menggunakan 'i' sebelum 'u' di akhir: Aluminium. Pemahaman akan ejaan yang benar adalah bagian dari apresiasi kita terhadap keakuratan bahasa sekaligus pengakuan terhadap standar ilmiah yang mendasarinya.