Ilustrasi simbolik makna ayat suci.
Surat An Nisa, yang berarti "Wanita", merupakan salah satu surat terpanjang dalam Al-Qur'an. Surat ini mencakup berbagai aspek hukum, sosial, dan moral yang relevan bagi kehidupan seorang Muslim, baik secara individu maupun dalam masyarakat. Di antara ayat-ayatnya yang sarat makna, terdapat Surat An Nisa ayat 159 yang sering menjadi bahan perenungan mendalam bagi umat Islam.
Ayat ini berbunyi:
Makna literal dari ayat ini seringkali memicu berbagai interpretasi dan diskusi di kalangan para ulama. Namun, secara umum, ayat ini mengindikasikan sebuah kebenaran universal yang akan tersingkap, yaitu kebenaran tentang Isa Al-Masih sebagai seorang nabi dan utusan Allah. Frasa "sebelum kematiannya" dapat diartikan dalam beberapa cara. Ada yang memahami ini sebagai sebelum kematian individu masing-masing, di mana pada saat sakaratul maut, segala keraguan dan kebenaran akan tersingkap. Ada pula yang menafsirkannya sebagai sebelum kematian Isa Al-Masih sendiri, atau sebelum peristiwa tertentu yang menandai puncak pengakuan terhadap kenabiannya.
Untuk memahami Surat An Nisa ayat 159 secara lebih komprehensif, penting untuk melihat konteks ayat-ayat sebelumnya dan sesudahnya. Surat An Nisa banyak membahas mengenai kedudukan wanita, hak-hak mereka, serta masalah-masalah sosial yang berkaitan dengan keluarga. Namun, ayat 159 ini bergeser fokus pada hubungan umat Islam dengan Ahli Kitab, khususnya mengenai keyakinan terhadap para nabi.
Ayat ini dapat dimaknai sebagai janji Allah bahwa kebenaran mengenai Isa Al-Masih, yang diutus untuk membawa risalah tauhid dan petunjuk ilahi, pada akhirnya akan diakui oleh seluruh Ahli Kitab. Pengakuan ini tidak hanya bersifat pengakuan lisan semata, tetapi pengakuan yang tulus dan mendalam. Ini menunjukkan bahwa ajaran para nabi, termasuk Isa Al-Masih, pada dasarnya adalah satu kesatuan yang bersumber dari Allah SWT.
Selain itu, penegasan bahwa Isa akan menjadi saksi atas perbuatan mereka di Hari Kiamat, menggarisbawahi betapa pentingnya pertanggungjawaban setiap individu di hadapan Allah. Para nabi diutus untuk menjadi penolong dan pemberi peringatan, namun keputusan untuk beriman dan mengikuti ajaran mereka adalah pilihan pribadi yang akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat.
Terdapat beberapa hikmah penting yang dapat kita ambil dari perenungan Surat An Nisa ayat 159:
Memahami dan merenungkan Surat An Nisa ayat 159 memberikan perspektif yang lebih luas tentang peran para nabi, kebenaran ilahi, dan tanggung jawab kita sebagai hamba Allah. Ayat ini menjadi pengingat akan kekuasaan Allah yang Maha Pengatur dan kasih sayang-Nya yang tak terhingga kepada seluruh ciptaan-Nya.