Surat An-Nisa, yang berarti "Wanita", merupakan salah satu surat terpanjang dalam Al-Qur'an yang membahas berbagai aspek kehidupan seorang Muslim, termasuk hukum, moralitas, dan tanggung jawab sosial. Di antara ayat-ayatnya yang kaya makna, terdapat rangkaian ayat 66 hingga 75 yang memberikan pelajaran mendalam mengenai komitmen, pengorbanan, dan kewajiban seorang mukmin. Ayat-ayat ini menegaskan pentingnya kesungguhan dalam beragama, kesiapan berkorban di jalan Allah, serta penjelasan mengenai perbedaan tingkat keimanan dan motivasi di kalangan umat.
Surat An-Nisa ayat 66 diawali dengan seruan kepada Rasulullah SAW untuk mengajak orang-orang munafik (yang enggan berperang) agar tidak berbohong atau mengelak dari kewajiban. Ayat ini menegaskan bahwa Allah Maha Mengetahui kebohongan mereka. Selanjutnya, ayat 67-69 menjelaskan tentang pahala besar bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, serta perbedaan derajat mereka di sisi Allah. Di sana disebutkan bahwa di antara mereka ada yang beriman tulus, ada pula yang hanya mengaku beriman namun hatinya belum sepenuhnya yakin.
Ayat 66 ini menggambarkan tingkat keimanan sebagian orang yang tidak akan mampu menjalankan perintah berat berupa jihad dengan jiwa atau harta. Ini bukan berarti Allah mengingkari kemampuan manusia, melainkan menunjukkan bahwa ada gradasi dalam keteguhan iman. Ayat-ayat berikutnya kemudian menguraikan lebih lanjut bagaimana Allah memberikan karunia dan anugerah-Nya kepada orang-orang yang taat. Mereka yang beriman dan beramal saleh akan mendapatkan kedudukan tinggi di sisi-Nya, baik itu para nabi, para syuhada, orang-orang saleh, maupun para mukmin yang saleh.
Ayat 70-71 menegaskan bahwa Allah telah menurunkan karunia-Nya yang berlimpah kepada orang-orang mukmin. Di sini, Allah mengingatkan agar setiap orang bersyukur atas nikmat tersebut. Ayat 71 secara spesifik menyerukan agar orang-orang beriman tidak lemah semangat dalam menghadapi musuh dan siap untuk berjihad di jalan Allah. Baik itu berjihad dengan harta maupun dengan jiwa. Ini adalah panggilan untuk menunjukkan kesungguhan dan keberanian dalam membela kebenaran.
Ayat-ayat selanjutnya, yaitu 72-73, memberikan gambaran tentang sikap sebagian orang yang hanya ingin selamat dan tidak mau ikut berjihad. Ada dari mereka yang berkata, "Semoga Allah melaknatku karena aku tidak ikut menyaksikan pertempuran ini." Ada pula yang bersumpah tidak akan berjihad. Ayat-ayat ini secara halus menyindir sikap pengecut dan tidak berintegritas. Allah menegaskan bahwa keinginan untuk mendapatkan bagian dari keuntungan duniawi tanpa mau berkorban adalah sesuatu yang tercela.
Ayat 74 menjadi puncak penegasan akan keutamaan orang yang berjihad di jalan Allah. Ayat ini menjelaskan bahwa orang yang rela mengorbankan harta dan jiwanya di jalan Allah akan mendapatkan derajat yang lebih tinggi. Mereka adalah orang-orang yang beruntung dan meraih kemenangan yang besar. Ini adalah sebuah janji mulia dari Allah yang menjadi motivasi luar biasa bagi para pejuang di jalan kebenaran.
Terakhir, ayat 75 menegaskan bahwa alasan sebagian orang tidak ikut berperang adalah karena mereka adalah orang-orang yang lemah, baik secara fisik maupun mental, dan tidak memiliki kemampuan untuk itu. Allah Maha Mengetahui kondisi setiap hamba-Nya. Namun, ayat ini juga memberikan harapan bagi mereka yang lemah, asalkan mereka memiliki niat yang tulus dan berdoa agar Allah membebaskan mereka dari kewajiban yang memberatkan.
Surat An-Nisa ayat 66-75 mengajarkan kita tentang arti sesungguhnya dari keimanan yang tulus. Keimanan bukan sekadar pengakuan lisan, melainkan harus dibuktikan dengan kesungguhan dalam beramal saleh dan kesiapan berkorban. Ayat-ayat ini mendorong kita untuk senantiasa mengintrospeksi diri, apakah kita termasuk orang yang teguh dalam pendirian, rela berkorban demi agama dan sesama, ataukah kita masih tergolong orang yang enggan beranjak dari zona nyaman. Allah menjanjikan pahala yang luar biasa bagi mereka yang berjihad di jalan-Nya, baik dengan harta maupun jiwa. Ini adalah pengingat bahwa pengorbanan di jalan Allah tidak akan pernah sia-sia, melainkan akan dibalas dengan balasan yang berlipat ganda di dunia dan akhirat. Kita diajak untuk tidak menjadi pribadi yang hanya mencari keuntungan duniawi semata, melainkan mengutamakan ridha Allah dan kebahagiaan akhirat.