Simbolisme keadilan dan peringatan dalam ajaran Islam.
Dalam lautan ayat-ayat suci Al-Qur'an, terdapat banyak permata hikmah dan petunjuk yang tak ternilai harganya. Salah satu ayat yang sarat makna dan seringkali menjadi bahan perenungan adalah Surat An Nisa ayat 160. Ayat ini memberikan gambaran tentang konsekuensi dari pelanggaran hukum Ilahi dan pentingnya mengikuti jalan kebenaran.
Surat An Nisa, yang berarti "Wanita", adalah salah satu surat Madaniyah yang membahas berbagai aspek kehidupan seorang Muslim, termasuk hak-hak wanita, hukum keluarga, warisan, dan juga panduan moral serta akidah. Ayat 160 dari surat ini secara spesifik berbicara mengenai sanksi yang diberikan kepada sebagian ahli kitab, khususnya kaum Yahudi, sebagai akibat dari kedurhakaan dan pelanggaran mereka terhadap perintah Allah.
وَلِظُلْمٍ مِّنَ ٱلَّذِينَ هَادُوا۟ حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ طَيِّبَـٰتٍ أُحِلَّتْ لَهُمْ وَبِصَدِّهِمْ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ كَثِيرًا
Dan karena kekejaman orang-orang Yahudi, Kami haramkan bagi mereka makanan yang dahulu pernah dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah.
Ayat ini diturunkan pada masa Nabi Muhammad SAW di Madinah, ketika interaksi antara umat Islam dan kaum Yahudi di sana cukup intens. Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT memberikan hukuman kepada sebagian kaum Yahudi bukan karena ketidakadilan-Nya, melainkan sebagai akibat dari perbuatan mereka sendiri. Di antara perbuatan tersebut adalah "kekejaman" (ظُلْمٍ - ẓulm) dan "menghalangi dari jalan Allah" (صَدٍّ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ - ṣaddin ‘an sabīlillāh).
Penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan "kekejaman" di sini. Dalam konteks sejarah, kaum Yahudi memiliki beberapa aturan dan larangan makanan yang ketat, yang sebagian merupakan sanksi atas perbuatan mereka di masa lalu. Namun, dalam ayat ini, Allah menyebutkan bahwa ada makanan yang sebelumnya halal, namun kemudian diharamkan bagi mereka sebagai hukuman tambahan karena kezaliman yang mereka lakukan, baik kepada sesama mereka maupun kepada nabi-nabi yang diutus kepada mereka. Selain itu, mereka juga aktif menghalangi manusia lain untuk memeluk agama Islam dan mengikuti petunjuk Allah.
Tindakan menghalangi jalan Allah ini merupakan dosa besar. Ini bisa berarti menyebarkan keraguan, menciptakan permusuhan, atau menggunakan kekuasaan untuk menentang kebenaran. Perilaku semacam ini tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga orang lain yang menjadi korban dari upaya penghalangan tersebut.
Meskipun ayat ini secara spesifik menyebut kaum Yahudi, namun pelajaran di dalamnya bersifat universal dan relevan bagi seluruh umat manusia, terutama umat Islam. Ayat ini mengajarkan beberapa prinsip penting:
Bagi umat Islam, ayat ini menjadi pengingat untuk senantiasa introspeksi diri. Apakah kita sudah benar-benar mengikuti jalan Allah? Apakah kita pernah tanpa sadar menghalangi orang lain untuk berbuat baik atau mendekat kepada agama? Pemahaman terhadap ayat seperti Surat An Nisa ayat 160 seharusnya mendorong kita untuk lebih berhati-hati dalam bersikap dan bertutur kata, serta senantiasa berusaha menyebarkan kebaikan dan petunjuk Illahi.
Surat An Nisa ayat 160 bukan sekadar catatan sejarah tentang umat terdahulu. Ia adalah firman Allah yang penuh dengan pelajaran moral dan spiritual. Ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya ketaatan, larangan menghalangi kebenaran, dan konsekuensi dari setiap perbuatan. Dengan merenungkan makna ayat ini, kita dapat memperkuat iman, memperbaiki diri, dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik di hadapan Allah SWT dan sesama manusia.
Mari kita jadikan ayat-ayat Al-Qur'an sebagai kompas dalam kehidupan kita, agar kita senantiasa berada di jalan yang diridhai oleh-Nya.