Kajian QS. An Nahl Ayat 10

Teks dan Terjemahan QS. An Nahl Ayat 10

Surat An-Nahl (Lebah) adalah surat ke-16 dalam Al-Qur'an. Ayat ke-10 secara spesifik membahas tentang bagaimana Allah menurunkan air dari langit untuk menumbuhkan berbagai jenis tanaman, yang kemudian menjadi sumber kehidupan dan kesenangan bagi manusia.

هُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً ۖ لَّكُم مِّنْهُ شَرَابٌ وَمِنْهُ شَجَرٌ فِيهِ تُسِيمُونَ
Terjemahan: "Dialah yang menurunkan air dari langit, maka dengan air itu Dia menumbuhkan tumbuh-tumbuhan aneka ragam yang kamu sekalian pergunakan untuk memelihara ternakmu (atau: untuk kamu berpakaian/bersenang-senang)." (QS. An-Nahl: 10)

Ilustrasi: Siklus Air dan Pertumbuhan Tanaman

Makna Mendalam An Nahl Ayat 10

Ayat ini merupakan salah satu dari banyak ayat dalam Al-Qur'an yang menyoroti keagungan dan kekuasaan Allah sebagai Pencipta alam semesta. Fokus utama ayat ini adalah proses hidrologi yang sederhana namun vital: hujan yang diturunkan dari langit.

1. Sumber Kehidupan: Air

Allah menegaskan bahwa air hujan adalah anugerah langsung dari-Nya. Air ini memiliki dua fungsi utama yang disebutkan secara eksplisit dalam ayat:

  • Syaraab (Minuman): Air adalah kebutuhan primer bagi kelangsungan hidup manusia dan seluruh makhluk. Tanpa air bersih, kehidupan tidak mungkin terwujud. Ini menekankan pentingnya bersyukur atas sumber daya air yang tersedia.
  • Syajar (Tumbuh-tumbuhan): Dari air yang sama, Allah menumbuhkan berbagai macam vegetasi. Kata "Syajar" di sini merujuk pada pepohonan dan tanaman secara umum, yang kemudian menjadi sumber makanan bagi manusia (buah, sayur) dan ternak.

2. Fungsi Ekonomis dan Sosial

Bagian akhir ayat, "...فِيهِ تُسِيمُونَ" (fīhi tusīmūn), memiliki beberapa interpretasi tafsir, namun semuanya mengarah pada kemanfaatan bagi peradaban:

a. Memelihara Ternak (Ra'yu): Sebagian mufassir menafsirkan "tusīmūn" sebagai kegiatan penggembalaan ternak. Tumbuh-tumbuhan yang dihasilkan dari air hujan menjadi pakan bagi unta, sapi, dan domba. Ternak ini adalah sumber protein, alat transportasi, dan simbol kekayaan di masa lalu (dan tetap penting hingga kini).

b. Keindahan dan Kesenangan (Zīnah): Tafsiran lain menyebutkan bahwa tumbuh-tumbuhan itu dijadikan hiasan atau sarana kesenangan (seperti pakaian atau keindahan alam). Ini menunjukkan bahwa rahmat Allah tidak hanya bersifat survivalistik, tetapi juga estetis dan menyejahterakan jiwa.

Pelajaran Penting tentang Tauhid

QS. An-Nahl ayat 10 adalah dalil konkret tentang keesaan Allah (Tauhid Rububiyah). Tidak ada yang mampu mengatur siklus air, menumbuhkan vegetasi, atau menyediakan sarana kehidupan selain Allah SWT. Ketika manusia menyaksikan hujan turun dan tanah yang kering menjadi subur, ini seharusnya mendorong mereka untuk semakin mengenal dan menyembah Sang Pencipta. Siklus alam yang teratur ini adalah bukti nyata akan kebijaksanaan (Hikmah) Ilahi yang tidak pernah gagal.

Ayat ini mengajak kita untuk merenungkan rantai ekologis yang sangat rumit—langit, air, tanah, tanaman—yang semuanya bekerja harmonis untuk menopang eksistensi kita. Mengingat nikmat air dan hasil bumi adalah bentuk syukur tertinggi kepada Allah.

Relevansi Kontemporer

Di era modern, di mana isu perubahan iklim dan krisis air semakin mengancam, pemahaman terhadap ayat ini menjadi sangat relevan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa sumber daya alam, khususnya air, adalah amanah Ilahi yang harus dikelola dengan penuh tanggung jawab. Kerusakan lingkungan yang terjadi seringkali merupakan akibat dari pengabaian terhadap prinsip-prinsip pengelolaan yang diajarkan secara implisit melalui pemahaman akan sumber anugerah ini.

Setiap tetes hujan membawa potensi kehidupan. Oleh karena itu, sikap boros atau merusak ekosistem yang menopang siklus air adalah bentuk ketidakmampuan menghargai rahmat yang telah Allah sediakan dalam QS. An-Nahl ayat 10.

🏠 Homepage