وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
(QS. An-Nahl [16]: 18)
Surah An-Nahl, yang berarti Lebah, adalah surah ke-16 dalam Al-Qur'an. Ayat ke-18 dari surah ini merupakan salah satu ayat yang secara tegas menegaskan kemahabesaran, keluasan ilmu, dan kekuasaan mutlak Allah SWT. Ayat ini seringkali dibaca bersamaan dengan Ayat Kursi (QS. Al-Baqarah: 255) karena memiliki substansi tema yang serupa, yaitu deskripsi keagungan dan ilmu Allah yang tidak terbatas.
Inti dari pemahaman QS. An-Nahl ayat 16:18 terletak pada pengakuan bahwa ilmu manusia sangat terbatas. Ayat ini menyatakan, "dan mereka tidak mengetahui sesuatu pun dari ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki." Ini adalah penegasan penting bahwa pengetahuan manusia—sekalipun sudah mencapai kemajuan sains dan teknologi yang tinggi—selalu terikat oleh batasan izin dan kehendak Allah. Kita hanya bisa mengetahui apa yang telah diizinkan Allah untuk kita ketahui.
Kontras antara keterbatasan ilmu manusia dan keluasan ilmu Tuhan digambarkan melalui metafora yang luar biasa: "Kursi-Nya meliputi langit dan bumi." Dalam konteks tafsir, "Kursi" di sini bukan berarti kursi fisik seperti yang kita pahami, melainkan lambang dari kekuasaan-Nya yang mencakup seluruh alam semesta. Tidak ada satu jengkal pun dari langit dan bumi yang luput dari pengawasan dan kekuasaan-Nya.
Ayat ini kemudian memberikan jaminan tentang pemeliharaan alam semesta oleh Allah SWT. Frasa "dan memelihara keduanya (langit dan bumi) tidaklah memberatkan-Nya" menunjukkan betapa mudahnya bagi Dzat Yang Maha Kuasa untuk mengurus miliaran galaksi, bintang, planet, dan segala isinya.
Bagi seorang mukmin, pemahaman ini menimbulkan rasa syukur dan ketenangan. Ketika kita menghadapi masalah atau ketakutan terhadap masa depan, mengingat bahwa Pemelihara langit dan bumi tidak merasa berat sedikit pun dalam mengurus ciptaan-Nya, seharusnya memberikan keyakinan bahwa urusan kita pun berada dalam genggaman Pemelihara yang Maha Kuat. Ketidakmampuan Allah untuk merasa letih atau berat adalah sifat kesempurnaan yang mutlak.
Penutup ayat, "Dan Dia-lah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung" (Wahuwal 'Aliyyul 'Azhiim), menyimpulkan seluruh makna sebelumnya. 'Aliy (Maha Tinggi) menunjukkan kedudukan-Nya yang jauh melampaui segala ciptaan-Nya, baik secara kedudukan, derajat, maupun kekuasaan. Sementara 'Azhiim (Maha Agung) menegaskan keagungan zat-Nya yang tidak mungkin terukur oleh akal makhluk.
Merenungkan QS. An-Nahl 16:18 memberikan beberapa pelajaran penting dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, menumbuhkan sikap rendah hati. Jika ilmu kita terbatas, maka kesombongan harus kita singkirkan. Kita harus selalu bergantung kepada petunjuk-Nya. Kedua, ayat ini mengajarkan pentingnya tawakal. Setelah berusaha semaksimal mungkin, penyerahan hasil kepada Allah adalah kepastian, sebab Dia-lah yang menguasai segala ilmu dan hasil akhir.
Ketiga, ayat ini menjadi benteng akidah. Dalam menghadapi keraguan atau godaan untuk menyekutukan Allah, pengingat akan keluasan ilmu-Nya yang tidak terbatas seharusnya memurnikan keyakinan kita bahwa hanya kepada-Nya tempat kembali segala urusan, karena Dia adalah Al-'Aliy dan Al-'Azhiim. Ayat ini adalah manifestasi keindahan tauhid yang paripurna.