Menguak Rahasia Penurunan Surah An-Nas

NAS Perlindungan Agung

Ilustrasi perlindungan dari bisikan jahat.

Surah An-Nas, yang merupakan penutup dari mushaf Al-Qur'an, memegang peranan krusial dalam ajaran Islam sebagai penangkal spiritual utama. Surah ini pendek, terdiri dari enam ayat, namun maknanya sangat mendalam, memohon perlindungan kepada Tuhan dari kejahatan bisikan (waswas) jin dan manusia. Pertanyaan mengenai bagaimana dan kapan surah ini diturunkan seringkali muncul, terutama dalam kaitannya dengan surah pelindung lainnya.

Konteks Penurunan Bersamaan

Ketika membahas tentang surah an nas diturunkan bersamaan dengan surat lainnya, mayoritas riwayat sahih dari sahabat menunjukkan bahwa An-Nas dan Surah Al-Falaq (yang mendahuluinya) memiliki sejarah penurunan yang sangat erat. Keduanya dikenal sebagai Al-Mu'awwidzatain (Dua Surah Penjaga).

Menurut riwayat yang paling masyhur, kedua surah ini diturunkan secara bersamaan sebagai respons terhadap gangguan sihir yang dialami oleh Rasulullah ﷺ. Ini adalah momen penting yang menggarisbawahi fungsi utama kedua surah ini: sebagai benteng pertahanan spiritual yang langsung diperintahkan Allah untuk dibaca dalam menghadapi bahaya gaib dan godaan yang kasat mata.

Perbedaan dengan Ayat Kursi

Penting untuk membedakan penurunan An-Nas dan Al-Falaq dengan ayat-ayat pelindung lainnya, seperti Ayat Kursi (QS. Al-Baqarah ayat 255). Ayat Kursi diturunkan pada waktu yang berbeda, yakni saat Nabi Muhammad ﷺ hijrah ke Madinah atau dalam konteks yang berbeda. Namun, fokus perlindungan An-Nas sangat spesifik, yaitu memohon perlindungan dari tiga entitas: Rabb (Tuhan), Malik (Raja), dan Ilah (Penyembah) dari segala kejahatan, khususnya yang datang dari al-khannas (yang bersembunyi dan menggoda).

Kedudukan sebagai Penutup Kitab

Fakta bahwa surah an nas diturunkan bersamaan dengan surat Al-Falaq dan diletakkan di penghujung mushaf tidaklah tanpa alasan. Ini menunjukkan bahwa setelah seluruh ajaran Islam disampaikan dalam Al-Qur'an, perlindungan akhir dari potensi gangguan yang akan dihadapi umat Islam dalam menjalani hidup mereka di dunia—yang penuh dengan godaan—diberikan secara eksplisit melalui kedua surah pendek ini. Ayat terakhir, "Min al-jinnati wan-nas" (dari golongan jin dan manusia), merangkum sumber utama kegelisahan manusia.

Kisah di Balik Penurunan yang Menguatkan

Kisah yang melatari penurunan ini memberikan penekanan kuat bahwa ancaman spiritual adalah nyata. Rasulullah ﷺ diperintahkan untuk membacakan An-Nas dan Al-Falaq sebagai penawar (ruqyah) atas penyakit yang ditimbulkan oleh sihir. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur'an bukan hanya berisi hukum dan kisah masa lalu, tetapi juga menyediakan solusi praktis dan mujarab untuk tantangan spiritual kontemporer. Keterkaitan ini menegaskan bahwa kedua surah tersebut harus selalu dibaca beriringan untuk mendapatkan perlindungan yang komprehensif dari kejahatan yang bersembunyi.

Oleh karena itu, ketika seorang Muslim membaca Al-Falaq (perlindungan dari kejahatan yang tampak dan tersembunyi) diikuti oleh An-Nas (perlindungan dari bisikan setan), mereka sedang mengaktifkan benteng spiritual yang diturunkan secara simultan oleh Allah SWT untuk menjaga hati dan pikiran mereka dari pengaruh negatif.

Teks Singkat Surah An-Nas

Sebagai pengingat akan kekuatan perlindungan ini, berikut adalah penggalan makna dari Surah An-Nas:

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ * مَلِكِ النَّاسِ * إِلَٰهِ النَّاسِ * مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ * الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ * مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ

(Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (pemelihara) manusia, Raja (penguasa) manusia, Sembahan (yang berhak disembah) manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.")

🏠 Homepage