Pantun, warisan budaya lisan yang kaya dari Nusantara, selalu berhasil menyelipkan nasihat berharga dalam rangkaian rima yang memikat. Salah satu tema abadi yang diangkat dalam pantun adalah kesehatan dan kebugaran. Melalui sampiran (dua baris pertama) yang seringkali menggambarkan alam atau kehidupan sehari-hari, tersimpanlah amanat (dua baris terakhir) yang mendorong kita untuk menjaga fisik dan mental.
Mengapa pantun kesehatan masih relevan di era modern ini? Karena cara penyampaiannya yang ringan, mudah diingat, dan personal. Pantun mengajak kesadaran tanpa terkesan menggurui, menjadikannya media edukasi kesehatan yang efektif, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa.
Setiap pantun kesehatan adalah sebuah pengingat filosofis. Misalnya, pantun tentang olahraga mengajarkan konsistensi (seperti pohon yang tumbuh) dan dampaknya yang jangka panjang. Ketika kita mendengarkan pantun, otak secara otomatis memproses pola bunyi yang menyenangkan, sehingga informasi yang terkandung di dalamnya lebih mudah terserap dan melekat dalam memori jangka panjang dibandingkan instruksi medis yang kaku.
Amanat yang tersirat sering kali menyentuh aspek pencegahan (preventif) daripada pengobatan (kuratif). Dalam konteks kesehatan masyarakat, pendekatan preventif jauh lebih hemat biaya dan efektif. Pantun mengingatkan bahwa kesehatan bukanlah nasib, melainkan hasil dari pilihan sehari-hari yang disiplināmulai dari apa yang kita makan, kapan kita beristirahat, hingga bagaimana kita menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
Melestarikan pantun kesehatan berarti melestarikan kearifan lokal dalam menjaga keberlangsungan hidup yang sehat dan sejahtera. Pantun ini adalah kapsul waktu kearifan yang harus terus kita buka dan aplikasikan dalam kehidupan modern. Jika tubuh sehat, maka kita mampu beraktivitas dengan maksimal, berkontribusi positif pada keluarga dan masyarakat. Jaga badan, jaga semangat, itulah inti dari amanat para leluhur yang terangkum dalam setiap baitnya.