Dalam lautan tantangan dan godaan kehidupan duniawi, umat Muslim senantiasa mencari benteng perlindungan spiritual yang kokoh. Di antara sumber perlindungan tersebut, Surah An-Nas dan Surah Al-Ikhlas menempati posisi yang sangat istimewa. Kedua surah pendek ini, yang terletak di penghujung Al-Qur'an, menyimpan kekuatan tauhid dan permohonan perlindungan yang mendalam dari Allah SWT.
Surah An-Nas (Manusia) adalah surah ke-114 dan merupakan penutup Al-Qur'an. Ayat-ayatnya secara eksplisit mengajarkan kita untuk memohon perlindungan kepada Rabb-nya manusia, Raja manusia, dan Ilah manusia, dari kejahatan was-was (bisikan) yang tersembunyi.
Pentingnya An-Nas terletak pada pengakuan bahwa musuh terbesar seringkali adalah bisikan internal (waswas) yang dapat berasal dari jin maupun dari kelemahan diri manusia itu sendiri. Dengan mengucapkan surah ini, seorang Muslim secara sadar menempatkan dirinya di bawah naungan Tiga Sifat Agung Allah: Rabb (Pencipta/Pemelihara), Malik (Penguasa Mutlak), dan Ilaah (Tuhan yang berhak disembah). Perlindungan yang diminta bukan hanya dari bencana fisik, tetapi dari kerusakan spiritual yang halus.
Berbeda dengan An-Nas yang fokus pada permohonan perlindungan eksternal, Surah Al-Ikhlas (Memurnikan Kepercayaan), yang merupakan surah ke-112, berfungsi sebagai fondasi ideologis. Surah ini adalah definisi paling ringkas dan padat tentang keesaan Allah SWT (Tauhid).
Keutamaan Al-Ikhlas begitu besar hingga Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa surah ini sebanding dengan sepertiga Al-Qur'an. Mengapa? Karena ia menegaskan kemurnian konsep Ilahi. Ketika seseorang memahami dan meyakini bahwa Allah adalah Esa (Ahad), Maha Mandiri (Shomad), tidak memiliki ketergantungan pada siapapun, serta tidak terikat oleh konsep kelahiran atau penurunan, maka keyakinannya menjadi steril dari segala bentuk kesyirikan.
Keindahan spiritual muncul ketika An-Nas dan Al-Ikhlas dibaca bersama, sering kali diamalkan sebagai bacaan rutin setelah salat atau sebelum tidur. Al-Ikhlas membangun benteng keyakinan internal, membersihkan hati dari anggapan bahwa ada kekuatan lain yang patut disembah atau ditakuti selain Allah. Ketika pondasi tauhid ini kuat, maka pertahanan terhadap pengaruh luar menjadi lebih efektif.
Sementara itu, An-Nas adalah permohonan aktif untuk perlindungan dari ancaman yang sifatnya mengganggu dan merusak integritas keyakinan yang telah dibangun oleh Al-Ikhlas. Jika Al-Ikhlas adalah 'apa yang harus kita yakini', maka An-Nas adalah 'kepada siapa kita berlindung ketika keyakinan itu diganggu'. Kedua surah ini melengkapi kebutuhan dasar seorang Mukmin: keyakinan yang murni dan permohonan keselamatan dari segala bentuk kejahatan tersembunyi, baik yang berasal dari jin maupun dari hawa nafsu manusia itu sendiri.
Membaca kedua surah ini secara konsisten bukan sekadar rutinitas ritualistik, melainkan sebuah deklarasi kebergantungan total kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, Sang Pemelihara dan Raja seluruh manusia, yang selalu siap melindungi hamba-Nya dari kegelapan was-was yang mencoba merusak ketenangan jiwa.