Surat An-Nisa, surah ke-4 dalam Al-Qur'an, memiliki kandungan ayat-ayat yang sarat makna dan relevan bagi kehidupan umat Islam. Di antara ayat-ayat tersebut, rentang ayat 100 hingga 120 menyajikan pelajaran penting mengenai keimanan, hijrah, dan peneguhan hati bagi mereka yang berjuang di jalan Allah.
Ayat 100 Surat An-Nisa mengawali rentang ini dengan sebuah pesan yang sangat menggugah. Allah SWT berfirman:
Ayat ini menjelaskan bahwa hijrah, meninggalkan tanah kelahiran demi agama Allah, adalah sebuah pengorbanan yang sangat bernilai. Allah menjanjikan bagi para muhajirin berupa kemudahan dalam mencari penghidupan di tempat baru dan ganjaran pahala yang berlipat ganda. Bahkan, jika kematian menjemput dalam perjalanan hijrah, surga telah menanti sebagai balasan kesungguhannya.
Selanjutnya, ayat 101 hingga 103 memberikan pedoman mengenai pelaksanaan shalat, khususnya dalam kondisi genting atau ketakutan (shalatul khauf).
Ayat-ayat ini menunjukkan keluwesan syariat Islam. Dalam situasi perang atau menghadapi musuh, shalat tetap wajib dilaksanakan. Namun, pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi, yaitu dengan cara dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama menjaga shalat dan keamanan, sementara kelompok kedua bersiap siaga. Hal ini mengajarkan pentingnya menjaga ibadah tanpa mengabaikan kewaspadaan diri dan perlindungan. Islam selalu memberikan solusi di setiap keadaan.
Rentang ayat ini juga mencakup seruan untuk tidak memperdebatkan orang-orang yang telah dibunuh oleh musuh dan pentingnya menegakkan keadilan, meskipun terkadang timbul keraguan. Allah menegaskan:
Ayat ini mengingatkan kaum mukmin untuk tidak lemah semangat dalam menghadapi musuh. Kekecewaan dan kesakitan yang dirasakan oleh musuh hendaknya tidak membuat kaum mukmin patah arang, karena mereka memiliki harapan yang lebih besar dari Allah. Ayat-ayat selanjutnya juga berbicara tentang pentingnya menegakkan kebenaran dan tidak mengikuti hawa nafsu, bahkan jika hal itu bertentangan dengan kepentingan pribadi atau kelompok.
Bagian akhir dari rentang ayat ini membahas tentang konsekuensi hukum dan moral bagi orang-orang yang membela orang yang bersalah atau mengambil keputusan yang bertentangan dengan kebenaran.
Ayat ini menekankan bahwa Al-Qur'an adalah pedoman hukum yang hakiki. Siapapun yang dipercaya untuk menyelesaikan suatu perkara wajib berpegang teguh pada kebenaran yang terkandung dalam Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah. Pengkhianatan, baik dalam bentuk apapun, tidak boleh dibela atau ditoleransi. Allah SWT juga menegaskan dalam ayat-ayat berikutnya bahwa segala perbuatan manusia akan dicatat dan dihisab, serta memberikan gambaran mengenai bisikan syaitan yang selalu berusaha menyesatkan manusia.
Hikmah dan Refleksi
Surat An-Nisa ayat 100-120 memberikan pelajaran berharga tentang berbagai aspek kehidupan seorang mukmin. Mulai dari motivasi untuk berhijrah demi agama, fleksibilitas ibadah dalam kondisi genting, hingga pentingnya keteguhan hati dan penegakan keadilan. Ayat-ayat ini mengajak kita untuk senantiasa memohon pertolongan Allah, berhati-hati dalam setiap keputusan, dan tidak pernah berputus asa dalam menghadapi ujian kehidupan. Dengan memahami dan mengamalkan kandungan ayat-ayat ini, diharapkan kita dapat menjadi pribadi yang lebih kuat dalam keimanan dan senantiasa berada di jalan yang diridhai Allah SWT.