Ilustrasi perlindungan ilahi yang tertera dalam ayat-ayat pelindung.
Setiap surat dalam Al-Qur'an memiliki latar belakang historis (asbabul nuzul) yang unik, namun beberapa di antaranya memiliki kisah yang sangat spesifik dan menyentuh. Salah satu kisah yang sering dibahas dalam literatur tafsir adalah mengenai **surat an nas diturunkan bersamaan dengan surat** Al-Falaq. Kedua surat ini, yang dikenal sebagai Al-Mu'awwidzatain (Dua Surat Perlindungan), memiliki kaitan erat dalam konteks perlindungan spiritual Nabi Muhammad SAW dari gangguan dan kejahatan.
Menurut riwayat yang dinukil dari Ibnu Abbas RA, dan diriwayatkan pula oleh Imam Muslim, turunnya dua surat ini adalah respons langsung terhadap gangguan sihir yang ditujukan kepada Rasulullah SAW. Gangguan ini dilakukan oleh seorang penyihir dari kalangan Yahudi. Ketika gangguan sihir tersebut mencapai puncaknya dan memengaruhi kondisi fisik dan mental beliau, Allah SWT menurunkan wahyu sebagai obat spiritual yang paling ampuh.
Fakta bahwa surat an nas diturunkan bersamaan dengan surat Al-Falaq menunjukkan adanya kesatuan tema yang mendalam. Surat Al-Falaq (Fajar) memerintahkan untuk berlindung kepada Rabb Pemilik Fajar dari keburukan yang diciptakan-Nya, termasuk keburukan malam apabila telah gelap, keburukan tukang sihir wanita, dan keburukan orang yang dengki.
Sementara itu, Surat An-Nas (Manusia) melengkapi perlindungan tersebut dengan memerintahkan untuk berlindung kepada Rabb Pemilik Seluruh Manusia, Raja seluruh manusia, dan Ilah seluruh manusia, dari tiga sumber kejahatan utama yang bekerja di dalam diri manusia: waswasan dari jin dan manusia, yang kemudian bersembunyi ketika disebut nama Allah.
Sifat perlindungan yang dibawa oleh kedua surat ini bersifat komprehensif. Al-Falaq fokus pada perlindungan dari bahaya eksternal yang terlihat maupun tidak terlihat di alam semesta (seperti kegelapan dan sihir), sedangkan An-Nas fokus pada perlindungan dari musuh internal, yaitu bisikan jahat (waswas) yang menyerang hati dan pikiran.
Setelah kedua surat ini turun, Rasulullah SAW diperintahkan untuk membacanya. Dikatakan bahwa dengan membacakan Al-Falaq dan An-Nas, segala bentuk gangguan sihir yang ditiupkan kepadanya menjadi batal dan hilang kekuatannya. Ini menegaskan bahwa Al-Qur'an, dan secara spesifik ayat-ayat perlindungan ini, adalah penawar hakiki atas segala bentuk kejahatan spiritual.
Keutamaan membaca surat-surat ini sangat ditekankan dalam sunnah Nabi. Beliau senantiasa membacanya setiap pagi dan petang, sebelum tidur, dan ketika hendak melakukan perjalanan. Tradisi ini diteruskan oleh para sahabat dan tabi'in sebagai amalan rutin yang tidak boleh ditinggalkan.
Bahkan, ketika Aisyah RA ditanya tentang kebiasaan Rasulullah saat sakit atau menjelang tidur, beliau menjawab bahwa Rasulullah biasa meniupkan pada kedua telapak tangannya surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas, lalu mengusapkannya ke seluruh tubuhnya yang terjangkau. Ini membuktikan betapa fundamentalnya makna perlindungan yang terkandung dalam rangkaian surat an nas diturunkan bersamaan dengan surat Al-Falaq.
Meskipun kita hidup di zaman yang berbeda, ancaman kejahatan spiritual tetap ada dalam bentuk yang bervariasi. Bisikan waswas, ketakutan berlebihan, hingga energi negatif dari lingkungan masih menjadi tantangan bagi seorang Muslim. Memahami bahwa surat an nas diturunkan bersamaan dengan surat Al-Falaq mengingatkan kita bahwa solusi terbaik selalu kembali kepada sumber perlindungan yang sama.
Dengan memahami konteks penurunan ayat-ayat ini—sebagai perisai langsung dari gangguan sihir dan kejahatan—umat Islam didorong untuk menjadikan pembacaan kedua surat ini sebagai benteng harian. Ini bukan sekadar ritual, melainkan bentuk penyerahan diri total kepada Allah SWT sebagai satu-satunya Pelindung yang Maha Kuasa atas segala keburukan yang tersembunyi di malam hari, yang diciptakan oleh makhluk lain, maupun yang bersemayam di dalam hati manusia itu sendiri.