Juz 30 adalah bagian terakhir dari Al-Qur'an, dimulai dari Surah An-Naba' (78) hingga Surah An-Nas (114). Bagian ini dikenal sebagai Juz 'Amma (karena dimulai dengan Surah 'Amma), dan mayoritas surahnya adalah surah-surah pendek yang diturunkan di Mekkah, meskipun beberapa di antaranya diturunkan di Madinah.
Keistimewaan Juz 30 terletak pada singkatnya ayat-ayatnya yang padat makna, sering kali membahas tema-tema fundamental seperti keesaan Allah (Tauhid), hari kiamat, kebesaran ciptaan-Nya, serta pentingnya perlindungan ilahi. Karena sifatnya yang ringkas dan mudah dihafal, Juz 'Amma sering menjadi fokus utama bagi para pemula yang belajar membaca dan menghafal Al-Qur'an.
Di antara surah-surah yang terdapat dalam Juz 30 ini, terdapat lima surah terakhir yang memiliki kedudukan sangat penting dalam menjaga akidah dan memohon perlindungan, yaitu Surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas, yang ketiganya sering disebut sebagai Mu'awwidzatain (surah-surah pelindung).
Representasi visual perlindungan ilahi dari Juz pelindung.
Surat An-Nas (Surah ke-114) adalah penutup Al-Qur'an, terdiri dari enam ayat. Surah ini memiliki kedudukan yang sangat mulia, karena merupakan surat yang secara eksplisit mengajarkan manusia cara memohon perlindungan dari kejahatan yang paling tersembunyi dan paling berbahaya.
Rasulullah ﷺ bahkan pernah menyatakan bahwa tidak ada yang menandingi Surah Al-Falaq dan An-Nas dalam hal perlindungan. Keduanya berfungsi sebagai benteng spiritual melawan gangguan eksternal maupun bisikan internal.
Surat An-Nas mengajarkan kita bahwa perlindungan sejati datang dari tiga tingkatan sifat Allah: Rabbun Nas (Tuhan Pemelihara Manusia)—menunjukkan kekuasaan Allah dalam memelihara dan mengurus segala urusan kita; Malikun Nas (Raja Manusia)—menekankan bahwa hanya Allah satu-satunya penguasa mutlak yang berhak ditaati; dan Ilahun Nas (Sembahan Manusia)—menegaskan bahwa hanya Allah yang berhak disembah.
Setelah mengakui keagungan ini, barulah kita memohon perlindungan dari musuh utama, yaitu Al-Waswas Al-Khannas. Kata "Al-Khannas" memiliki makna "yang menarik diri" atau "yang bersembunyi". Ini merujuk pada setan yang kehadirannya tidak selalu terlihat secara fisik, tetapi pengaruhnya meresap melalui keraguan, kerancuan berpikir, dan godaan untuk berbuat maksiat di dalam hati manusia.
Perlindungan ini mencakup jin dan juga manusia itu sendiri, karena tidak jarang godaan datang melalui pengaruh buruk dari sesama manusia yang bertindak layaknya setan. Membaca An-Nas secara rutin, terutama setelah salat atau sebelum tidur, adalah praktik sunnah yang sangat dianjurkan untuk menjaga kejernihan hati dan benteng iman dari segala gangguan.