Makna Surat An-Nas Ayat 4 sampai 6

Pengantar Surat An-Nas

Surat An-Nas, yang merupakan surat terakhir dalam urutan mushaf Al-Qur'an, memiliki kedudukan yang sangat istimewa. Terdiri dari enam ayat pendek, surat ini menjadi doa perlindungan (isti'adzah) yang paling sering diajarkan kepada umat Islam untuk memohon perlindungan dari godaan kejahatan. Surat ini secara spesifik mengajarkan kita untuk berlindung kepada Allah dari bisikan jahat yang berasal dari jin dan manusia.

Setelah tiga ayat pertama menetapkan siapa yang kita mintai perlindungan (Allah, Rabb Manusia, Raja Manusia), tiga ayat terakhir menjelaskan jenis kejahatan spesifik yang kita mohonkan perlindungannya, yaitu tipu daya setan yang bersembunyi. Memahami surat an nas ayat 4 6 secara mendalam sangat penting untuk menghayati makna perlindungan ilahi dalam kehidupan sehari-hari.

Perlindungan (An-Nas 4-6)

Ilustrasi Perlindungan dari Bisikan Jahat

Teks dan Terjemahan Surat An-Nas Ayat 4-6

Berikut adalah rangkaian ayat penutup surat An-Nas yang menjadi inti permohonan perlindungan:

مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ
Min syarril waswaasil khannaas

(4) dari kejahatan (bisikan) setan yang tersembunyi,

الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ
Alladzii yuwaswisu fii shuduurin naas

(5) yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,

مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
Minal jinnati wannas

(6) dari (golongan) jin dan manusia.

Analisis Mendalam Surat An-Nas Ayat 4: Al-Waswas Al-Khannas

Ayat keempat memperkenalkan subjek perlindungan kita yang lebih spesifik: Al-Waswas Al-Khannas. Kata "Al-Waswas" berarti bisikan, dorongan, atau godaan yang halus dan sulit dideteksi. Ini adalah strategi utama musuh kita; mereka tidak datang secara terbuka dan frontal, melainkan menyelinap secara diam-diam ke dalam pikiran.

Sementara itu, kata "Al-Khannas" memiliki arti yang kembali menarik diri atau bersembunyi. Para mufasir menjelaskan bahwa ketika seorang hamba mengingat Allah (berzikir), bisikan jahat itu akan mundur atau bersembunyi. Sebaliknya, ketika kelalaian melanda, bisikan itu akan kembali muncul. Ini menunjukkan bahwa perlindungan efektif dari waswas ini adalah dengan menjaga kehadiran Allah dalam hati kita secara konsisten.

Ayat 5: Target Operasi Bisikan Setan

Ayat kelima menjelaskan lokasi serangan musuh: Fii Shuduurin Naas (di dalam dada manusia). Dada (shudur) di sini merujuk pada hati atau pusat kesadaran dan niat kita. Setan tidak hanya berusaha membuat kita melakukan kesalahan fisik, tetapi yang lebih utama, ia menargetkan kemurnian niat dan keyakinan kita.

Bisikan ini bekerja dengan cara menanamkan keraguan (syubhat) terhadap kebenaran, menumbuhkan rasa takut yang berlebihan, atau memicu keinginan buruk yang kemudian mendorong tindakan maksiat. Kejahatan yang berasal dari bisikan ini sangat berbahaya karena sering kali pelakunya tidak menyadari bahwa tindakannya didorong oleh pengaruh eksternal yang jahat.

Ayat 6: Sumber Bisikan: Jin dan Manusia

Ayat penutup ini memberikan klarifikasi penting mengenai identitas para pembisik, yaitu Minal Jinnati wannas (dari golongan jin dan manusia).

  1. Jin: Ini adalah sumber utama godaan yang kita kenal sebagai setan atau iblis, yang secara eksplisit disebutkan dalam ayat-ayat sebelumnya. Mereka adalah entitas gaib yang memiliki kemampuan untuk menggoda tanpa terlihat.
  2. Manusia: Bagian kedua, "dan manusia," menunjukkan bahwa bahaya godaan jahat juga bisa datang dari sesama manusia. Ini bisa berupa orang-orang yang mengajak kepada kemaksiatan, menyebarkan fitnah, atau memberikan nasihat yang merusak keyakinan dan moralitas.

Dengan memohon perlindungan dari kedua sumber ini, doa dalam Surat An-Nas mencakup cakupan perlindungan yang menyeluruh—baik dari musuh yang kasat mata maupun yang gaib. Mengamalkan bacaan ini setiap pagi dan petang, serta sebelum tidur, adalah benteng spiritual yang diajarkan langsung oleh Rasulullah ﷺ untuk menjaga diri dari segala bentuk kejahatan yang menggerogoti keimanan kita melalui bisikan dan tipu daya.

🏠 Homepage