Surah An-Nasr (Kemenangan) adalah surah ke-109 dalam Al-Qur'an, terdiri dari tiga ayat pendek namun padat makna. Surah ini tergolong surah Madaniyah, diturunkan setelah Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Meskipun singkat, surah ini memiliki kedalaman tafsir yang luar biasa, seringkali menjadi penutup pembahasan mengenai perjalanan dakwah dan janji kemenangan dari Allah SWT.
Fokus utama dalam memahami surah ini adalah pada tiga ayat intinya: **QS An-Nasr 144:1-3**, yang secara kolektif memberikan pesan penghiburan, peringatan, dan instruksi penting kepada Rasulullah SAW dan umatnya.
Ayat pertama, "Iza jaa’a nashrullahi wal fath," adalah penegasan bahwa pertolongan (nashr) dan pembukaan (fath) dari Allah pasti akan datang. Dalam konteks sejarah Islam, ayat ini sering diartikan merujuk pada penaklukan Mekkah (Fathu Makkah). Ini bukan sekadar kemenangan militer, tetapi kemenangan tegaknya risalah Islam di tanah yang awalnya menolak keras dakwah Nabi. Ayat ini menenangkan hati Rasulullah SAW dan para sahabat bahwa kesabaran mereka akan dibalas dengan pertolongan nyata dari Dzat Yang Maha Kuasa.
Ayat kedua menjelaskan manifestasi dari pertolongan tersebut: "Wa ra’aitan naasa yadkhuluna fii diinillahi afwaaja." Ketika Islam mencapai puncak kejayaan dan kebenaran terbukti, masyarakat mulai menerima Islam secara massal, "berbondong-bondong." Ini menunjukkan bahwa hasil akhir dari perjuangan adalah penerimaan manusia secara luas terhadap kebenaran tauhid. Ini adalah buah manis dari proses panjang perjuangan yang penuh cobaan dan pengorbanan.
Ayat ketiga adalah instruksi langsung kepada Nabi Muhammad SAW setelah terwujudnya janji Allah tersebut. Perintahnya ada dua: bertasbih (memuji) dan memohon ampun (istighfar).
Mengapa setelah kemenangan harus bertasbih dan beristighfar? Para ulama tafsir menjelaskan hal ini sebagai bentuk tawadhu’ (kerendahan hati) sejati. Kemenangan bukanlah hasil kekuatan manusia semata, melainkan anugerah mutlak dari Allah. Oleh karena itu, ketika meraih puncak kesuksesan, seorang mukmin harus selalu mengingat sumber segala kemuliaan. Istighfar juga diperlukan karena kemungkinan adanya kekurangan dalam melaksanakan ibadah syukur tersebut atau kesalahan yang mungkin terjadi selama proses perjuangan. Janji Allah bahwa "Innahu kaana tawwaaba" (Sesungguhnya Dia Maha Penerima Taubat) menjadi penutup yang mengharukan, memastikan bahwa pintu rahmat selalu terbuka.
Meskipun diturunkan pada momen spesifik, pesan **QS An-Nasr 144:1-3** bersifat universal. Bagi setiap muslim atau kelompok yang sedang berjuang mencapai tujuan mulia, surah ini mengajarkan bahwa: