Refleksi Mendalam Ayat: An Nahl [16:67]

Mukjizat Dalam Buah Kurma dan Anggur

Al-Qur'an adalah wahyu yang kaya akan perumpamaan dan deskripsi nyata tentang kebesaran Allah SWT, yang terukir dalam ciptaan-Nya. Salah satu ayat yang seringkali memicu perenungan mendalam tentang nikmat dan kekuasaan Ilahi adalah Surah An Nahl (Lebah) ayat ke-67. Ayat ini secara spesifik menyoroti dua jenis buah yang menjadi sumber kehidupan dan kenikmatan bagi manusia: kurma dan anggur.

"Dan dari buah pohon korma dan buah anggur, kamu peroleh minuman yang memabukkan dan rezeki yang baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir." (QS. An Nahl: 16/67)

Ayat ini adalah sebuah pengingat bahwa di dalam hal-hal yang kita anggap biasa—yaitu makanan dan minuman—tersembunyi hikmah dan tanda-tanda yang menunjuk langsung kepada Sang Pencipta. Ketika ayat ini diturunkan, buah kurma dan anggur (yang kemudian berkembang menjadi khamr atau minuman memabukkan, sebelum larangan total diberlakukan dalam syariat) adalah komoditas pertanian vital dan sumber energi utama di wilayah Arab.

Transformasi dan Hikmah

Perhatikanlah diksi yang digunakan. Allah SWT menyebutkan 'minuman yang memabukkan' (sebagai potensi awal dari sari buah tersebut) dan 'rezeki yang baik' (rizqan hasanan). Ini menunjukkan proses penciptaan yang bertahap dan penuh pilihan. Sebelum datangnya larangan tegas terhadap khamr, masyarakat diizinkan untuk menikmati sari buah tersebut. Namun, Yang Maha Tahu telah menetapkan batas bahwa potensi kenikmatan tersebut bisa berubah menjadi mudharat.

Rezeki yang Baik (Rizqan Hasanan) merujuk pada buah itu sendiri yang dimakan langsung, atau sari manisnya yang tidak difermentasi menjadi alkohol. Ini adalah anugerah murni, sumber gizi, serat, dan energi. Dalam konteks modern, kita memahami bahwa buah-buahan ini kaya akan antioksidan dan manfaat kesehatan yang luar biasa. Allah tidak hanya memberi kita kebutuhan, tetapi juga sesuatu yang 'baik'—sempurna dari segi nutrisi dan rasa.

Bagaimana proses ini menjadi tanda kebesaran? Mari kita telaah siklus hidupnya. Pohon kurma yang menjulang tinggi, membutuhkan pembuahan silang yang rumit, menghasilkan tandan buah yang berat, dan kemudian buahnya yang manis matang di bawah terik matahari gurun. Demikian pula dengan anggur, yang membelit dan merambat, menghasilkan gugusan buah yang kaya rasa. Kedua tanaman ini adalah bukti bahwa kehidupan dapat muncul dan berkembang subur dari tanah yang keras, melalui mekanisme yang sangat teratur yang hanya mungkin diciptakan oleh kehendak Ilahi.

Panggilan untuk Berpikir (Ulil Albab)

Ayat 67 diakhiri dengan penekanan kuat: "Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir (liqaumin yaqqalun)."

Ayat ini secara khusus ditujukan kepada mereka yang mau menggunakan akal sehat dan hati mereka untuk merenungkan fenomena alam. Bukan sekadar melihat buah yang ada di tangan, tetapi bertanya: Dari mana asalnya? Mengapa bentuknya seperti ini? Bagaimana ia berubah dari bunga kecil menjadi makanan yang lezat?

Bagi seorang yang lalai, kurma hanyalah makanan ringan. Bagi orang yang berpikir, kurma adalah lembaran sejarah evolusi biologis yang dikendalikan oleh Sang Pencipta, sebuah mukjizat botani yang telah memberi makan peradaban ribuan tahun. Mengabaikan petunjuk seperti ini adalah kerugian intelektual dan spiritual terbesar.

Relevansi Kontemporer

Di era industrialisasi pangan, kita seringkali terputus dari sumber makanan kita. Namun, refleksi An Nahl 16:67 tetap relevan. Ia mengajarkan kita untuk kembali menghargai proses alami, memahami bahwa produk pertanian terbaik datang dari proses alamiah yang diatur dengan sempurna. Baik itu madu lebah (yang dibahas di ayat sebelumnya), kurma, maupun anggur, semuanya adalah hadiah gratis yang mengandung pelajaran tentang keteraturan kosmik dan kemurahan hati Sang Pengatur Alam Semesta.

Ketika kita menikmati seteguk jus buah yang segar atau sebutir kurma yang manis, marilah kita mengingat ayat ini. Itu bukan sekadar kebetulan kimiawi; itu adalah pesan langsung dari Allah yang menuntut agar kita tidak hanya menikmati karunia-Nya, tetapi juga merenungkan Sang Pemberi karunia tersebut. Inilah inti dari ketaatan yang didasari oleh pengetahuan (tafakkur).

Ilustrasi Pohon Kurma dan Rumpun Anggur Kurma Anggur Tanda Kebesaran
🏠 Homepage